Penglihatan Lebih ( Part 63 ) Amanah Besar

Cerita Campur - Amanah Besar
Setelah terjadi hal itu gue terbangun dari terang dan gelapnya pandangan gua, dan saat gue membuka mata gue lihat semua temen-temen gue ada di kamar gue dan menunggu gue beserta semua teman jin ada disitu semua, ya di kamar gue.








"aaaahhhhh" kata gue saat bangun megang kepala
"ehhh wildan bangun wildan bangun" kata tiara yang duduk di samping gue
"wil wil minum dulu minum" kata martin ngasih gue minuman ke gue
"makasih tin" kata gue sambil menenggak minuman
"deuhhhhh gue kira temen gue yang ini bakalan "ilang" nih, lu kenapa sih suka buat heboh" kata dimas
"gue ga bakal "ilang" dim gue janji" kata gue sambil megangin kepala
"lu mau apa wil? mau makan apa gue ambilin gue buatin" kata nanda
"ga usah nan ga usah" kata gue
"nih anduk, bersihin keringet lo wil" kata icha
"makasih cha, berapa lama gue "gak ada"? " kata gue
"udah 2 hari lo ga ada kampret" kata dimas
"hah 2 hari? berarti sekarang tanggal...." kata gue
"17 maret persis lu "gak ada" tuh tanggal 15 maret dan kita nungguin lo" kata martin
"serius lu semua nunggu gue disini 2 hari?" kata gue
"seriuslah kampert anak anjing" kata dimas
"sekarang jam berapa?" kata gue
"2,45 kenapa emang yang?" kata tiara
"sama persis sama kaya pas gue ngerasa ilang" kata gue
"seriusan?" kata martin
"serius gue ilang jam segitu, gue apal nih jam tangan masih ada di gue" kata gue nunjukin jam tangan
"bisa gitu anjing merinding gue" kata nanda
"ceritain wil, ada apaan?" kata icha
"nanti aja ceritanya kasian wildan liat masih pusing gitu" kata tiara
"tau ih yank kamu ga sabar banget biar dia sadar dulu kenapa" kata martin
"ya kan penasaran" kata icha

jujur aja gue kaget gue 48 jam gue ilang gitu aja persis 48.00.00 gue "ilang" dan gue yakin itu nyata dan beneran. gue berani sumpah itu beneran karena di badan gue masih kerasa hal yang sama dan bau yang sama di idung gue. 

"dek wildan baik-baik saja?" kata mbah bram
"saya masih pusing mbah, masih belum sadar" kata gue
"wajar saja dek, aura dan "arwah" adek masih belum pulih semua masih ada yang di luar, beberapa terpisah dari badan adek, sebaiknya dek wildan istirahatkan kembali" kata nyai lim
"hah? kepisah gimana nyai? saya masih belum mengerti" kata gue masih megangin kepala dan melek satu mata
"iya seperti kaki belah kiri adek, bahu ade dan kepala ade masih ada di luar badan ade, belum semuanya masuk ke badan, sebaiknya di istirahatkan kembali dek" kata nyai lim
"kalau gitu sebaiknya dek wildan istirahat dulu de" kata mbah bram
"iya mbah dan nyai makasih saya juga masih pusing belum bisa liat jelas masih bayang-bayang" kata gue
"yaudah yaudah wil, istirahatin aja dulu tiduran lagi aja" kata martin
"iya bentar tin gue masih sakit punggung gue
"tidurin kampret biar cepet pulih, gila nyawa sama badan masih bisa pisah gila kali lo" kata dimas
"iya iya ah bawel lo" kata gue
"dah tidurin lagi aja yank, kita rawat kamu ya" kata tiara

gue masih berfikir kalau memang bisa "terpisah" antara jasad dan arwah gue berarti yang tadi itu bener dan bukan mimpi. Sambil gue tiduran dan megang kepala gue tiba-tiba nyokap dan uwa gue dateng ke kamar gue duduk di pinggir kasur.

“udah sadar wil?” kata uwa gue megang kepala gue
“masih pusing wa” kata gue mata gue merem
“yaudah istirahat dulu aja wajar aja itu kamu “mati suri” jadi kalo nyawa kamu masih kemana-mana ya wajar aja” kata uwa
“jangan nakutin napa wa” kata gue
“lah bener kok, mbah bram sama nyai lim dari awal kamu “ilang” mereka nungguin kamu di samping kamu, kamu ga sadar-sadar, 2 hari loh kamu ga ada” kata uwa
“entah mimpi atau bukan tadi itu....” kata gue
“itu bukan mimpi itu nyata” kata uwa ane motong
“astagaaaa kalo nyata bener wa ampun deh” kata gue
“nanti kamu cerita apa yang kamu liat ya, sekarang tidurin aja dulu” kata uwa ane
“iya wa makasih, masih belum sadar badan masih aneh” kata gue
“iya wajar badan kamu masih berantakan, dah tinggal dulu ya, yang lainnya tolong jaga wildan” kata uwa ane
“iya waaaaa” kata semuanya

Uwa dan nyokap gue pun keluar kamar, gue sadar semua temen-temen gue ini ada di samping gue semua bersama temen jin gue, dan jujur aja gue masih kepikiran apa yang gue alamin dan 2 hari gue ilang padahal gue kerasa kaya baru beberapa menit tadi. 

“dah wil lu istirahat dulu aja kita disini kok” kata martin nepuk pundak gue
“kalian kalo mau pulang gpp kok makasih ya” kata gue
“sama-sama kita ga bakal kemana-mana sampe lu putih” kata martin
“sekolah gimana?” kata gue
“ga usah di pikirin woi, dah lu istirahat aja yang bener” kata dimas
“iya iya ahhhh” kata gue megangin kepala
“aku disini kok yank” kata tiara
“makasih yank, kok aku udah ga panas ya, terakhir aku inget tuh aku panas tinggi” kata gue
“iya pas kemarin panas kamu ilang” kata tiara
“wah sembuh tiba-tiba ya, gue tidur bentar ya” kata gue
“iya sok tidur dulu aja wil” kata martin

Akhirnya gue usahakan tidur kembali dan bener aja gue ketiduran lagi, setelah beberapa lama gue tidur akhirnya gue bangun lagi dan kali ini badan gue seger total dan seperti ga ada masalah sama badan gue.

“aaaahhhhh” kata gue
“gimana wil udah enakan?” kata martin
“udah kok udah enak ga ada sakit kaya tadi” kata gue
“iya dek wildan, semua badan dek wildan sudah utuh” kata nyai lim
“makasih nyai sekarang gue mau makan dulu deh” kata gue
“yok-yok makan gue juga laper” kata dimas
“Hemmm dasar perut kebo, laper terus” kata nanda
“yuk makan yank” kata tiara bangunin gue
“iya makan dah yu” kata gue

Akhirnya gue turun ke bawah dan disana udah ada uwa, nyokap, bokap juga ada disana, gue dan temen-temen makan bersama apapun yang ada disana, setelah makan kita semua kumpul di ruang tengah dan gue harus menjelaskan apapun yang gue liat tadi.

“nah coba sekarang kasih tau dan ceritain apa aja yang kamu liat tadi” kata uwa
“serius wa?” kata gue
“iya serius ayo cerita” kata uwa ane
“yaudah jadi gini....” kata gue

Gue menceritakan mulai dari gue jatuh sakit, memulai pengelihatan itu dan sampai akhir, semua orang mendengarkan dengan baik dan ga ada yang motong sampai gue beres cerita, jujur aja pas gue cerita ulang gue merinding dan setiap malam gue masih suka di hantui oleh pengelihatan itu.

“jadi gitu wa” kata gue
“nahhh bener kan” kata uwa
“ihhh kok serem sih?” kata tiara
“kok bisa sampe sana?” kata nanda
“ya mana gue tau tongggg, gue juga bingung, yang gue dapet adalah itu AMANAH TERBESAR gue dan gue harus ngejalaninnya” kata gue
“ya berarti kamu orang terpilih sama kaya nenek kamu” kata uwa
“sama kaya nenek? Serius wa?” kata gue
“seiusan nenek kamu juga dapet liat idupnya sekarnag tenang banget dah kamu jalanin itu mudah-mudahan semuanya lancar” kata uwa
“iya wa doain aja sama minta dukungan” kata gue
“yaudah sekarang istirahat lagi sih biar fit” kata uwa
“iya wa ini pada mau pulang apa gimana?” kata gue
“kita mau disini sampe lu balik sekolah lagi” kata martin
“lah kok jadi gara-gara gue?” kata gue
“udah ga usah banyak nanya yuk istirahat” kata martin
“iya iya dah, wildan ke atas dulu ya” kata gue

Kita semua kumpul di atas dan masih membicarakan apa yang gue liat tadi dan jujur aja itu bagian dari pukulan buat gue, dan itu keras buat gue, ngebuka semua pemikiran dan apapun yang gue pegang selama ini. Gue udah yakin kalo semua berakhir seperti itu.


EmoticonEmoticon