Penglihatan Lebih ( Part 65 ) Pantai Pelabuhan Ratu

Cerita Campur - Pantai Pelabuhan Ratu
Saat sedang jalan menuju pelabuhan ratu yang cukup memakan waktu sampailah di pom bensin untuk beristirahat dan mengisi persediaan minum untuk si kuda besi. Setelah mengisi minum untuk si kuda besi kita semua duduk di depan mart yang terkenal bersebelahan atau "dimana ada mart itu pasti ada mart itu juga".

"njrit punggung gue pegel asli deh" kata dimas
"LEMAH" kata gue
"anjing gue baru pertama kali ini jalan jauh gini tai" kata dimas
"makanya kurang kurangin dah tuh olahraga 5 jari" kata martin
"tai gue engga gitu anjing" kata dimas
"BOKIS" kata gue sama martin
"bodo amat nyet" kata dimas
"eh masih jauh ga sih wil?" kata icha
"hemmmm kayaknya setengah jalan lagi" kata gue
"SETENGAH LAGI?" kaya icha
"yuppp setengah lagi" kata tiara
"anjing jalan udh segini cape teenyata baru setengah doang, gue kita mau nyampe anjing" kata dimas
"kalemlah makanya istirahat aja dulu santai, nan beliin eskrim sama minuman dong nh uangnya" kata gue
"okeh, es sama minum apa?" kata nanda
"apa aja deh" kata gue

Setelah beristirahat selama 30 menit disana kita jalan lagi menuju pelabuhan ratu, sedang santai-santainya di jalan sambil teriak-teriakan nyanyi sama tiara, judul lagunya sunshine-twista, tiba-tiba "TRAK TRAKKK" yap spion gue di serempet dan begitupun dengan motor yang ada di belakang gue yaitu dimas. Ternyata dia kena serempet juga, dimas ngejar tuh bocah pake ya gue ikutin dimas doang. 

Setelah dimas motong tuh orang dari depan gue jaga sebelah kanannya tuh orang biar ga kabur, pas kita coba pinggirin ke kiri dia mau kabur ke belah kita, tiba tiba martin datang dari arah kiri dan teriak duluan.

"MINGGIR LO ANJING" kata martin
"..." tuh orang mulai bingung panik.
"SAMPE GA MINGGIR GUA TABRAK LO" kata martin gila juga temen gue yang ini


Dengan rasa hormat dimas ngerem mendadak ke nih orang alhasil nih orang nabrak ban motornya dimas dan jatuh. kita berhenti di tengah jalan, banyak orang yang liatin bodo amat tapi ga ada yang berani gabung (ngelerai). 

Temen gue yang preman satu lagi keluar dah wujud aslinya, ga lama keluar dah tuh ularnya, siapa lagi kalo bukan si DIMAS.

"LO BAWA MOTOR GA ANJING? MAIN SEREMPET AJA UDAH JAGOAN LO ANJING?" Kata dimas
"ampun bang... ampun..." kata nih orang megangin mukanya takut di tinju

ularnya dimas ikutan emosi juga ternyata main mau masuk badannya dimas aja, gue suruh mbah dan nyai gue buat nahan tuh ular jomblo.

"mbah, nyai" kata gue
"iya dek wildan" kata mbah bram, mbah yin dan nyai lim
"jagain ularnya dimas, jangan sampe dia masuk badannya dimas" kata gue dalem hati
"baik dek wildan" kata mereka.

3 jin gue jagain tuh ular jomblo biar ga masuk badan dimas, entah tuh ular buntutnya di gigit terus di tarik, atau di timpa atau di apain ajalah bayangin macan ketemu ular kaya apa ya. 

"wei wei kalem jangan emosi" kata gue nepuk pundak dimas
"LO GA LIAT APA, DIA NYETIRNYA KAYA SETAN" kata dimas
"setan ga nyetir motor mas" kata gue menuju motor tuh orang yang jatuh
"BODO AMAT ANJING KESEL GUE" kata dimas
"LO UDAH PUNYA SIM? SURAT SURAT MANA?" kata martin
"gak... gak punya sim bang ampun, saya ga akan begitu lagi" kata nih orang
"HALAH BACOT LO ANJING" kata dimas

gue cabut diriin tuh motor yang jatuh, gue standard miring, gue kunci stang, gue cabut kuncinya.

"pssstttt dimas, martin" kata gue manggil
"APAAN ANJING" kata dimas
"ini kunci dia bukan?" kata gue
"TUH LO DI TANYA ITU KUNCI LO BUKAN?" kata martin
"i.. iya bang maaf itu kunci saya" kata dia
"wih jackpot nih, kunci motor, kunci gembok sama kunci rumah kayaknya" kata gue menuju pinggir jalan dimana ada arus saluran pembuangan yang deras
"ampun bang ampun maaf" kata dia
"iya gapapa, lu gamau ngelakuinnya lagi kan?" kata gue
"i.. iya bang maaf saya janji ga bakal gitu lagi" kata dia
"yaudag biar janji kamu terlaksana gur bantu ya, liat ini (megang kunci dia), upssss jatuh" kata gur melepas kuncinya ke arus deras itu.
"...." martin sama dimas bengong liat gue.
"dahhh lepas aja dim, udah ga bisa bawa motor kok dia, pulang juga ga bisa kuncinya disitu semua dah yu jalan lagi" kata gue ke orang ini.
"yahhh bang itu kunci saya motor saya gimana?" kata dia
"tuh motor lu masih disitu kan gak gue colong, masih ada kan? dah ini pelajaran buat lo ya kalo nyetir motor itu ati ati, ga sembarang orang bisa lu ajak ribut, bagus lu masih idup kan, oh ya satu lagi taat lalu lintas ya lengkapin simnya, dah kita tinggal ya" kata gue nepuk pundak dia dan menuju motor gue
"wil nih bocah tinggal aja?" kata dimas
"tinggal aja udah lepas lepas" kata gue pake helem
"seriusan nih? nanti dia macem - macem lagi" kata martin
"ga bakal lah bego kuncinya aja udah gue buang" kata gue
"iya juga sih yaudahlah" kata martin
"pulangnya ati ati ya lo anjing" kata dimas ke tuh orang 
"iya bang maaf" kata dia
"gak, gue yang minya maaf buat lu pulang jalan kaki" kata gue


gue tarik lagi temen-temen jin gue dan melanjutkan perjalanan, selama perjalanan punggung gue di cubit-cubit sama tiara gara-gara kelakuan gue buang kunci motor orang, dari pada ribut kan mending gitu, beres jado PR dah (jangan di tiru). 

Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, kita semua sampai di PELABUHAN RATU. oke cantik juga nih pantai kalo pagi pagi, karena masih pagi kita semua ambil di tengah tengah pantai jadi enak mau kemana aja. Selesai memarkirkan motor dan turun dari motor, kita semua para cowo dapet lemparan sepatu dari cewe cewe, mana keras lagi.




"AWWWWWW" teriak gue, dimas sama martin
"kalian tuh ya orang begituan aja sampe digituin" kata nanda
"lah dianya nyolot yank" kata dimas
"kamu juga yank pake ngelempar tuh kunci, tuh orang gimana coba sekarang?" kata tiara
"yaaaaa gitu, usaha maksimal" kata gue
"ampun ya kita punya cowo emosian tingkat tinggi semua" kata icha
"inilah kita" kata martin
"gak tin, lo sama dimas yang emosi kan gie kalem" kata gue
"iya tapi lo paling parah anjing" kata dimas
"bodo amat gue sih" kata gue
"tau ahhhh" kata tiara ke arah pantai
"gih gih ngambek kurang kerjaan" kata gue 
"tau ah aneh gitu aja ngambek" kata dimas

akhirnya kita semua pergi ke pantai dan menaruh tas di salah satu warung dan menitipkannya disana, kita semua ganti baju buat main di pantai, cowo cowo pakai celana pendek dan cewe cewe pakai baju dan celana pendek, oke ga keliatan seksi, ga masalah tapi pas kena air nanti jadi seksi, dan inilah kita liburan di PELABUHAN RATU.

yang pasti di pelabuhan ratu bukan cuman main doang, pengen ketemu yang aneh-aneh sih pasti, jadi kita lihat aja ya ketemu apa enggaknya.

Penglihatan Lebih ( Part 64 ) Bayangan pikiran

Cerita Campur - Bayangan pikiran
saat tidur setelah kejadian itu dan bercerita sedikit dengan semuanya, guepun terbangun karena kepikiran dengan apa yang telah gue alami pas pengelihatan itu, Gue bangun menuju kamarmandi dan selanjutnya menuju taman belakang rumah gue karena gue udah ga bisa tidur dan takut untuk tidur. gue duduk di ayunan taman gue dan menatap ke atas yaitu bulan.



"dek wildan tidak apa-apa? apakah ada masalah?" kata mbah bram
"siapa tau dek wildan bisa berbagi cerita sama kita" kata nyai lim
"tidak apa apa mbah dan nyai, saya hanya ga bisa tidur aja, masih kepikiran hal itu dan takut untuk tidur" kata gue
"tidak apa-apa dek wildan, kita akan selalu menemani dek wildan dan tidak pernah pergi" kata mbah bram
"makasih mbah, sudah mau jadi teman bicara saya juga buat mbah dan nyai" kata gue
"sama sama dek wildan kapanpun jika di butuhkan dan kami senang bisa membantu dek wildan" kata nyai lim.


setelah beberapa lama gue duduk di sana tiba tiba da satu suara yang menarik perhatian gue untuk menoleh, yaitu nanda.

"wil lu kenapa ga tidur?" kata nanda
"eh nan, gapapa gue lagi ga bisa tidur aja" kata gue
"kepikiran itu ya?" kata nanda nyamperin gue
"iya begitulah kurang lebih nan" kata gue
"eh gue boleh duduk di samping lu ga?" kata nanda 
"bolehlah sini duduk samping gue" kata gue
"lu ga usah takut kita emang ga bisa ngelindungin lo, asal lo tau ya wil lu di kasih liat begitu berarti DIA sayang banget sama lo tau ga?" kata nanda
"taunya lu dari mana kalo DIA sayang sama gue?" kata gue
"ya sekarang lu bayangin ya, dia ngasih liat kaya gitu ke elu berarti itu seperti peringatan buat lu kalau setelah disini itu nanti ada yang namanya alam kubur atau akhirat yang berarti kita hidup disana itu..." kata nanda
"kekal" kata gue
"atau abadi" kata nanda senyum ke gue
"makasih nan udah mau sempetin buka mata lu buat dengerin curhatan gue sedikit" kata gue
"itulah gunanya gue ada di deket lu juga wil" kata nanda ngelus pundak gue
"gue mau buat kopi lu mau ga?" kata gue
"heen mau biasanya manisin" kata nanda
"awas diabetes" kata gue
"lah kenapa itu kopi kan pait" kata nanda
"ya lu manis minum manis lagi awas aja diabetes" kata gue sambil berjalan ke.dapur
"wildannnnnn" nanda ngelempar sendal ke punggung gue.

gue sama nana duduk berdua di ayunan sambil minum kopi dan liat langit. tiba tiba tiara dateng ke arah kita.

"eh kalian disini pantes aja di cariin" kata tiara ngucek mata
"eh ra gue sama wildan ga ngapain-ngapain sumpah" kata nanda
"tenang aja gue tau kok siapa wildan" kata tiara senyum.
"sini yank, mau?" kata gue nawarin gelas gue
"mauuuu" tiara ngambil gelas gue
"iya td wildan ga bisa tidur, terus gue juga kebangun jadi gue nemenin dia, gara gara pengelihatan itu ra" kata nanda
"masig yank?" kata tiara
"he.em" kata gue ngangguk
"yaudah sih itu rejeki buat kamu syukurin dah ayo kita bobo yuk" kata tiara
"aku udh tidur 2 hari" kata gue agak nge gas
"itu mati beda sama tidur, ayo sekarang tidur" kata tiara narik tangan gue
"iya iya" kata gue
"gue ikuttttt" kata nanda

gue, tiara sama nanda balik lagi ke kamar, dan sekarang gue di pegangin sama tiara alias dipelukin biar ga kabur kemana mana lagi karena ke khawatiran gue akibat pengelihatan gue, dan gue beruntung punya temen-temen yang setia disini. 

dengan rasa lega gue bisa tertidur pulas kembali walau dengan perasaan yang sedikit cemas tp pelukan tiara bisa menenangkan gue dan seakan seperti berbicara "aku ada disini". esokan paginya gue terbangun seperti biasa, pipis, mandi makan adalah hal yang biasa, tapi gue disini ga sendiri gue disini bersama temen temen gue yang otaknya miring semua.

"eh lo semua pada ga mau sekolah apa?" kata gue
"nah lo sendiri disini ngapain kampret?" kata dimas
"kan gue lagi sakit" kata gue
"ya kita jenguk yang sakit kalo gitu" kata martin
"gila ya lo semua, terus lu sekolah gimana cha?" kata gue
"kalem bokap gue bisa nego sama kepala sekolah" kata icha 
"lu mau balik ke banten kapan cha kalo gitu?" kata gue
"nanti aja pas lu sembuh, ga usah alesan lu" kata icha
"serah lu semua deh" kata gue
"kita ajak wildan main gimana?" kata nanda
"ayo ayo kemana kita?" kata tiara
"kita ke jakarta aja gimana?" kata nanda
"bosen gue, kita ke pelabuhan ratu aja gimana?" kata tiara
"setuju" kata icha
"deal" kata dimas
"gas" kata martin 
"GILA" kata gue
"lah kenapa?" kata tiara
"ini seriusan?" kata gue
"...." semua mengangguk
"serah lo deh gue ngikut aja" kata gue 
"sippoo kalo gitu setuju" kata tiara
"BODO" kata gue

akhirnya kita semua berencana pergi ke pelabuhan ratu tanpa menginap, mumpung masih pagi juga sih. sesudah siap-siap kita semua pamit ke nyokap gue dan uwa gue.

"mamaaaa, uwaaaa, pamit" kata gue
"mau kemana atuh ini anak mama uwa" kata uwa
"mau main ke pantai, disini sampe kapan wa?" kata gue
"sampai bosen" kata uwa
"beuhhh sama aja kaya mama" kata gue
"yaudah, mbah yin" kata uwa
"saya disini dek (sensor)" kata mbah yin
"wildan mau ke pantai, kamu bisa nemenin dia?" kata uwa
"dengan senang hati dek, saya akan menjaga dia" kata mbah yin
"yaelah wa tenang aja sih kan ada 2 ini" kata gue nunjuk mbah bram dan nyai lim
"kurang itu kalian mau ke pantai soalnya" kata uwa
"yaudah terserah uwa deh" kata gue
"gitu dong, yaudah nih yang buat kamu sama temen temen kamu main ya" kata uwa gue ngasih duit banyak
"makasih waaa, dari mama mana?" kata gue
"lah kan itu udah" kata nyokap"
"ya minta lagi gamau tau kan ke mama juga wajib" kata gue
"dasar matreeeee" kata nyokap ngasih uang
"lah kaya mama engga aja weee dah ah pergi dulu ya dadah" kata gue melangkah
"dasar anak teh ya ngeselin" kata nyokap
"like mother like son" kata uwa
"nah denger tuh" kata gue pergi

setelah pamit gue sama yang lain jalan ke pelabuhan ratu manggunakan motor kesayangan, karena gue belom belajar mobil dengan bener, jujur aja ya, dalam waktu tempuh kesana kurang lebih 3 jam perjalanan ya, tapi kita buat 2 jam deh pake cara gragas dikit, saat di jalan memang banyak keunikan apa lagi bertemu dengan bocah-bocah songong seperti....

Penglihatan Lebih ( Part 63 ) Amanah Besar

Cerita Campur - Amanah Besar
Setelah terjadi hal itu gue terbangun dari terang dan gelapnya pandangan gua, dan saat gue membuka mata gue lihat semua temen-temen gue ada di kamar gue dan menunggu gue beserta semua teman jin ada disitu semua, ya di kamar gue.








"aaaahhhhh" kata gue saat bangun megang kepala
"ehhh wildan bangun wildan bangun" kata tiara yang duduk di samping gue
"wil wil minum dulu minum" kata martin ngasih gue minuman ke gue
"makasih tin" kata gue sambil menenggak minuman
"deuhhhhh gue kira temen gue yang ini bakalan "ilang" nih, lu kenapa sih suka buat heboh" kata dimas
"gue ga bakal "ilang" dim gue janji" kata gue sambil megangin kepala
"lu mau apa wil? mau makan apa gue ambilin gue buatin" kata nanda
"ga usah nan ga usah" kata gue
"nih anduk, bersihin keringet lo wil" kata icha
"makasih cha, berapa lama gue "gak ada"? " kata gue
"udah 2 hari lo ga ada kampret" kata dimas
"hah 2 hari? berarti sekarang tanggal...." kata gue
"17 maret persis lu "gak ada" tuh tanggal 15 maret dan kita nungguin lo" kata martin
"serius lu semua nunggu gue disini 2 hari?" kata gue
"seriuslah kampert anak anjing" kata dimas
"sekarang jam berapa?" kata gue
"2,45 kenapa emang yang?" kata tiara
"sama persis sama kaya pas gue ngerasa ilang" kata gue
"seriusan?" kata martin
"serius gue ilang jam segitu, gue apal nih jam tangan masih ada di gue" kata gue nunjukin jam tangan
"bisa gitu anjing merinding gue" kata nanda
"ceritain wil, ada apaan?" kata icha
"nanti aja ceritanya kasian wildan liat masih pusing gitu" kata tiara
"tau ih yank kamu ga sabar banget biar dia sadar dulu kenapa" kata martin
"ya kan penasaran" kata icha

jujur aja gue kaget gue 48 jam gue ilang gitu aja persis 48.00.00 gue "ilang" dan gue yakin itu nyata dan beneran. gue berani sumpah itu beneran karena di badan gue masih kerasa hal yang sama dan bau yang sama di idung gue. 

"dek wildan baik-baik saja?" kata mbah bram
"saya masih pusing mbah, masih belum sadar" kata gue
"wajar saja dek, aura dan "arwah" adek masih belum pulih semua masih ada yang di luar, beberapa terpisah dari badan adek, sebaiknya dek wildan istirahatkan kembali" kata nyai lim
"hah? kepisah gimana nyai? saya masih belum mengerti" kata gue masih megangin kepala dan melek satu mata
"iya seperti kaki belah kiri adek, bahu ade dan kepala ade masih ada di luar badan ade, belum semuanya masuk ke badan, sebaiknya di istirahatkan kembali dek" kata nyai lim
"kalau gitu sebaiknya dek wildan istirahat dulu de" kata mbah bram
"iya mbah dan nyai makasih saya juga masih pusing belum bisa liat jelas masih bayang-bayang" kata gue
"yaudah yaudah wil, istirahatin aja dulu tiduran lagi aja" kata martin
"iya bentar tin gue masih sakit punggung gue
"tidurin kampret biar cepet pulih, gila nyawa sama badan masih bisa pisah gila kali lo" kata dimas
"iya iya ah bawel lo" kata gue
"dah tidurin lagi aja yank, kita rawat kamu ya" kata tiara

gue masih berfikir kalau memang bisa "terpisah" antara jasad dan arwah gue berarti yang tadi itu bener dan bukan mimpi. Sambil gue tiduran dan megang kepala gue tiba-tiba nyokap dan uwa gue dateng ke kamar gue duduk di pinggir kasur.

“udah sadar wil?” kata uwa gue megang kepala gue
“masih pusing wa” kata gue mata gue merem
“yaudah istirahat dulu aja wajar aja itu kamu “mati suri” jadi kalo nyawa kamu masih kemana-mana ya wajar aja” kata uwa
“jangan nakutin napa wa” kata gue
“lah bener kok, mbah bram sama nyai lim dari awal kamu “ilang” mereka nungguin kamu di samping kamu, kamu ga sadar-sadar, 2 hari loh kamu ga ada” kata uwa
“entah mimpi atau bukan tadi itu....” kata gue
“itu bukan mimpi itu nyata” kata uwa ane motong
“astagaaaa kalo nyata bener wa ampun deh” kata gue
“nanti kamu cerita apa yang kamu liat ya, sekarang tidurin aja dulu” kata uwa ane
“iya wa makasih, masih belum sadar badan masih aneh” kata gue
“iya wajar badan kamu masih berantakan, dah tinggal dulu ya, yang lainnya tolong jaga wildan” kata uwa ane
“iya waaaaa” kata semuanya

Uwa dan nyokap gue pun keluar kamar, gue sadar semua temen-temen gue ini ada di samping gue semua bersama temen jin gue, dan jujur aja gue masih kepikiran apa yang gue alamin dan 2 hari gue ilang padahal gue kerasa kaya baru beberapa menit tadi. 

“dah wil lu istirahat dulu aja kita disini kok” kata martin nepuk pundak gue
“kalian kalo mau pulang gpp kok makasih ya” kata gue
“sama-sama kita ga bakal kemana-mana sampe lu putih” kata martin
“sekolah gimana?” kata gue
“ga usah di pikirin woi, dah lu istirahat aja yang bener” kata dimas
“iya iya ahhhh” kata gue megangin kepala
“aku disini kok yank” kata tiara
“makasih yank, kok aku udah ga panas ya, terakhir aku inget tuh aku panas tinggi” kata gue
“iya pas kemarin panas kamu ilang” kata tiara
“wah sembuh tiba-tiba ya, gue tidur bentar ya” kata gue
“iya sok tidur dulu aja wil” kata martin

Akhirnya gue usahakan tidur kembali dan bener aja gue ketiduran lagi, setelah beberapa lama gue tidur akhirnya gue bangun lagi dan kali ini badan gue seger total dan seperti ga ada masalah sama badan gue.

“aaaahhhhh” kata gue
“gimana wil udah enakan?” kata martin
“udah kok udah enak ga ada sakit kaya tadi” kata gue
“iya dek wildan, semua badan dek wildan sudah utuh” kata nyai lim
“makasih nyai sekarang gue mau makan dulu deh” kata gue
“yok-yok makan gue juga laper” kata dimas
“Hemmm dasar perut kebo, laper terus” kata nanda
“yuk makan yank” kata tiara bangunin gue
“iya makan dah yu” kata gue

Akhirnya gue turun ke bawah dan disana udah ada uwa, nyokap, bokap juga ada disana, gue dan temen-temen makan bersama apapun yang ada disana, setelah makan kita semua kumpul di ruang tengah dan gue harus menjelaskan apapun yang gue liat tadi.

“nah coba sekarang kasih tau dan ceritain apa aja yang kamu liat tadi” kata uwa
“serius wa?” kata gue
“iya serius ayo cerita” kata uwa ane
“yaudah jadi gini....” kata gue

Gue menceritakan mulai dari gue jatuh sakit, memulai pengelihatan itu dan sampai akhir, semua orang mendengarkan dengan baik dan ga ada yang motong sampai gue beres cerita, jujur aja pas gue cerita ulang gue merinding dan setiap malam gue masih suka di hantui oleh pengelihatan itu.

“jadi gitu wa” kata gue
“nahhh bener kan” kata uwa
“ihhh kok serem sih?” kata tiara
“kok bisa sampe sana?” kata nanda
“ya mana gue tau tongggg, gue juga bingung, yang gue dapet adalah itu AMANAH TERBESAR gue dan gue harus ngejalaninnya” kata gue
“ya berarti kamu orang terpilih sama kaya nenek kamu” kata uwa
“sama kaya nenek? Serius wa?” kata gue
“seiusan nenek kamu juga dapet liat idupnya sekarnag tenang banget dah kamu jalanin itu mudah-mudahan semuanya lancar” kata uwa
“iya wa doain aja sama minta dukungan” kata gue
“yaudah sekarang istirahat lagi sih biar fit” kata uwa
“iya wa ini pada mau pulang apa gimana?” kata gue
“kita mau disini sampe lu balik sekolah lagi” kata martin
“lah kok jadi gara-gara gue?” kata gue
“udah ga usah banyak nanya yuk istirahat” kata martin
“iya iya dah, wildan ke atas dulu ya” kata gue

Kita semua kumpul di atas dan masih membicarakan apa yang gue liat tadi dan jujur aja itu bagian dari pukulan buat gue, dan itu keras buat gue, ngebuka semua pemikiran dan apapun yang gue pegang selama ini. Gue udah yakin kalo semua berakhir seperti itu.

Penglihatan Lebih ( Part 62 ) Pengelihatan Lebih (Special Part)

Cerita Campur - Pengelihatan Lebih (special episode)

Ya gue sakit, gue jatuhkan diri gue ke kasur dan gue tidur lagi pada saat tidur gue masih ga mimpi apa-apa hanya pandangan “blank” yang pasti gue menggigil. Lagian juga gue gatau kenapa bisa tiba-tiba sakit begini, padahal gue ga aneh-aneh deh. Pas bangun dari tidurnya gue dan baru gue sadari itu siang adzan berkumandang artinya sekitar jam 12 an, gue mikir pasti jam sekolah sudah mau beres, gue ga sempet buka HP gue mata gue sakit ga kuat, pandangan sedikit nge blur, pas gue bangun mbah bram dan nyai lim ngedeketin gue.

“dek wildan tidak apa-apa?” kata mbah bram
“gapapa mbah saya cuman sakit biasa aja kok” kata gue sambil meremin mata dan duduk di pinggir kasur
“sepertinya dek wildan sedang tidak sehat, lebih baik dek wildan istirahat saja” kata nyai lim
“iya nyai makasih, saya gapapa kok, tapi saya harus makan abis itu minum obat” kata gue
“ada yang bisa kami bantu dek wildan?” kata mbah bram
“ga usah mbah gapapa kok, sakit biasa aja ini nanti juga sembuh” kata gue
“baik dek wildan kami akan selalu di samping dek wildan jika membutuhkan bantuan” kata nyai lim
“makasih nyai” kata gue





Gue menuju WC buat melakukan ritual pada umumnya, yap, cuci muka dan pipis ga kuat mandi, gila badan meriang di suruh mandi gatau rasanya gimana kan. Setelah dari kamar mandi gue usahakan untuk menuruni tangga dan menuju dapur buat makan.

“masih panas ga?” kata nyokap
“menurut mamaaaa?” kata gue melotot mata gue panas soalnya
“ahhh yayaya matanya merah berarti sehat” kata nyokap
“tau ah gelap” kata gue
“yaudah tuh makan nanti mama siapin obatnya” kata nyokap
“iya maaaa” kata gue
“surat sakit sekolah gimana ma?” kata gue
“gampang itumah, dah makan aja malah mikirin begituan” kata nyokap
“ya nanti absen makin banyak ma” kata gue
“ga bakal udah makan ribet amat mau makan doang” kata nyokap
“iya iya ma” kata gue

Saat gue liat meja ternyata ada makanan kesukaan gue, ayam goreng sama abon, perfect. Setelah makan berat gue lanjutkan dengan minum susu dan ga lama nyokap dateng dengan obatnya.

“nih obat minum” kata nyokap
“mah wildan cuman panas kenapa ini obat ada 4” kata gue
“pake nanya lagi, ini obat panas, flu, vitamiin dua, udah minum aja” kata nyokap
“ga ada racunnya kan?” kata gue
“ADA SEMUANYA RACUN, dah minum cepet” kata nyokap
“iya iya ma” kata gue meminum obat yang gue terima
“dah sekarang sana tidur” kata nyokap
“iya mah ke atas dulu ya” kata gue
“iya gih tidur, nyai lim sama mbah bram jagain wildan ya” kata nyokap
“baik .... (sebutan nyokap gue)” kata mbah bram dan nyai lim
“yaudah sana gih” kata nyokap

Gue naik lagi ke kamar gue, mau pegang hp ngabarin temen-temen gue tapi rasanya males banget kaya ga enak dan sekarang perasaan gua adalah seperti di suruh mandi besar, ya gue seperti di suruh mandi besar dan hanya menatap wc. Pada akhirnya gue putuskan buat mandi besar dulu gatau kenapa gue selalu ngikutin perasaan gue dan gue yakin perasaan gue ga pernah salah.

Setelah mandi besar, tentu aja gue menggigil kaya lagi di kutub utara (padahal gue belom pernah kesana), gue kembali tiduran di kasur gue dan tiba-tiba dengan cepat mata gue tertutup dan nge blank dengan cepat, sempet gue denger dimana mbah bram dan nyai lim memanggil gue dan gue ga bisa bangun lagi.

Saat mata gue terpejam, tiba-tiba ada cahaya putih dan cukup terang, gue lihat ke arah kanan gue ternyata ada sesosok manusia dengan cahaya yang terang dimana gue ga bisa liat mukanya, mengenakan pakaian putih terang dan bersih, tiba-tiba dia menghampiri gue dan memanggil nama gue dengan jelas.

“wildan tolong bangun” kata dia
“haaa kamu siapa?” kata gue
“kamu tidak perlu tau siapa saya” kata dia
“terus kenapa saya harus bangun?” kata gue
“saya mendapatkan pesan untuk membawa kamu ke suatu tempat” kata dia
“dimana tempat itu?” kata gue
“nanti kamu akan tahu sendiri tempat itu saat kamu ikut dengan saya” kata dia mengulurkan tangan
“oke deh” kata gue memegang tanggannya yang adem ga dingin banget tapi adem.

Saat gue di tarik oleh dia gue berdiri dengan tegak dan gue ga merasakan badan gue panas atau pusing seperti sebelumnya karena yang gue ingat adalah gue sedang dalam keadaan sakit. Saat berdiri gue menatap dia dan gue seperti merasakan dia tersenyum ke arah gue walau gue ga bisa liat mukanya karena tertutup cahaya terang itu, saat gue balikan badan dan ternyata..... BADAN GUE ADA DISITU, ya gue liat badan gue masih disitu tiduran dengan tenang dan senyum, sedangkan gue disini berdiri tegak di samping entah siapa dia.

“itu... itu... saya kan?” kata gue
“iya itu kamu” kata dia
“tunggu gue mati?” kata gue
“tidak kamu tidak mati” kata dia
“terus kenapa saya bisa ada disini sekarang? Kan badan saya disitu” kata gue nunjuk badan gue
“saya hanya meminjam kamu sebentar karena mendapatkan perintah untuk membawa kamu ke suatu tempat” kata dia
“oke gue anggap gue udah mati, kita mau kemana?” kata gue
“baiklah saya akan bawa kamu ke tempat yang saya maksudkan” kata dia

Dia mengulurkan tangan dan gue pegang tangan dia yang adem ini, dengan tiba-tiba gue merasakan seperti terbang, kaki gue tidak menyentuh tanah sama sekali.

“ehhhh gue terbang woeee ini kenapa?” kata gue
“tidak apa-apa mari ikut saya dan jangan lepaskan pegangan kamu” kata dia
“yaudah deh udah mati juga gue” kata gue

Dengan cepat entah secepat kilat, secepat kecepatan cahaya atau apalah yang pasti cepet banget dan tibalah dimana suatu tempat, dimana disitu banyak orang berkumpul, saking banyaknya udah ga bisa di itung lagi, layaknya supporter yang berkumpul dan itu banyak banget seperti pasukan yang di bariskan di lapangan.

“tunggu ini ada apa kok ramai?” kata gue
“baiklah saya akan memulai dari sini” kata dia
kita turun ke tempat paling depan namun kaki gue masih tidak menginjak tanah sama sekali, gue lihat sesosok manusia yang dimana matanya di tutup, mulutnya di tutup, hati, tangan dan kaki yang dapat berbicara, saat orang-orang ini berada pada barisan depan mereka seperti di introgasi dan di tanya ini itu. 

“itu kenapa semua badan mereka bisa berbicara?” kata gue
“ya disini adalah dimana umat manusia tidak dapat berbicara dan semua tubuh mereka berbicara dengan sendirinya dan semua yang keluar dari ucapan itu adalah kejujuran sepenuhnya dimana umat manusia tidak dapat menjawab pertanyaan itu dengan pikiran mereka” kata dia
“oke ini aneh, ini kita dimana?” kata gue
“ini ada di alam kubur” kata dia
“ALAM KUBUR? GUE MATI DONG” kata gue
“tidak kamu tidak meninggal atau mati, kamu hanya di pinjam sebentar” kata dia
“oke oke gue udah bingung sekarang apa lagi?” kata gue
“baiklah sekarang ketempat selanjutnya” kata dia

Dia membawa gue ke tempat dimana orang-orang yang telah lolos atau sudah di tanya itu mereka menuju seperti jembatan yang tidak kelihatan oleh mata gue tapi gue liat mereka semua menyebrang.

“itu mana jembatannya?” kata gue
“ada di bawah kaki mereka semua” kata dia
“mana? Ga ada” kata gue
“mari saya perlihatkan” kata dia 

Kami mendekat dimana kita bisa liat kaki mereka melangkah dan ternyata jembatan ini tipis banget ga keliatan mata beneran.

“ini jembatan?” kata gue
“iya ini jembatannya” kata dia
“ini tipis banget, jembatan apa ini?” kata gue
“silahkan ambil 1 helai rambut kamu” kata dia
Gua ambil 1 helai rambut gue dan gue cabut dari kepala gue “adohhhh” kat gue
“silahkan lihat rambut kamu” kata dia
“iya udah ini” kata gue sambil memegang rambut gue
“silahkan bandingkan dengan jembatan ini” kata dia menunjuk jembatan
Saat gue ukur bersama bersebelahan ternyata masih lebih tebal rambut gue ketimbang jembatan ini.

“masih tebelan rambut gue” kata gue
“ya, jembatan ini adalah dimana satu helai rambut manusia di belah menjadi 7 bagian dan pada bagian itu adalah setipis jembatan ini” kata dia menunjuk jembatan ini
“sumpah rambut gue aja udah tipis ini di bagi 7?” kata gue
“iya di bagi menjadi 7 helai.” Kata dia
“oke gimana kalau mereka jatuh?” kata gue
“ga akan ada yang terjatuh mereka semua melewati ini semua dengan selamat” kata dia
“untung di dunia ga ada jembatan begini” kata gue
“apakah kamu sudah puas disini?” kata dia
“oke udah kita kemana lagi?” kata gue
“baik ikuti saya” kata dia

Kita berdua meluncur ke satu tempat dimana tempat ini banyak sekumpulan manusia juga yang mengantri.

“oke ini sama kaya tempat tadi ini tempat apa?” kata gue
“disini adalah dimana tempat di hisab atau di perhitungkannya dosa dan pahala selama ada di dunia” kata dia
“di hitung gimana caranya?” kata gue
“cara penghitungannya tidak seperti di dunia dan ini tidak kelihatan oleh mata kamu, hanya DIA yang dapat melihat dan menghitungnya” kata dia
“DIA? Wait siapa DIA?” kata gue
“DIA adalah SANG PENCIPTA dan MAHA BESAR” kata dia
“serius?” kata gue
“iya itu adalah DIA” kata dia
“lah gue kok takut ya?” kata gue
“wajar kamu takut saat mendengar namanya karena memang itu yang seharusnya kamu rasakan begitupun dengan saya” kata dia
“oke selesai dari tempat ini kita kemana?” kata gue
“baik sekarang saya akan membawa kamu ketempat dimana mata kamu dapat di manjakan dan dapat membuat mata kamu perih, kamu mau yang mana dahulu?” kata dia
“biasanya sih yang seru pasti yang baik dulu” kata gue
“baik saya akan membawa kamu ketempat itu” kata dia

Dengan cepat juga gue di bawa olehnya ke tempat dimana tempat ini dingin, terang dan adem.

“inilah tempatnya” kata dia menunjuk
“wahhhh adem banget” kata gue
“ya begitulah tempat ini ketenangan, dan kenyamanan serta tempat bahagia adanya disini” kata dia
“bisa gak gue masuk kesana?” kata gue
“baik kita akan kesana” kata dia

Dibawanya gue ke dalam tempat ini dan bener aja di dalem sini tempatnya nyaman, sejuk dan gue bisa lihat semua orang tersenyum dan tertawa, ada satu pemandangan yang membuat gue bertanya kenapa pada alat “VITAL” baik dada ataupun bagian “BAWAH” di tutupi oleh semacam cahaya.

“boleh gue nanya?” kata gue
“silahkan apa itu?” kata dia
“kenapa pada bagian alat vital mereka tertutupi oleh cahaya?” kata gue
“karena sesungguhnya umat manusia tidak akan di beri lihat pada bagian “itu” setelah masuk ke alam ini” kata dia
“alam ini? Tunggu ini akhirat?” kata gue
“iya ini adalah akhirat” kata dia
“sumpah pinter lu ya buat gue takut” kata gue
“tidak apa-apa kamu hanya di pinjam sebentar dan akan di kembalikan ke dunia nanti” kata dia
“oke deh, selanjutnya kemana?” kata gue
“ketempat dimana tempat ini paling menyakitkan, kamu siap melihatnya?” kata dia
“oke mau gamau gue harus siap, gue sudah melihat yang sisi baik jadi harus liat sisi buruknya juga” kata gue
“baik mari ikut saya” kata dia

Kita meluncur lagi dimana tempat ini merah panas, dan suhu disini ga kekira deh.

“disini panas gue ga kuat” kata gue
“pegang tangan saya” kata dia

Gue pegang tangan dia dan seketika panas itu berubah jadi dingin walau gue lihat memang tempat ini masih panas, ada api dimana-mana, ada cairan seperti lava dimana mana menyembur sana dan sini.

“disini panas banget sumpah lebih panas dari apapun” kata gue
“memang disini panas banget, bayangkan saay tangan kamu terkena api yang ada di dunia, itu hanya sebagian kecilnya dan panas disini berkali-kali lipat dan tidak ada yang dapat menyamainya” kata dia
“oke dengan matahari?” kata gue
“berjuta-juta kali dari panasnya matahari” kata dia
“oke itu panas” kata gue
“ada yang mau ingin di tanyakan kembali?” kata dia
“oke selain panasnya disini apa lagi yang dapat gue liat?” kata gue
“baik kemarilah” kata dia menarik tangan gue ke arah tengah-tengah

“lihatlah dengan baik-baik” kata dia menunjuk
“astagaaaaa” kata gue terkejut

Sekelompok manusia yang di perbudak dan tidak ada istirahat sedikitpun dimana kakinya tidak ada alas padahal di bawahnya adalah lava panas yang di maksud tadi dan bau yang tidak menyenangkan menyengat di hidung gue.

“mereka disini makan dan minum apa?” kata gue
“mereka meminum cairan panas ini langsung ke mulutnya atau meminum nanah kental yang panas dan juga memakan buah ini” kata dia menunjukan buahnya

Gue definisiin apa yang gue liat, bentuknya bulat dan tajam seperti duri tapi lebih tajem dari pada duri yang pernah gue liat, dan itu dimasukan ke dalam mulut mereka dan di telannya langsung bulat-bulat tanpa mengunyahnya, sedangkan nanah yang di maksud baunya sangat menyengat di hidung dan tidak bisa di definisikan baunya kentalnya lebih kental dari yang lain, dan warnanya yang familiar yaitu wana nanah yang kalian lihat namun ga ada cairan putihnya warnanya benar benar kuning pekat. 

“ini yang masuk ke dalam mulut dan tenggorokan mereka?” kata gue
“iya buah dan minuman inilah yang masuk ke mulut mereka” kata dia
“astagaaaaaaa, kok gue sedih ya, takut yang amat sangat, dan jujur gue ga tega liatnya air mata aja ga cukup kyaknya” kata 
“saya mengerti apa yang kamu maksud dan kamu tenang saja karena bukan “waktu” nya buat kamu saat ini” kata dia
“boleh saya melihat sesuatu?” kata gue
“apa yang ingin kamu lihat?” kata dia
“saya mengenal yang namanya iblis dan dia tidak mau tunduk kepada umat manusia, bolehkan saya melihat dia?” kata gue
“baiklah saya akan membawa kamu ke tempat dia” kata dia

Kita berdua pergi ke satu tempat yang dimana IBLIS ini berada dan ternyata dengan sekejab dia berada tepat di depan gue dan gue merasakan takut yang sangat karena tatapan matanya yang kejam.

“haaaaa” kata gue berlindung di belakang dia
“tenang saja dia tidak dapat melihat kita” kata dia
“serem, kenapa ada mahluk serem kaya dia sih gue ga kuat” kata gue
“sebenarnya itu hanya perasaan kamu saja, sesungguhnya dialah yang patut takut dengan manusia karena kekurangannya” kata dia
“kenapa dia harus takut akan kekurangannya?” kata gue
“baiklah, bayangkan manusia terbuat dari apa dan dia terbuat dari apa silahkan pikirkan” kata dia
“manusia dari tanah dan dia dari api” kata gue
“timpalah api itu dengan tanah” kata dia
“apinya jadi ga ada apa-apa” kata gue
“nah itulah dia, sesungguhnya jika umat manusia beriman, maka dia tidak bisa apa-apa” kata dia
“untuk yang tidak beriman?” kata gue
“maka disini lah tempatnya dimana mereka di jadikan budak oleh dia” kata dia

Gue bakal definisikan bagaimana sosok iblis ini, sosoknya tinggi dan besar, sangat besar, kobaran api dimana-mana, sosok badannya semua api tidak ada yang berbentuk seperti manusia, matanya pun dari api, tangannya yang besar dan mulutnya yang mempuyai taring yang besar dan tanduk yang besar di kepalanya. Gue tidak di perkenankan mendengarkan ucapannya dan tawanya, yang pasti serem deh ga bisa di gambarin. 

“bisakah saya meminta satu lagi?” kata gue
“jika saya bisa mewujudkannya saya akan mewujudkannya” kata dia
“bisakan saya bertemu dengan DIA?” kata gue
“maaf untuk itu saya tidak dapat mewujudkannya atau mempertemukan kamu dengan DIA” kata dia
“kenapa?” kata gue
“sesungguhnya jangankan kamu manusia, saya sendiri saja belum pernah bertemu dengan DIA” kata dia
“iblis udah?” kata gue
“Siapapun yang kamu ketahui sesungguhnya belum pernah bertemu dengan YANG KUASA, kita hanya bisa berdoa dan menyembah, karena dia tidak berwujud dan tidak ada yang mengetahui wujudnya” kata dia
“apakah dia dekat?” kata gue
“dia lebih dekat dari pada ini” kata dia memegang urat nadi leher gue
“lebih dekat dari pada ini?” kata gue memegang nadi ge
“ya, sesungguhnya dia lebih dekat dari pada nadi kamu, dan begitupun dengan tempat ini, dia MAHA KUASA dia dapat menciptakan apapun” kata dia
“jadi saya ga bisa bertemu?” kata gue
“dia ada di dekat kamu, jadi tidak perlu kamu mencarinya dan dia sudah dekat dengan kita” kata dia
“oke saya puas dengan semuanya” kata gue senyum
“baiklah saya akan mengembalikan kamu ke dunia” kata dia

Kita berdua kembali ke tempat dimana jasad gue tertidur disana.

“sebelum saya kembali ke tubuh saya, bolehkah saya mengetahui sesuatu?” kata gue
“apakah itu?” kata dia
“kenapa gue di kasih liat kaya tadi?” kata gue
“saya hanya menerima perintah dari DIA untuk menyampaikan itu semua ke kamu, dan PENGELIHATAN LEBIH mu itu harus di sebarkan dengan baik dan bersabar karena sebenarnya amanah ini sangatlah berat, akan ada yang percaya dan tidak percaya akan apa yang engkau ceritakan nantinya, tapi percayalah DIA tidak akan memberikan amanah dan cobaan yang menurut DIA tidak akan mampu bagi umatnya, DIA memberikan engkau ini berarti DIA sudah mengetahui bahwa kamu sanggup untuk menerima ini dan melakukan ini” kata dia
“tapi kenapa harus gue?” kata gue
“karena kamu adalah orang yang dipilih oleh-NYA dan di berikan kelebihan disini (nunjuk hati gue), sebarkan dan gunakanlah dengan baik dan benar, maka DIA akan memudahkan segalanya dan memberikan apa yang engkau minta.” Kata dia
“tapi beberapa doa saya tidak ada yang terwujud” kata gue
“bukan tidak di wujudkan atau di kabulkan akan tetapi belum di kabulkan karena mungkin menurut – NYA kamu belum siap untuk menerimanya, maka pada saat yang tepat menurut usahamu maka DIA akan mengabulkannya, DIA itu baik dan pengampun” kata dia
"apakah hanya kali ini saja saya dapat melihat itu?" kata gue
"kamu bisa datang kapanpun kamu mau dan kamu memang susah si persiapkan untuk itu sejak kamu menjadi janin" kata dia 
"lalu apa lagi selain itu?" kata gue
"kamu di beri kelebijan untuk melihat masa yang akan datang sedikit walau hanya sebatas gambaran coretan kecil, dan kamu dapat melihat masa yang telah berlalu juga" kata dia 
"tiap saat saya dapat lihat masa depan dan masa lalu?" kata gue
"kapanpun jika kamu menginginkannya, dan jangan di salah gunakan karena jarang orang seperti kamu di beri kelebihan seperti ini" kata dia
"pasti gue jaga kok rahasia ini, gue bisa ketemu dengan keluarga gue disana kan?" kata gue
"bisa jika kamu kenal mereka dan akan saya wujudkan kamu ke mereka" kata dia
"kenapa bisa gue ga kenal mereka?" kata gue
"karena pada saat mereka semua masuk ke alam kubur para wanita kembali ke usia dimana mereka dewasa yaitu 17 tahun dan laki laki adalah 21 tahun" kata dia
“oke makasih gue udah tau sekarang, oh ya saya lupa, pas saya tidur lagi, tolong sampaikan salam gue ke seseorang” kata gue
“siapa itu?” kata dia
“kamu pasti tau siapa dia karena dia ada DISANA tadi, tersenyum ke arah gue, jadi tolong sampaikan salam gue ya” kata gue
“baik nanti akan saya sampaikan, tidurlah, aku akan membangunkanmu” kata dia
“oke makasih ya” kata gue senyum
“sama-sama itu tugas saya” kata dia

Gue tiduran kembali di atas badan gue dan dia mendorong dada gue ke arah badan gue, tangannya yang dingin menusuk ke arah dada gue, seketika pengelihatan gue hitam kembali dan ssat itu juga gue terbangun dari tidurnya gue.

Penglihatan Lebih ( Part 61 ) Jatuh Sakit

Cerita Campur - Jatuh Sakit

Hari demi hari, bulan demi bulan gue lewati termasuk tahun baru karena tahun baru gue habiskan di bogor sama temen-temen gue keluyuran keluar rumah, udah pasti kena macet, bensin menipis pas macet, mogok bahkan sampai dorong motor oke gue selalu itungan kalo pake motor ga pernah mogok gara-gara bensin abis. Hari ini gue udah semester 2 dan mau ujian semester alias mau ujian naik kelas tapi gue ga peduli walau gue jarang masuk pas SMA, jujur aja pas gue udah menginjak putih abu-abu ini gue mulai jarang masuk sekolah soalnya males, asli malesnya luar biasa jadi bisa di bilang jarang asuk, nilai? Jangan di tanya bagus semua gatau tuh jawaban dateng dari mana tapi yang ada di otak gue ya itu. Kenapa gue jadi curhat nyet.

Hari ini gue sekolah, iya sekolah amaizing banget kan, dan seperti biasa bangun pagi dan bergegas mandi entah jam berapa, setelah mandi gue liat nyai lim dan mbah bram bangun dari tidur-tidur ayamnya, setelah menggunakan seragam dan membawa buku tulis 3 biji dan 2 pulpen langsung cussss pake tas gede? Engga tas kecil asli kecil banget.

“mahhhh mau berangkat” kata gue
“yaudah ati-ati” kata nyokap
“gamau berangkat sebelum di kasih uang jajan” kata gue
“yaudah ga usah berangkat” kata nyokap
“oke mah siappp naik ke atas lagi deh tidur” kata gue
“ehhh iya iya nih mau bolos mulu” kata nyokap ngeluarin duit
“nah gitu dong kan enak mah sama sama menguntungkan” kata gue
“menguntungkannya dimana coba” kata nyokap
“iya papa kerja nyari duit, mama menerima duitnya dan wildan yang menghabiskannya kerjasama yang baik kan?” kata gue
“itumah untung dikamu”kata nyokap
“untung di mama juga” kata gue
“untungnya di mamaa apaan?” kata nyokap
“iya mama punya anak yang bisa ngabisin uang jadi mama ga usah berusaha sendiri buat ngabisin uang ada wildan mah tenang aja” kata gue
“yeeee dasar ampun, yaudah berangkat sana mama bisa gila lama-lama” kata nyokap
“tenang mah rumah sakit Has*n Sadi*in ada kok di bogor nanti di anterin deh” kata gue
“ampunnnn dah sana berangkat-berangkat mama bentar lagi mau nganterin ade kamu sekolah” kata nyokap
“oke mamaaaaa dahhhh” kata gue prgi dari rumah

Akhirnya gue meninggalkan rumah dan menuju rumahnya tiara sesampainya disana seperti biasa gue pamit sama nyokapnya dan kakaknya yang terkenal dengan jomblonya masih belum berangkat dari rumah, setelah pamit sana sini gue sama tiara pergi ke ke sekolah, kira-kira 30 menit jalan, kurang malah gue perginya pagi banget ngebut lagi, akhirnya sampai sekolah dan motor 2 temen gue ada di parkiran motor dan gue sama tiara of course nyamperin mereka yang ada di kantin.

“mana kopi gue dim” kata gue
“salam dulu kek kebiasaan nih bocah” kata dimas
“udah manaaaaa, ke elu doang pake salam males” kata gue
“tai banget lu, lagi di buatin lu liat aja kita ada minuman emang? Belum ada kan berarti lagi di buatin” kata dimas
“pagi-pagi jangan marah-marah nanti lu tua terus gue nanti lebih ganteng dari lu kan kasian lu dim” kata gue
“bangke” kata dimas
“bener kalian kaya ade kakak” kata martin
“OGAHHHHHH” kata gue sama dimas
“tuh kan liat sendiri kompaknya pake banget” kata martin
“udah udah ih pagi-pagi masih aja ribut, akur napa”kata nanda
“nih temen lo yank ngeselin” kata dimas
“yaudah sih, kamu juga pake nge gas terus” kata nanda
“love u nan” kata gue
“love u too will” kata nanda
“yanggggg gue gantung lu” kata dimas
“emang berani?” kata nanda
“engga sih” kata dimas
“yaudah ga usah macem-macem” kata nanda
“nah liat kan siapa sekarang yang berantem” kata gue
“hahah kamu jailnya minta ampun ih” kata tiara
“biarin aja lagian ini bukti kalo dimas emosian orangnya” kata gue
“keliatan kok dari mukanya” kata tiara
“ampun deh ah bodo amat” kata dimas

Bel pun berbunyi kita masuk ke kelas dan yang pasti kelas gue sama kelas martin pisah tapi gue sekelas sama si penyu dimas. Selama jam pelajaran berlangsung beberapa lama kelas baik-baik aja dan IYA gue masih jadi KETUA KELAS, tapi gue JARANG MASUK, Tidak lama ada cewe yang teriak entah kenapa.

“AAAAHHHHHHHH” kata cewe di kelas gue duduknya di depan, pake rok sama ada timbul di dadanya.
“kenapa kamu hesti” kata guru
“itu bu di belakang ibu ada cewe mukanya serem” yang baru gue tau namanya hesti, dan dia tutup mata dan nangis
“hah cewe mana cewe?” kata bu guru
“itu persis di belakang ibu lagi nyengir serem banget ke arah saya tapi liatnya saya takut” kata hesti
“sekarang masih ada?” kata bu guru
Hesti buka mata dan “AHHHHH masih ada bu disitu ga boong saya” kata hesti nangis

Memang sih di belakang guru kita ada sesosok cewe senyumnya nge gemesin mukanya berkerut dan matanya yang sedikit melotor, sebenernya bukan senyum sih tapi nyengir asli kulitnya pucetttttttt banget, gue sama dimas? Kita nyengir karena kita emang jail. 
“pffffttt ada setan” kata gue berbisik
“mampus deh haha” kata dimas ketawa tertahan
“ih bantuin kek malah di ketawain kasian hesti tau” kata tiara
“yaudah sih biarin aja yank paling ke surupan, iya ga dim?” kata gue
“iya paling ke surupan abis itu cekikikan” kata dimas
“ishhh parah ya kalian bener-bener, tuh tuh liat setannya beneran diri depan hesti sekarang” kata nanda

Memang setannya sekarang maju ke depan hesti persis depannya karena dia duduk paling depan juga. 

“sekarnag masih ada ga hesti?” kata bu guru
“gamau buka mata bu gamau sekarang ada bau aneh, saya gamau bu sumpah takut” kata hesti
“kamu berhayal ya hes?” kata temennya
“engga aku ga berhayal, sumpah sekarang gue merinding gamauuuu, mau pulang mamaaa” kata hesti

Setannya sekarang mukanya depan muka hesti persis banget jadi ya ga aneh kalo dia nyium bau aneh terutama bau darah atau apek. 

“ih itu bantuin ih malah pada ketawa ketawa ga jelas” kata nanda
“udah sih biarin aja napa biar ada hiburan” kata dimas
“ihhh jahat ya bener sumpah” kata nanda
“lagian tuh setan kayaknya ga punya niat buruk” kata gue
“udah ihhh bantuin sana” kata tiara
“iya iya ahhh ayo dim” kata gue
“gamau” kata dimas
“cepet ga, aku tendang nih” kata nanda
“iya iya ahhh pacar gue galak bener” kata dimas
Kita berdua diri dari kursi kita dan menuju tempatnya hseti, sampai di depan gue sama dimas diri di samping setan ini jadi posisi setannya ada di tengah-tengah kita.

“hes hes, ini gue wildan” kata gue
“aaaa gamau buka mata” kata hesti
“yaudah gue di samping lo deh” kata gue ke sampingnya
“buka mata deh” kata gue nepuk pundaknya
“gamauuuuuu” kata hesti
“liatnya ke gue jadi lo ga liat dia” kata gue
“....” hesti membuka matanya ke arah gue
“nahhh gitu dah liatin aja gue jangan ke depan lo, sini liatin aja gue” kata gue meyakinkan dia
“kenapa mesti liatin elo?” kata hesti masih ada air mata 
“biar gue bisa liat masa depan gue, gak becanda, biar lo tetep dalam keadaan sadar” Kata gue
“haaaa elo mah becanda mulu, masih bau ini ahhh” kata hesti
“yaudah liatin gue aja, dim dim usir gih” kata gue ngasih tangan ngusir
“haaaa jadi tugas gue ya monyet juga lo” kata dimas
“mbak setan, ayo sini ikut ama gue” kata dimas ngerangkul setannya dan dia bawa ke arah pintu kelas

Pas sama dimas di bawa ke arah pintu kelas itu memang badannya setan searah sama dimas tapi kepalanya, muter 360- derajat ngeliatin si hesti entah kenapa liatin nih anak sampe rela kepalanya di patahin.

“dah masih bau ga?” kata gue
“hffft hffftt” ngendus ngendus kaya doggy 
“masi bau ga, oh ya gue lupa idung lo pesek” kata gue
“aaahhhh lo mah ih, udah ga bau” kata hesti

Dimas balik lagi ke arah depannya hesti dimana dia diri tadi.

“yaudah sekarang liat depan” kata gue
“GAMAUUUUUU” kata hesti
“serius liat depan, udah ga ada apa apa” kata gue
“BOHONGGGG” kata hesti
“beneran nih anak susah ya” kata gue belokin kepalanya ke depan
“AAAHHHHH” kata hesti
“kenapa lagi?” kata gue
“ada dimas takuttt” kata hesti
“LO KIRA GUE SETAN MONYET” kata dimas
“hehe ya maap sih, udah ga ada setannya hiksss hikssss, setannya kemana?” kata hesti
“GUE MAKAN MAKANYA GUE JADI SETAN” kata dimas
“nah denger sendiri kan dia pemakan setan, dah ga ada kan coba liat liat” kata gue

Dia memutarkan kepalanya dan badannya liat sekeliling kelas.

“ga ada” kata dia geleng-geleng kepala
“oke kalo gitu, dah ya balik lagi” kata gue sambil rangkul dimas
“makasih wildannn” kata hesti senyum
“BUAT GUE MANA?” kata dimas
“iya iya, MAKASIH” kata hesti sambil ngelap air matanya

Gue sama dimas kembali duduk ke pangkuan kursi pelastik ini, memang sih guru gue langsung nanya kita bisa liat atau engga, ya kita jawab ya feeling aja dari pada diminta yang aneh, aneh kan. Gamaulah sampai ketawan apa lagi sama anak-anak kelas asli nanti minta ini itu minta di cariin jodoh apa lagi sebangsa “MAMA MINTA PULSA” dan lain lain.
Setelah sekolah selesai ga pake mikir kita semua pulang dan gue balik lagi ke rumah ketemu ade dan nyokap gue yang lagi duduk di kursi. Ya gue sama nyokap ngobrol-ngobrol dikit dan akhirnya gue menewaskan diri di kamar tercinta.




“mbah bram, nyai lim” kata gue
“iya dek” mereka berdua muncul kaya trik sulap
“kangennnn” kata gue mau meluk mereka berdua
“kangen itu apa dek?” kata nyai lim
“mbah tau arti kangen ga?” kata gue
“...” mbah bram geleng-geleng kepala
“ampun deh ga ada yang ngerti apa. Oke kangen itu kalo udah lama ga ketemu terus ketemu lagi itu namanya kangen” kata gue
“tadi pagi kan saya ketemu dek wildan” kata nyai lim
“ampun deh, yaudah saya yang tanya, kalau misalnya saya lagi perang terus nyai dateng, nah saya bilang “nyai saya senang nyai bisa bergabung” nah nyai bilang “saya juga senang bisa bergabung dengan anda” nah itu apa namanya nyai?” kata gue
“rindu dek” kata nyai lim
“oke RINDU ya, kebanyakan nonton sinetron deh macan gue” kata gue garuk-garuk kepala
“sinetron itu apa dek?” kata nyai lim
“ampun deh nanti aja ya nyai saya pusing” kata gue
“baik dek wildan” kata nyai lim

Teman-teman gaib gue mereka tiduran di kasur gue serasa punya macan asli tau ga, nah gue beneran rebahan di kasur dan tidur. Skip sampai besoknya pas pagi bangun, kepala gue pusing dan sedikit mual, gue cek leher gue sendiri, ternyata leher gue panas, oke gue sakit, mumpung masih pagi banget gue sms tiara “yank aku hari ini ga bisa jemput kamu, kamu pergi sendiri dulu ya maaf”, gue taro HP gue dan gue lanjutkan tidur tapi ga bisa tidur, dan emang bener pas gue tes panas, suhu gue 39 derajat, oke gue sakit apa entahlah yang jelas gue JATUH SAKIT.

Penglihatan Lebih ( Part 60 ) Gue dan Nyai Lim

Cerita Campur - Gue dan Nyai Lim

Setelah pendakian dan liburan 3 hari 2 malam di gunung salak, kita semua beristirahat, kali ini kita semua satu ruangan menggnakan ruangan sebelah kamar gue yang lebih besar, karena di kamar gue ada ade gue jadi ya mengalah dan istirahat disana.

“kamu udah bilang papa kamu buat bolos besok yank?” kata martin 
“udah yank kata papa balik hari selasa aja jadi senin aku masih sama kamu disini nanti balik ke bantennya selasa sama supir” kata icha
“oke deh, ini bener wil kita nginep sini gapapa?” kata martin
“gapapa selow nyokapnya wildan udah sering di datengin bocah-bocah macam kita tin” kata dimas
“nah lu denger sendiri kan tin” kata gue
“malah kita kalo masuk rumahnya wildan ga pake permisi main buka pintu sama masuk kamarnya” kata nanda
“nah liat kan temen gue kriminal” kata gue
“malah sering banget kita makan bareng di sini tin, nyokap bokapnya udah nganggep kita kaya anak kok” kata tiara
“nah denger sendiri kan anak angkat nyokap gue banyak banget” kata gue
“malahan kadang gue suka pinjem celana dalemnya wildan pas dia ga ada” kata dimas
“nah liat denger sendiri kan tem.... hahhhhh? Pantesan aja celana dalem gue kurang mulu setan sama lo ternyata babi” kata gue
“hehehhe kan gue kalo nginep sini ga bawa sempak” kata dimas
“anak setan” kata gue
“hahhaa asik juga ya, kalo gue kesini sering-sering gapapa wil?” kata martin
“kalem aja gapapa” kata gue
“aku boleh ga wil?” kata icha
“jelas bolehlah tanpa martin juga boleh kesini sendirian” kata gue sambil ngedipin mata
“anjing pacar gue mau di embat juga” kata martin
“diamah gitu tin” kata tiara
“yaudah sih tin gue juga cowo kali” kata gue
“lagian juga kamunya aja yang pikirannya rusak yank, emang aku sama wildan bakal ngapain sih, anaknya aja selengean gini” kata icha
“anjenggggg icha gue kutuk lo” kata gue
“hahha tapi emang bener sih, kalaupun lu ngajak jalan icha gue ga akan cemburu kok” kata martin
“bener ya jink” kata gue
“iya serius silahkan” kata martin
“cha, tempat jemuran kosong mau ga?” kata gue
“anjing ga gitu juga tai” kata martin
“lah katanya boleh” kata gue

Lagi asik-asik ngobrol tiba-tiba nyokap masuk ke kamar dengan 2 mbah dan 1 nyai gue ke dalam kamar.

“ada apaan ma” kata gue
“gini nihhhh” kata nyokap duduk di karpet bareng kita
“apaan maaaa apaan?” kata gue
“apaan apaan dengerin dulu heh” kata nyokap gue
“iya di dengerin ma haaa” kata gue pegang kuping gue
“ini mama mau buat kamu biar bisa kontak batin dan lain lain sama nyai lim, dia baik kok dan dia murni setia mama tau itu, mau di satuin sekarang apa besok?” kata nyokap
“enaknya kapan mah?” kata gue
“malah nanya balik dasar bocah” kata nyokap 
“kan nanya mah, kalo sekarang emang bisa?” kata gue
“ya bisalah makanya di tawarin mumpung ada mbah yin” kata nyokap gue
“oke deh mah dimana?” kata gue
“disini aja tante aku mau liat” kata tiara
“hahhhh? Disini?” kata gue
“mau disini?” kata nyokap
“iya tante biar kita bisa liat, kan beda beda kita tante biar tau aja” kata dimas
“ya ga masalah sih” kata nyokap
“yaudah terserah mamalah wildan nyerah” kata gue
“yaudah disini ya, nanti jam 2 malem jangan tidur dulu, nanti tidurnya pas mulai” kata nyokap
“lah mah ini masih jam berapa ngantuk mah, cape” kata gue
“sabar dong tunggu masa nahan rasa sakit gini bisa nahan ngantuk beberapa jam aja ga bisa” kata nyokap sambil mencet luka gue
“aaaaaawwwwwww mamaaaaaaaaaaa” kata gue
“ohhhh sakit ya dikira ga sakit” kata nyokap
“ah elah mah ya sakitlahhhhh” kata gue ngelus dengkul gue yang bolong
“yaudah tahan ya jangan sampe wildannya tidur” kata nyokap gue
“siap tanteeee” kata semuanya
“yaudah mama keluar dulu deh ya, lanjutin lagi ngerumpi dan gosipnyaaa” sambil jalan ke pintu
“dadah mamaaaaaa” kata gue dadah-dadah

Setelah nyokap gue keluar dari kamar, ya gue sama temen gue ngerumpi lagilah (HALAHHHHH), dan gue bingung gue malem ini mau di apain sama nyokap gue, mungkin sama kaya pas waktu awal dulu dapet mbah bram.

“wih bakalan dapet macan resmi nih” kata martin
“nyai gun, kapan kamu dapet temen?” kata dimas
“saya tidak tahu dek” kata nyai gun
“yaelah ampun deh” kata dimas
“belum saatnya lu dim, masih di bawah umur” kata gue
“gue mau hunting ah, siapa tau dapet ular juga” kata dimas
“carilah KALO DAPET hahahhaa” kata martin
“nah itu dia” kata gue
“minta ke bokap ajalah” kata dimas
“KALO DI KASIH” kata gue
“kampret” kata dimas
“kira-kira wildan di apain ya?” kata icha
“nah itu juga yang gue tanyain, kalo di gue mandi kembang” kata martin
“kalo lu dim?” kata icha
“gue di kasih batu gitu dan itu gue taro di kamar gue, gatau deh aslinya” kata dimas
“bahhhh pantesan aja, asalnya aja dia gatau” kata gue
“demen nih gue sama anak bolot begini” kata martin
“tuh yank denger, kamu BOLOT” kata nanda
“GUE GA BUDEG YANK” kata dimas
“yaudah kamu istirahat dulu aja gih yank, biar nanti seger” kata tiara
“orang ga boleh tidur artinya ada sesuatu yank” kata gue
“iya juga sih” kata tiara
“yaudah fix lu ga boleh tidur awas lu ngantuk” kata martin
“mudah-mudahan ya” kata gue narik bantal dan tiduran di karpet
“KAMPRETTTTTT” kata dimas dan martin lemparin gue bantal sama guling

Tidak terasa jam sudah mau menunjukan jam 2 dan gue di bantuin sama temen-temen biar gue ga tidur padahal gue jamin mereka juga ngantuk setengah mampus matanya pada merah gitu, tp rasa penasaran mengalahkan rasa ngantuk mereka. Beberapa menit lagi jam menunjukan jam 2 malam dan nyokap masuk ke kamar dengan mbah dan nyai ane, sambil membawa air minum dan matras entah buat apa. 

“wildan, sudah siap?” kata nyokap gue
“siap ngapain mah?” kata gue
“ya memulai penggabungan lah” kata nyokap
“buset bahasanya, terus ini sekarang ngapain?” kata gue
“pertama-tama” cekrekkkk lampu kamar mati total dan gelap gulita
“buset maaaaa gelap mau ngapainnnnn?” kata gue
“kamu lupa pas di rumah uwa gimana ya?” kata nyokap
“ingetlah mah cuman ini gelap banget” kata gue
“tenang, ada ini” kata nyokap mengeluarkan lilin
“buset lilin kaya mau ngapain aja” kata gue
“udah berisik cepet tiduran disini” kata nyokap menggelar matras hitam
“tiduran disini?” kata gue
“iya buruannnn, buset bocah nanya mulu” kata nyokap 
“oke deh” kata gue dan memulai tiduran
“eittttt buka dulu kaosnya cepet main tidur aja” kata nyokap
“katanya suruh buruan tidur gimana sih” kata gue mulai membuka baju gue
“dah buruan jangan banyak nanya” kata nyokap

Setelah membuka kaos gue, nah gue mulai tiduran di matras dan beralaskan satu bantal, gue liat temen temen gue agak menjaga jarak dari gue dan nyokap, di samping kanan gue ada nyokap dan di atas kepala gue ada nyai lim dan kiri gue ada mbah bram dan di bagian kaki gue ada mbah yin. 

“dah ya mulai nih” kata nyokap
“iya maaaaa” kata gue
“mereminlah matanya kaya tidur” kata nyokap

Gue meremin mata gue dan saat tangan nyokap gue menyentuh dada gue, tiba-tiba gue nge “blank” alias tiba-tiba hitam kaya pingsan. Entah berapa lama gue mengalami pandangan hitam gitu, yang terasa di badan gue cuman dada yang dingin dan bagian ubun-ubun yang dingin, saat bangun dari gelapnya pengelihatan gue sebelumnya gue merasakan semua badan gue basah dan sedikit lengket, ternyata gue keringat yang banyak dan semua badan gue basah semua, badan gue yang tadinya pegel-pegel memang tidak pegel lagi tapi sekarang kepala gue yang sedikit pusing, gue coba duduk dan gue langsung di kasih minum sama tiara.

“aaaahhhhh” kata gue bangun
“minum dulu yank” kata tiara ngasih gelas minuman
“makasih ra, maaaa wildan di apain sampe basah begini” kata gue
“ada deh tapi badan enak semua kan?” kata nyokap
“enak sih mah, td wildan pingsan apa tidur?” kata gue
“pingsan lah hehehhee” kata nyokap
“harus banget ya di buat pingsan?” kata gue
“ya badan kamu ga kuat pingsan sendirinya, kalo kuat sih ya ga akan pingsan.” Kata nyokap
“elap dulu keringet lo wil” kata martin ngelemparin anduk
“thx bray” kata gue
“lama juga ya tan, mana wildannya sampe keringetan banyak gitu” kata icha
“segini ga lama sih, standart” kata nyokap
“motor kali....” kata gue
“dah sekarang kamu bisa kontak sama nyai lim, coba aja” kata nyokap
“gimana ngetesnya?” kata gue
“ya panggil lewat hati kek, atau masukin ke badan kek, apa kek ah elah” kata nyokap
“nyai lim” kata gue dalem hati
“iya dek wildan, terimakasih sudah memilih saya” kata nyai lim
“sama-sama nyai” kata gue senyum
“saya sudah bisa jadi pengikut setia dek wildan sekarang” kata nyai lim
“eitsssss temen bukan pengikut” kata gue dalem hati
“baik dek, teman, maafkan saya” kata nyai lim
“gapapa nyai” kata gue
“nahhh bisa kan, sekarang coba masukin” kata nyokap
“nyai masuk ke badan saya coba” kata gue
“baik dek” kata nyai lim masuk ke badan gue
“wihhh mah badannya anget ga kaya mbah bram dingin” kata gue
“emang iya, tapi mereka berdua punya kelebihan dan kekurangan kok, beruntung kamu dapet nyai lim, bisa saling bantu” kata nyokap
“makasih ma, nyai keluar” kata gue
“iya dek” kata nyai lim muncul samping gue
“dah sekarang tidur, udah beres semuanya, dah ya mama keluar, siniin matras mama enak aja” kata nyokap
“iya mah iya sabar napa” kata gue narik matras yang ada di bawah gue dan di kasih ke mama
“yaudah tidur” kata nyokap
“mbah yin mana?” kata gue
“udah pulang ke rumah uwa, salam dari mbah yin” kata nyokap
“itu macan dateng ga di panggil pulang ga di suruh, enak bener” kata gue
“jelangkung kali” kata nyokap ke luar
“biarin wweeeeeee” kata gue ke nyokap.
“gila lo wil, sampe basah gitu, lu rasain apa aja?” kata martin
“badan gue kerasa dingin doang, gue nge blank asli nge blank item semua” kata gue
“iya tapi tadi badan lu sesekali kaya kesetrum, kita semua diem ga ada yang ngomong takut ganggu” kata dimas
“bagus deh dari pada gue ke bangun gara-gara suara maho lu dim” kata gue
“anak setan” kata dimas
“dah ah tidur” kata gue langsung tiduran
“ehhhhh sana bersih bersih dulu keringetan gitu” kata tiara dorong gue
“iya iya ahhh” kata gue diri dan pergi ke kamar mandi




Setelah bersih-bersih badan akibat keringet ane langsung tidur di karpet, kenapa ga di kasur? Masa temen-temen gue di karpet gue di kasur, solidaritas bray. Seperti biasa gue tidur bersebelahan dengan tiara dan sisanya ada martin dan icha, dimas dan nanda. Besokannya saat bangun kita semua masih di rumah gue dan baru pada pulang hari selasa pagi beserta icha yang balik lagi ke banten, begitu niat dia nyamperin martin tiap minggu, GGWP dah. Sekarang secara resmi gue udah punya temen 2 macan yang satu coklat yang satu putih, deuhhhhh udah kaya kopi susu. Kita memang bolos sekolah dua hari maklum lah ya bandel sesekali ngapain sih sekolah nurut-nurut banget sama aturan yang ada kan. 

Gue skip aja beberapa bulan karena ga mungkin banget gue ceritain semuanya hari demi hari lo mau berapa part nanti, ini aja gue estimasiin total bisa lebih dari 100 PART, ingen 100 waspadalah, waspadalah. Halahhhh, pokoknya gue skip di mana gue sampai.......

Penglihatan Lebih ( Part 59 ) Downhill

Cerita Campur - Downhill

Sebelum memulai tantangan bodoh ini sebenernya, kita semua pemanasan atau pelemasan dulu biar ga ada keram atau keseleo, termasuk cewe-cewe juga semuanya pemanasan, terutama buat cowok fokus ke punggung soalnya bawa beban lumayan berat nih, tasnya berat.




“ahhhhh gue udah siap nih” kata gue 
“gue juga udah kok” kata martin
“bentar dulu punggung gue masih kaku” kata dimas
“dasar tua” kata gue
“tai, pagi-pagi gini gue kapan olahraga coba” kata dimas
“makanya olahraga mas, biar sehat” kata martin
“waktunya ga ada nyet” kata dimas
“bukannya ga ada yang tapi kamunya aja yang males” kata nanda senyum
“nah denger tuh” kata martin
“tau ah bodo amat” kata dimas
“mbah yin, mbah bram, nyai lim, ikutan lari yah kebawah biar seru hehehhe” kata gue
“baik dek” kata mereka
“astaga kamu suruh temen kamu lari juga?” kata tiara
“biar seru, kamu lupa pas kita ke puncak? Kan mbah bram lari juga” kata gue
“kamunya aja kurang kerjaan itumah” kata tiara
“biarin yang penting asik, hehehe” kata gue
“abis dari sini kita kemana?” kata icha
“ke rumah gue aja” kata gue
“besok sekolah dan.... konyol lu ya” kata icha
“gue sih mau cabut, beres begini besoknya sekolah tuh cape tau ga mending istirahat” kata gue
“bener juga, oke gue cabut” kata dimas
“gue juga kalo gitu, kamu mau pulang yank? Kalo mau nanti aku anterin ke rumah dulu kan supir kamu ada di rumah aku” kata martin
“hahhhh bener ya kalian tuh, ga usah udh ikut aja deh nanti aku bilang papa” kata icha
“nah gitu dong” kata martin
“oke lari sekarang ya?” kata gue
“SIAPPPP” kata semuanya

Buat para cowo sudah menopang tas yang cukup berat ini, dan dengan kesiapan menanggung semua resiko nanti pas di jalan itu adalah hal yang biasa seperti jatuh dan lain-lain.

“siapppp?” kata gue
“siap bos” kata martin
“GO...” kata gue

Asiknya lari ke bawah memang para cewe dengan mudah duluan di depan, jelaslah badan mereka rinngan ga ada beban sama sekali, tinggal lari kaya kancil yang paling lucu adalah liat macan-macan gue lari bukan lari sih kaya jogging, kalo lari kayaknya udah dari tadi di bawah ya, sempet sih pas lagi lari ketemu medan licin gue cukup nyorodot , halah bahasa apa lagi nyorodot, yaudah sliding deh pada ngerti kan. Jatuh bukanlah hal yang aneh, luka? Jelas, tapi sumpah asik, baju celana kotor karena tanah dan lainnya kotor itu baik kalo kata nyokap ya hahahha. 

Setelah berlari sekitar 1 jam ke bawah ternyata masih belum sampai dan sudah setengah jalan tapi kita memutuskan untuk istirahat dulu sebentar.

“dah pada istirahat dulu kan cape” kata gue
“luka kamu gapapa yank?” kata tiara
“gapapa yang, kecil inimah” kata gue
“coba sini liat” kata tiara ngangkat celana gue dan ternyata gue berdarah lumayan banyak
“kaya gini kamu bilang gapapa? Gila kamu ya” kata tiara 
“yaelah bener deh gapapa” kata gue sambil meluruskan kedua kaki gue dan bersender ke pohon
“dek wildan gapapa?” kata mbah bram
“gapapa mbah luka dikit doang” kata gue
“boong mbah liat berdarahnya sampai kaya gini, mana kotak obat” kata tiara
“di tas lah, udah gapapa ih” kata gue
“berisik kamu udah diem aja” kata tiara mengambil kotak obat di tas
“gila lo wil, luka lu, ini sih sobek” kata martin
“hah sobek? Mana mana” kata dimas
“emang sobek ya? Heheheh” kata gue nyengir
“tuh ra cowo lu masih bisa nyengir dengkulnya bolong gitu lukanya” kata nanda
“emang dia gila kok” kata tiara masih nyari kotak obat
“tar bilas dulu pake air nih” kata icha
“udah ih ga usah masih bisa lari nanti aja di bawah” kata gue
“ya lari lagi nanti gapapa wil, sekarang obatin aja dulu, darah lu ngocor itu” kata icha
“sini kaki lo” kata martin
“mau di apain?” kata gue
“mau gue bilas” kata martin

Disiram lah dengkul kanan gue sama air minumnya dia dan...

“AAAAAAAA NGEHE SAKIT ANJING” kata gue
“ kan sakit kan, katanya ga sakit gimana sih” kata martin
“JANGAN DI SIRAM AIR MONYET” kata gue nendang dengkulnya martin
“ya kotor gitu bersihin dulu lah” kata martin
“gile itu sih lobang beneran luka, coba tangan lu “ kata dimas
“ga ada apa-apa” kata gue
“coba sini aku perksa” kata tiara kembali sambil bawa kotak medic
“ga ada apa-apa ih” kata gue

Dilipatlah jaket gue dan taraaaaaaa luka di telapak tangan gue dan sepanjang lengan gue karena baret.

“gapapa ya, bener kamu mah ih” kata tiara nyubit gue
“aaawwwww sakit ra buset” kata gue
“ya lagian dah sini di obatin buka jaketnya” kata tiara

Gue ikutin aja dah apa kata tiara abis gue udah di rempuk sama 5 orang begini, gue buka jaket gue dan gue naikin celana gue yang luka tadi. Pas di tangan dia kasih alkohol sama di bersihin dan di kasih bet*dine ga kerasa sama sekali tapi pas bagian kaki....

“AAAAAAAHHHHHHH SETANNNNNNN” kata gue teriak kenceng pas alkohol kena kaki gue
“ahhh elah gerak gerak, pegangin dong si wildan” kata tiara

Martn sama dimas pegang kaki gue, dan 2 cewe lainnya nge dudukin dua tangan gue alhasil gue ga bisa gerak.

“tahan lah yank ah kamumah biar beres kan kotor lagi” kata tiara
“SAKIT RA SAKITTTT” kata gue
“katanya gapapa, gak sakit gimana sih anjing” kata dimas
“INI LAIN CERITA ANJING” kata gue
“tahan ya aku siram lagi biar bersih” kata tiara

Dan cusssssss.

“ANJINGGGGG SETANNN MONYET SAKIT TAIIII” kata gue
“mentang-mentang di hutan ya di sebutin semua” kata dimas
“INI BENERAN SAKIT NYET” kata gue
“tuh kan beneran bolong, emang sih ga gede paling 5 cm diameternya, tapi tetep aja bolong” kata tiara
“ahhhh tai sakit banget nyet” kata gue mengerang
“sabar ya dikit lagi, tutupin mulutnya sih” kata tiara

Dengan cepat 2 cewe ini tutup mulut gue dan masih obat,

“ahhhhhhh” kata gue tertahan mulut gue
“dah dah beres aku perban dulu bentar” kata tiara

Setelah di perban gue cuman bisa tiduran abis sakit juga, luka bolong di kasih alkohol, emang sih celana gue bagian dengkul jadi bolong dan ada bekas darah. Gue duduk di deket pohon senderan, dan tanpa sadar gue meneteskan air mata.

“dihhh wildan nangis loh” kata dimas
“sakit bego perih anjing” kata gue
“iya siah keluar air mata hahahah” kata martin
“kampret lo tin hahaha” kata gue ketawa sambil ngusep air mata gue
“masih bisa diri ga?” kata tiara
“bisa kok bisa” kata gue
“coba diri” kata tiara
“nah bisa kan?” kata gue berdiri
“yaudah mau lanjut lari apa pelan-pelan?” kata tiara
“lari lah biar cepet keburu siang ini” kata gue
“yakin kuat wil?” kata martin
“kuat bos tenang” kata gue
“yaudah yok lagi” kata martin
“gas deh” kata gue

Kita kembali menuruni bukit ini dan sesampainya di warung tempat kita menyimpan motor, kita kasih lagi uang tip ke penjaga warung dan ngopi-ngopi sebentar disana beristirahat, setelah itu kita semua kembali ke rumah gue, sampainya di rumah kita parkiran motor kita di garasi rumah gue dan masuk ke rumah gue.

“mamaaaa wildan pulang” kata gue
“ada anak dari mana pa masuk rumah?” kata nyokap
“tau anak siapa, biarin aja deh” kata bokap
“anak gunung nih pak” kata gue
“anak gunung ya? Bukan anak teh botol?” kata bokap
“iya dulu sekarnag anak gunung” kata gue
“anak gunung kok jatuh hahahha” kata mama
“ya namanya juga jatoh mah, tapi seru mah” kata gue
“yaudah sana pada mandi ke atas, abis itu tidur kalian kan masih kenyang, mama pinjem mbah bram, mbah yin sama macan putih kamu” kata nyokap
“nyai lim” kata gue
“iya dek?” kata nyai lim
“kamu sama mama dulu ya, aku istirahat dulu, mama aku baik kok” kata gue
“baik dek saya mengerti” kata nyai lim
“ikutin aja apa yang mbah bram sama mbah yin lakuin ya” kata gue
“baik dek dengan senang hati” kata nyai lim
“yaudah ke atas dulu ya mah, awas nyai lim cantik nih mah jangan sampe kenapa-kenapa” kata gue
“tenang aja elah emang bakal di apain sih sama mama” kata nyokap
“siapa tau mau di culik” kata gue
“ogahhhhh dah sana hussss” kata nyokap
“dahhhhhh” kata gue

Kita semua naik ke kamar gue dan tiduran alias rebahan di kasur gue, kita semua bersih-bersih alias mandi, tapi ga mandi barengan ya, ogahhh apa lagi kalo dalemnya cowo semua. Memang naik gunung sungguh melelahkan tapi sangat menyenangkan dan kalau naik gunung memang langsung tau karakter orang, siapa teman siapa musuh, siapa yang loyal dan siapa yang tidak loyal, siapa yang peduli dan siapa yang tidak peduli, ambil positifnya aja, dan ternyata semua temen-temen gue setia dan loyal semua saling peduli dan ga ada yang saling meninggalkan.

Cinta Si Tangan Dingin

Dia Dia Dia Sempurna

Penglihatan Lebih

Gara Gara Kartu Kredit

Namaku Setan