Penglihatan Lebih ( Part 62 ) Pengelihatan Lebih (Special Part)

Cerita Campur - Pengelihatan Lebih (special episode)

Ya gue sakit, gue jatuhkan diri gue ke kasur dan gue tidur lagi pada saat tidur gue masih ga mimpi apa-apa hanya pandangan “blank” yang pasti gue menggigil. Lagian juga gue gatau kenapa bisa tiba-tiba sakit begini, padahal gue ga aneh-aneh deh. Pas bangun dari tidurnya gue dan baru gue sadari itu siang adzan berkumandang artinya sekitar jam 12 an, gue mikir pasti jam sekolah sudah mau beres, gue ga sempet buka HP gue mata gue sakit ga kuat, pandangan sedikit nge blur, pas gue bangun mbah bram dan nyai lim ngedeketin gue.

“dek wildan tidak apa-apa?” kata mbah bram
“gapapa mbah saya cuman sakit biasa aja kok” kata gue sambil meremin mata dan duduk di pinggir kasur
“sepertinya dek wildan sedang tidak sehat, lebih baik dek wildan istirahat saja” kata nyai lim
“iya nyai makasih, saya gapapa kok, tapi saya harus makan abis itu minum obat” kata gue
“ada yang bisa kami bantu dek wildan?” kata mbah bram
“ga usah mbah gapapa kok, sakit biasa aja ini nanti juga sembuh” kata gue
“baik dek wildan kami akan selalu di samping dek wildan jika membutuhkan bantuan” kata nyai lim
“makasih nyai” kata gue





Gue menuju WC buat melakukan ritual pada umumnya, yap, cuci muka dan pipis ga kuat mandi, gila badan meriang di suruh mandi gatau rasanya gimana kan. Setelah dari kamar mandi gue usahakan untuk menuruni tangga dan menuju dapur buat makan.

“masih panas ga?” kata nyokap
“menurut mamaaaa?” kata gue melotot mata gue panas soalnya
“ahhh yayaya matanya merah berarti sehat” kata nyokap
“tau ah gelap” kata gue
“yaudah tuh makan nanti mama siapin obatnya” kata nyokap
“iya maaaa” kata gue
“surat sakit sekolah gimana ma?” kata gue
“gampang itumah, dah makan aja malah mikirin begituan” kata nyokap
“ya nanti absen makin banyak ma” kata gue
“ga bakal udah makan ribet amat mau makan doang” kata nyokap
“iya iya ma” kata gue

Saat gue liat meja ternyata ada makanan kesukaan gue, ayam goreng sama abon, perfect. Setelah makan berat gue lanjutkan dengan minum susu dan ga lama nyokap dateng dengan obatnya.

“nih obat minum” kata nyokap
“mah wildan cuman panas kenapa ini obat ada 4” kata gue
“pake nanya lagi, ini obat panas, flu, vitamiin dua, udah minum aja” kata nyokap
“ga ada racunnya kan?” kata gue
“ADA SEMUANYA RACUN, dah minum cepet” kata nyokap
“iya iya ma” kata gue meminum obat yang gue terima
“dah sekarang sana tidur” kata nyokap
“iya mah ke atas dulu ya” kata gue
“iya gih tidur, nyai lim sama mbah bram jagain wildan ya” kata nyokap
“baik .... (sebutan nyokap gue)” kata mbah bram dan nyai lim
“yaudah sana gih” kata nyokap

Gue naik lagi ke kamar gue, mau pegang hp ngabarin temen-temen gue tapi rasanya males banget kaya ga enak dan sekarang perasaan gua adalah seperti di suruh mandi besar, ya gue seperti di suruh mandi besar dan hanya menatap wc. Pada akhirnya gue putuskan buat mandi besar dulu gatau kenapa gue selalu ngikutin perasaan gue dan gue yakin perasaan gue ga pernah salah.

Setelah mandi besar, tentu aja gue menggigil kaya lagi di kutub utara (padahal gue belom pernah kesana), gue kembali tiduran di kasur gue dan tiba-tiba dengan cepat mata gue tertutup dan nge blank dengan cepat, sempet gue denger dimana mbah bram dan nyai lim memanggil gue dan gue ga bisa bangun lagi.

Saat mata gue terpejam, tiba-tiba ada cahaya putih dan cukup terang, gue lihat ke arah kanan gue ternyata ada sesosok manusia dengan cahaya yang terang dimana gue ga bisa liat mukanya, mengenakan pakaian putih terang dan bersih, tiba-tiba dia menghampiri gue dan memanggil nama gue dengan jelas.

“wildan tolong bangun” kata dia
“haaa kamu siapa?” kata gue
“kamu tidak perlu tau siapa saya” kata dia
“terus kenapa saya harus bangun?” kata gue
“saya mendapatkan pesan untuk membawa kamu ke suatu tempat” kata dia
“dimana tempat itu?” kata gue
“nanti kamu akan tahu sendiri tempat itu saat kamu ikut dengan saya” kata dia mengulurkan tangan
“oke deh” kata gue memegang tanggannya yang adem ga dingin banget tapi adem.

Saat gue di tarik oleh dia gue berdiri dengan tegak dan gue ga merasakan badan gue panas atau pusing seperti sebelumnya karena yang gue ingat adalah gue sedang dalam keadaan sakit. Saat berdiri gue menatap dia dan gue seperti merasakan dia tersenyum ke arah gue walau gue ga bisa liat mukanya karena tertutup cahaya terang itu, saat gue balikan badan dan ternyata..... BADAN GUE ADA DISITU, ya gue liat badan gue masih disitu tiduran dengan tenang dan senyum, sedangkan gue disini berdiri tegak di samping entah siapa dia.

“itu... itu... saya kan?” kata gue
“iya itu kamu” kata dia
“tunggu gue mati?” kata gue
“tidak kamu tidak mati” kata dia
“terus kenapa saya bisa ada disini sekarang? Kan badan saya disitu” kata gue nunjuk badan gue
“saya hanya meminjam kamu sebentar karena mendapatkan perintah untuk membawa kamu ke suatu tempat” kata dia
“oke gue anggap gue udah mati, kita mau kemana?” kata gue
“baiklah saya akan bawa kamu ke tempat yang saya maksudkan” kata dia

Dia mengulurkan tangan dan gue pegang tangan dia yang adem ini, dengan tiba-tiba gue merasakan seperti terbang, kaki gue tidak menyentuh tanah sama sekali.

“ehhhh gue terbang woeee ini kenapa?” kata gue
“tidak apa-apa mari ikut saya dan jangan lepaskan pegangan kamu” kata dia
“yaudah deh udah mati juga gue” kata gue

Dengan cepat entah secepat kilat, secepat kecepatan cahaya atau apalah yang pasti cepet banget dan tibalah dimana suatu tempat, dimana disitu banyak orang berkumpul, saking banyaknya udah ga bisa di itung lagi, layaknya supporter yang berkumpul dan itu banyak banget seperti pasukan yang di bariskan di lapangan.

“tunggu ini ada apa kok ramai?” kata gue
“baiklah saya akan memulai dari sini” kata dia
kita turun ke tempat paling depan namun kaki gue masih tidak menginjak tanah sama sekali, gue lihat sesosok manusia yang dimana matanya di tutup, mulutnya di tutup, hati, tangan dan kaki yang dapat berbicara, saat orang-orang ini berada pada barisan depan mereka seperti di introgasi dan di tanya ini itu. 

“itu kenapa semua badan mereka bisa berbicara?” kata gue
“ya disini adalah dimana umat manusia tidak dapat berbicara dan semua tubuh mereka berbicara dengan sendirinya dan semua yang keluar dari ucapan itu adalah kejujuran sepenuhnya dimana umat manusia tidak dapat menjawab pertanyaan itu dengan pikiran mereka” kata dia
“oke ini aneh, ini kita dimana?” kata gue
“ini ada di alam kubur” kata dia
“ALAM KUBUR? GUE MATI DONG” kata gue
“tidak kamu tidak meninggal atau mati, kamu hanya di pinjam sebentar” kata dia
“oke oke gue udah bingung sekarang apa lagi?” kata gue
“baiklah sekarang ketempat selanjutnya” kata dia

Dia membawa gue ke tempat dimana orang-orang yang telah lolos atau sudah di tanya itu mereka menuju seperti jembatan yang tidak kelihatan oleh mata gue tapi gue liat mereka semua menyebrang.

“itu mana jembatannya?” kata gue
“ada di bawah kaki mereka semua” kata dia
“mana? Ga ada” kata gue
“mari saya perlihatkan” kata dia 

Kami mendekat dimana kita bisa liat kaki mereka melangkah dan ternyata jembatan ini tipis banget ga keliatan mata beneran.

“ini jembatan?” kata gue
“iya ini jembatannya” kata dia
“ini tipis banget, jembatan apa ini?” kata gue
“silahkan ambil 1 helai rambut kamu” kata dia
Gua ambil 1 helai rambut gue dan gue cabut dari kepala gue “adohhhh” kat gue
“silahkan lihat rambut kamu” kata dia
“iya udah ini” kata gue sambil memegang rambut gue
“silahkan bandingkan dengan jembatan ini” kata dia menunjuk jembatan
Saat gue ukur bersama bersebelahan ternyata masih lebih tebal rambut gue ketimbang jembatan ini.

“masih tebelan rambut gue” kata gue
“ya, jembatan ini adalah dimana satu helai rambut manusia di belah menjadi 7 bagian dan pada bagian itu adalah setipis jembatan ini” kata dia menunjuk jembatan ini
“sumpah rambut gue aja udah tipis ini di bagi 7?” kata gue
“iya di bagi menjadi 7 helai.” Kata dia
“oke gimana kalau mereka jatuh?” kata gue
“ga akan ada yang terjatuh mereka semua melewati ini semua dengan selamat” kata dia
“untung di dunia ga ada jembatan begini” kata gue
“apakah kamu sudah puas disini?” kata dia
“oke udah kita kemana lagi?” kata gue
“baik ikuti saya” kata dia

Kita berdua meluncur ke satu tempat dimana tempat ini banyak sekumpulan manusia juga yang mengantri.

“oke ini sama kaya tempat tadi ini tempat apa?” kata gue
“disini adalah dimana tempat di hisab atau di perhitungkannya dosa dan pahala selama ada di dunia” kata dia
“di hitung gimana caranya?” kata gue
“cara penghitungannya tidak seperti di dunia dan ini tidak kelihatan oleh mata kamu, hanya DIA yang dapat melihat dan menghitungnya” kata dia
“DIA? Wait siapa DIA?” kata gue
“DIA adalah SANG PENCIPTA dan MAHA BESAR” kata dia
“serius?” kata gue
“iya itu adalah DIA” kata dia
“lah gue kok takut ya?” kata gue
“wajar kamu takut saat mendengar namanya karena memang itu yang seharusnya kamu rasakan begitupun dengan saya” kata dia
“oke selesai dari tempat ini kita kemana?” kata gue
“baik sekarang saya akan membawa kamu ketempat dimana mata kamu dapat di manjakan dan dapat membuat mata kamu perih, kamu mau yang mana dahulu?” kata dia
“biasanya sih yang seru pasti yang baik dulu” kata gue
“baik saya akan membawa kamu ketempat itu” kata dia

Dengan cepat juga gue di bawa olehnya ke tempat dimana tempat ini dingin, terang dan adem.

“inilah tempatnya” kata dia menunjuk
“wahhhh adem banget” kata gue
“ya begitulah tempat ini ketenangan, dan kenyamanan serta tempat bahagia adanya disini” kata dia
“bisa gak gue masuk kesana?” kata gue
“baik kita akan kesana” kata dia

Dibawanya gue ke dalam tempat ini dan bener aja di dalem sini tempatnya nyaman, sejuk dan gue bisa lihat semua orang tersenyum dan tertawa, ada satu pemandangan yang membuat gue bertanya kenapa pada alat “VITAL” baik dada ataupun bagian “BAWAH” di tutupi oleh semacam cahaya.

“boleh gue nanya?” kata gue
“silahkan apa itu?” kata dia
“kenapa pada bagian alat vital mereka tertutupi oleh cahaya?” kata gue
“karena sesungguhnya umat manusia tidak akan di beri lihat pada bagian “itu” setelah masuk ke alam ini” kata dia
“alam ini? Tunggu ini akhirat?” kata gue
“iya ini adalah akhirat” kata dia
“sumpah pinter lu ya buat gue takut” kata gue
“tidak apa-apa kamu hanya di pinjam sebentar dan akan di kembalikan ke dunia nanti” kata dia
“oke deh, selanjutnya kemana?” kata gue
“ketempat dimana tempat ini paling menyakitkan, kamu siap melihatnya?” kata dia
“oke mau gamau gue harus siap, gue sudah melihat yang sisi baik jadi harus liat sisi buruknya juga” kata gue
“baik mari ikut saya” kata dia

Kita meluncur lagi dimana tempat ini merah panas, dan suhu disini ga kekira deh.

“disini panas gue ga kuat” kata gue
“pegang tangan saya” kata dia

Gue pegang tangan dia dan seketika panas itu berubah jadi dingin walau gue lihat memang tempat ini masih panas, ada api dimana-mana, ada cairan seperti lava dimana mana menyembur sana dan sini.

“disini panas banget sumpah lebih panas dari apapun” kata gue
“memang disini panas banget, bayangkan saay tangan kamu terkena api yang ada di dunia, itu hanya sebagian kecilnya dan panas disini berkali-kali lipat dan tidak ada yang dapat menyamainya” kata dia
“oke dengan matahari?” kata gue
“berjuta-juta kali dari panasnya matahari” kata dia
“oke itu panas” kata gue
“ada yang mau ingin di tanyakan kembali?” kata dia
“oke selain panasnya disini apa lagi yang dapat gue liat?” kata gue
“baik kemarilah” kata dia menarik tangan gue ke arah tengah-tengah

“lihatlah dengan baik-baik” kata dia menunjuk
“astagaaaaa” kata gue terkejut

Sekelompok manusia yang di perbudak dan tidak ada istirahat sedikitpun dimana kakinya tidak ada alas padahal di bawahnya adalah lava panas yang di maksud tadi dan bau yang tidak menyenangkan menyengat di hidung gue.

“mereka disini makan dan minum apa?” kata gue
“mereka meminum cairan panas ini langsung ke mulutnya atau meminum nanah kental yang panas dan juga memakan buah ini” kata dia menunjukan buahnya

Gue definisiin apa yang gue liat, bentuknya bulat dan tajam seperti duri tapi lebih tajem dari pada duri yang pernah gue liat, dan itu dimasukan ke dalam mulut mereka dan di telannya langsung bulat-bulat tanpa mengunyahnya, sedangkan nanah yang di maksud baunya sangat menyengat di hidung dan tidak bisa di definisikan baunya kentalnya lebih kental dari yang lain, dan warnanya yang familiar yaitu wana nanah yang kalian lihat namun ga ada cairan putihnya warnanya benar benar kuning pekat. 

“ini yang masuk ke dalam mulut dan tenggorokan mereka?” kata gue
“iya buah dan minuman inilah yang masuk ke mulut mereka” kata dia
“astagaaaaaaa, kok gue sedih ya, takut yang amat sangat, dan jujur gue ga tega liatnya air mata aja ga cukup kyaknya” kata 
“saya mengerti apa yang kamu maksud dan kamu tenang saja karena bukan “waktu” nya buat kamu saat ini” kata dia
“boleh saya melihat sesuatu?” kata gue
“apa yang ingin kamu lihat?” kata dia
“saya mengenal yang namanya iblis dan dia tidak mau tunduk kepada umat manusia, bolehkan saya melihat dia?” kata gue
“baiklah saya akan membawa kamu ke tempat dia” kata dia

Kita berdua pergi ke satu tempat yang dimana IBLIS ini berada dan ternyata dengan sekejab dia berada tepat di depan gue dan gue merasakan takut yang sangat karena tatapan matanya yang kejam.

“haaaaa” kata gue berlindung di belakang dia
“tenang saja dia tidak dapat melihat kita” kata dia
“serem, kenapa ada mahluk serem kaya dia sih gue ga kuat” kata gue
“sebenarnya itu hanya perasaan kamu saja, sesungguhnya dialah yang patut takut dengan manusia karena kekurangannya” kata dia
“kenapa dia harus takut akan kekurangannya?” kata gue
“baiklah, bayangkan manusia terbuat dari apa dan dia terbuat dari apa silahkan pikirkan” kata dia
“manusia dari tanah dan dia dari api” kata gue
“timpalah api itu dengan tanah” kata dia
“apinya jadi ga ada apa-apa” kata gue
“nah itulah dia, sesungguhnya jika umat manusia beriman, maka dia tidak bisa apa-apa” kata dia
“untuk yang tidak beriman?” kata gue
“maka disini lah tempatnya dimana mereka di jadikan budak oleh dia” kata dia

Gue bakal definisikan bagaimana sosok iblis ini, sosoknya tinggi dan besar, sangat besar, kobaran api dimana-mana, sosok badannya semua api tidak ada yang berbentuk seperti manusia, matanya pun dari api, tangannya yang besar dan mulutnya yang mempuyai taring yang besar dan tanduk yang besar di kepalanya. Gue tidak di perkenankan mendengarkan ucapannya dan tawanya, yang pasti serem deh ga bisa di gambarin. 

“bisakah saya meminta satu lagi?” kata gue
“jika saya bisa mewujudkannya saya akan mewujudkannya” kata dia
“bisakan saya bertemu dengan DIA?” kata gue
“maaf untuk itu saya tidak dapat mewujudkannya atau mempertemukan kamu dengan DIA” kata dia
“kenapa?” kata gue
“sesungguhnya jangankan kamu manusia, saya sendiri saja belum pernah bertemu dengan DIA” kata dia
“iblis udah?” kata gue
“Siapapun yang kamu ketahui sesungguhnya belum pernah bertemu dengan YANG KUASA, kita hanya bisa berdoa dan menyembah, karena dia tidak berwujud dan tidak ada yang mengetahui wujudnya” kata dia
“apakah dia dekat?” kata gue
“dia lebih dekat dari pada ini” kata dia memegang urat nadi leher gue
“lebih dekat dari pada ini?” kata gue memegang nadi ge
“ya, sesungguhnya dia lebih dekat dari pada nadi kamu, dan begitupun dengan tempat ini, dia MAHA KUASA dia dapat menciptakan apapun” kata dia
“jadi saya ga bisa bertemu?” kata gue
“dia ada di dekat kamu, jadi tidak perlu kamu mencarinya dan dia sudah dekat dengan kita” kata dia
“oke saya puas dengan semuanya” kata gue senyum
“baiklah saya akan mengembalikan kamu ke dunia” kata dia

Kita berdua kembali ke tempat dimana jasad gue tertidur disana.

“sebelum saya kembali ke tubuh saya, bolehkah saya mengetahui sesuatu?” kata gue
“apakah itu?” kata dia
“kenapa gue di kasih liat kaya tadi?” kata gue
“saya hanya menerima perintah dari DIA untuk menyampaikan itu semua ke kamu, dan PENGELIHATAN LEBIH mu itu harus di sebarkan dengan baik dan bersabar karena sebenarnya amanah ini sangatlah berat, akan ada yang percaya dan tidak percaya akan apa yang engkau ceritakan nantinya, tapi percayalah DIA tidak akan memberikan amanah dan cobaan yang menurut DIA tidak akan mampu bagi umatnya, DIA memberikan engkau ini berarti DIA sudah mengetahui bahwa kamu sanggup untuk menerima ini dan melakukan ini” kata dia
“tapi kenapa harus gue?” kata gue
“karena kamu adalah orang yang dipilih oleh-NYA dan di berikan kelebihan disini (nunjuk hati gue), sebarkan dan gunakanlah dengan baik dan benar, maka DIA akan memudahkan segalanya dan memberikan apa yang engkau minta.” Kata dia
“tapi beberapa doa saya tidak ada yang terwujud” kata gue
“bukan tidak di wujudkan atau di kabulkan akan tetapi belum di kabulkan karena mungkin menurut – NYA kamu belum siap untuk menerimanya, maka pada saat yang tepat menurut usahamu maka DIA akan mengabulkannya, DIA itu baik dan pengampun” kata dia
"apakah hanya kali ini saja saya dapat melihat itu?" kata gue
"kamu bisa datang kapanpun kamu mau dan kamu memang susah si persiapkan untuk itu sejak kamu menjadi janin" kata dia 
"lalu apa lagi selain itu?" kata gue
"kamu di beri kelebijan untuk melihat masa yang akan datang sedikit walau hanya sebatas gambaran coretan kecil, dan kamu dapat melihat masa yang telah berlalu juga" kata dia 
"tiap saat saya dapat lihat masa depan dan masa lalu?" kata gue
"kapanpun jika kamu menginginkannya, dan jangan di salah gunakan karena jarang orang seperti kamu di beri kelebihan seperti ini" kata dia
"pasti gue jaga kok rahasia ini, gue bisa ketemu dengan keluarga gue disana kan?" kata gue
"bisa jika kamu kenal mereka dan akan saya wujudkan kamu ke mereka" kata dia
"kenapa bisa gue ga kenal mereka?" kata gue
"karena pada saat mereka semua masuk ke alam kubur para wanita kembali ke usia dimana mereka dewasa yaitu 17 tahun dan laki laki adalah 21 tahun" kata dia
“oke makasih gue udah tau sekarang, oh ya saya lupa, pas saya tidur lagi, tolong sampaikan salam gue ke seseorang” kata gue
“siapa itu?” kata dia
“kamu pasti tau siapa dia karena dia ada DISANA tadi, tersenyum ke arah gue, jadi tolong sampaikan salam gue ya” kata gue
“baik nanti akan saya sampaikan, tidurlah, aku akan membangunkanmu” kata dia
“oke makasih ya” kata gue senyum
“sama-sama itu tugas saya” kata dia

Gue tiduran kembali di atas badan gue dan dia mendorong dada gue ke arah badan gue, tangannya yang dingin menusuk ke arah dada gue, seketika pengelihatan gue hitam kembali dan ssat itu juga gue terbangun dari tidurnya gue.


EmoticonEmoticon