Penglihatan Lebih ( Part 54 ) Macan Putih

Cerita Campur - Macan Putih
Setelah beristirahat malam hari, gue tiba-tiba kebangun, biasa gue kebelet pipis, gue bangun pelan-pelan biar nih cewe ga bangun kalo bangun pasti gue ga bisa pipis nantinya. Gue pakai jaket tebel gue dan gue keluar tenda bawa senter, gue senterin ke tenda dimas dan martin, niat gue sih bangunin mereka pake senter biar gue ada temen buat pipis, takut juga gue pipis sendirian. 




“martin, dimas,” saut gue berbisik
“woe , martin, dimas bangun” kata gue berbisik lagi dari tengah camp sambil menyoroti tenda

“srek srekkkk” tiba-tiba ada pergerakan kecil dari tenda martin.

“martin woeee” kata gue berbisik
“ada apa dek wildan?” kata mbah bram santai
“saya mau pipis mbah, ngeri kalo sendiri” kata gue
“kan ada saya dek” kata mbah bram
“iya mbah tau tp saya juga butuh teman manusia mbah” kata gue

Tidak lama mucul kepala martin dari tenda dan dia melihat gue berdiri, gue kasih tanda buat ke arah gue dan dia keluar tendanya.

“ada apaan wil? Senter-senter ke tenda gue” kata martin masih susah melek
“temenin gue pipis dong” kata gue
“yaelah masa lu takut” kata martin
“ini hutan gue takut” kata gue
“yaelah, ayodah barengan” kata martin
“yaudah mbah ikut saya ya, tin macan lu suruh jaga” kata gue
“iya udah kok dia diem situ ga ikut dia” kata martin

Gue sama martin kencing yang tempatnya tidak terlalu jauh dari tenda cuman agak jauhan lah dikit takut suara kencingnya nyaring kan, “currrrrrrr”.

“tin kebelah sanaan dah” kata gue
“hayo dah gue ngikut aja” kata martin
“tar gue permisi dulu” kata gue 

Gajauh dari kita ada sesosok wanita menunggu menatap kita dengan tajam, mana kepalanya miring lagi.

“tante setan, permisi ya kita mau pipis” kata gue
“HIHIHIIIIIIIIIII” kata setan ini
“ah elo malah ketawa, merinding bego” kata gue
“HIHIIIIIIIIIIII, kalian mengganggu saya” kata dia dan suaranya datar
“siapa yang ganggu sih, kita udah permisi ya” kata martin
“tau jadi setan kerjaannya ketawa doang” kata gue
“dah ah kita mau pipis” kata martin
“mbah jagain kita mbah awas dia ngikutin kita lagi” kata gue
“baik dek” kata mbah bram jagain tuh setan

Kita pipis gajauh dari tuh setan beda 2 meter doang, lagi kencing bareng tiba tiba dari semak-semak ada suara aneh “kresek-kresek”.

“eh eh buruan retsleting celana dah” kata gue
“iya tau apaan dah itu ah” kata martin 

Selesai kita benerin celana tiba-tiba ada kepala nongol dari semak-semak itu, bukan takut sih tapi ngagetin doang sih.

“AAAHHHHHHHH” teriak gue sama martin
“MONYONG LU SETAN MONYONG” kata gue nendang-nendang itu muka
“lari bray lari” kata martin

Kita berdiri dan lari dari semak semak itu, saat melewati mbah bram dia masih menunggu itu setan cewe tadi, bukannya nolongin gue pas teriak tadi ya.

“mbah, kok masih disini? Tadi saya teriak kenapa ga nolongin mbah?” kata gue
“tadi kata dek wildan suruh jagain dia dek” kata mbah bram
“ya gak gitu juga mbah, ah elah, ayo mbah” kata gue lari ke arah tenda

Mbah bram ngikutin gue dari belakang, gue sama martin ngos-ngosan karena lari tadi, lumayan nih masih fajar di suruh lari-lari ga jelas. Sampai di depan tenda gak lama si dimas keluar.

“ada apaan sih teriak-teriak anjing” kata dimas
“ada kepala ngegelinding anjing” kata gue
“ah elah begituan aja takut” kata dimas
“coba aja lu kesana setan” kata martin nunjuk ke arah tadi kita kencing tadi.
“coba sini ah gue cek, gue juga mau kencing” kata dimas

Dia meninggalkan nyai gun di depan tendanya, dan dimas pergi menuju tempat kita melakukan ritual tadi. Setelah dia menuju ke arah tadi kita kencing. Jadi gue sama martin menghitung mundur dari tempat dia pergi tadi.
“3.....2......1.....” kata gue sama martin 
“AAAARRRRHHHHHHHHHH” suara dimas teriak.

Bener aja kan galama dia kesana udah balik lagi dalam keadaan tergesa-gesa dan muka yang pucet.

“kenape lu?” kata gue
“itu setan anjing, kepala jalan sendiri” kata dimas mukanya pucet
“kan tadi kita bilang apa” kata martin
“ya kan gue kira ga serem anjing, taunya ngagetin anjing” kata dimas
“udah kencingnya?” kata gue
“boro-boro udah, yang ada juga gue tahan anjing” kata dimas
“nah tuh tau” kata gue
“dah ah gue pindah sana aja ah tai banget” kata dimas

Setelah beberapa lama dia balik dengan tenang yang berarti ga ada gangguan disana, karena memang ini hutan kita mesti minta izin harus ngapain aja. Tapi ada rasa aneh di sekitar gue entah apa kaya ada yang merhatiin, tapi ga terlalu gue hiraukanla. Jam sudah menunjukan pukul 5 subuh, kita berencana ingin melanjutkan perjalanan di dalem hutan ini karena kita bukan di jalan setapak yang biasa di lewati orang, karena dari kemarin kita ga liat orang yang lewat sini, memang gokil. 

“dah yu jalan lagi pak” kata gue
“ayo dah keburu agak siang ga enak soalnya” kata martin
“bangunin cewe lu dim” kata gue
“yooo tunggu” kata dimas menuju tendanya

Gue pun bangunin pacar gue tiara yang masih tertidur pulas seperti bayi, padahal dia bukan bayi. 

“sayang ayo bangun, udah jam berapa ini, kita mau naik lagi buruan bangun” kata gue
“hemmm, ga bisa bentar lagi ya?” kata tiara
“engga, cepet bangun ayo” kata gue narik tangannya tiara
“ah bentar lagi kenapa sih” kata tiara
“ga bisa udah cepet” kata gue

Setelah tiara bangun, semua berkumpul, tugas para cowo adalah membereskan tendanya kembali, setelah membereskan tenda dan membersihkan bekas bakar-bakar semalem, kita melanjutkan perjalanan ke atas, selama perjalanan kita di suguhi oleh pemandangan yang enak dan segar, ga kaya di kota asep doang, emang deh ga enak. Di beberapa pohon terdapat penunggu dan kita hanya menyapanya seperti biasa saja.

“halo tan, numpang bentar ya” kata gue
“....” dia hanya melihat ke kita yang duduk sebentar karena kaki yang cukup lelah maklum pertama kali
“ngomong kek woe, diem aja” kata dimas
“HIHIHIHIIIIIIIIIIII” kata setan ini
“malah ketawa lu bukannya ngomong” kata martin
“emang ada yang lucu ya?” kata gue
“KALIAN MENGGANGGU TEMPAT SAYA” kata dia
“ahhhh yang begini gue demen” kata martin
“mau lu apain?” kata gue
“ya gue bakar lah” kata martin
“jangan udah lepas lepas” kata gue
“serius nih di lepas?” kata martin
“asli lepas dah jalan lagi” kata gue

Akhirnya kita melanjutkan perjalanan, semala perjalanan gue serasa di ikuti oleh sesuati entah apa itu, gie liat kiri kanan ga menemukan apapun. Kira-kira 15 menit kita berjalan tiba tiba mbah bram berada di depan kita dan keluarlah sesosok MACAN PUTIH yang cukup anggun.


EmoticonEmoticon