Penglihatan Lebih ( Part 49 ) Siapakah Mbah bram dan Mbah Yin?

Cerita Campur - Siapakah Mbah bram dan Mbah Yin?

“Mbah-mbah yang aku sayangi, saya mau tanya, kalian ini sebenearnya siapa?” kata gue
“izinkan kami yang menjelaskan” kata 2 macan di belakangnya maju ke depan yang satu hitam besar dan yang satu putih kekar.
“kalian ini siapa?” kata gue
“saya adalah tim dari pasukan mbah bram dan dia adalah rum adalah dari pasukan Mbah Yin, dek” kata mbah tin dan mbah rum menunduk depan gue
“oke, kalian mau jelasin apa mbah-mbah?” kata gue
“apapun yang dek wildan mau tau akan saya jelaskan” kata mbah tim
“mbah bram dan mbah yin ini siapanya kalian?” kata gue
“mereka adalah pemimpin pasukan kami dek” kata mbah rum
“pemimpin pasukan?” kata gue
“iya, mbah bram dan mbah yin adalah pemimpin pasukan dari dua kerajaan yang berbeda” kata mbah tim
“jadi kalian pernah bertarung terus jadi teman?” kata gue
“baik dek biar saya yang jelaskan, dahulu saya dan mbah yin adalah pemimpin pasukan dari dua kerajaan berbeda yaitu dari garis keturunan mamanya dek wildan, setelah adanya dua pernikahan kerajaan kami berdua menjadi penjaga kerajaan yang baru” kata mbah bram
“dan mbah yin?” kata gue
“baik dek, mulai saat itu juga saya sudah menganggap mbah bram adalah keluarga saya, dan saya akui mbah bram pantas sebagai penjaga terkuat dari kerajaan waktu itu walau kasta saya di atas dia, tapi saya menganggap dia adalah kesatria yang hebat dan kuat.” Kata mbah yin

Sejenak gue berpikir apa yang harus gue simpulkan disini, gue masih belum mendapatkan poin apapun sampai semuanya jelas siapa mbah yin dan mbah bram sebenarnya dengan jelas. Karena terlalu banyak pertanyaan yang ada di kepala gue. Gue mengkerutkan dahi di depan dimas, dia langsung diri nemenin gue yang lagi berdiri di depan pasukan macan yang banyak ini.

“kalem wil, gue temenin lu” kata dimas
“gue pusing ini mau gimana lagi, maksud nya apa gue ge ngerti” kata gue
“sabar-saabar tanyain aja pelan-pelan” kata dimas
“okedeh, jadi mbah bram dan mbah yin ini berteman?” kata gue
“iya dek” kata mbah yin dan mbah bram
“terus kalian ini pemimpin pasukan terkuat di kerajaan dari darah mama?” kata gue
“iya dek benar” kata mereka
“oke saya mau jujur ya mbah bram dan saya mau denger itu dari mbah bram, saya pernah bermimpi ketemu eyang dimana mbah bram adalah penjaga terkuat di kerajaan dan di wariskan kesaya karena saya bisa mengendalikan semuanya, apakah benar?” kata gue
“iya dek, saya adalah pemimpin terkuat di kerajaan setelah mbah yin, dan saya di wariskan ke pada dek wildan setelah eyang dek wildan” kata mbah bram
“jadi setelah eyang itu di teruskan ke saya? Bukan ke kakek dulu atau ke uwa dulu?” kata gue
“iya dek itu benar” kata mbah bram
“jadi kalian ini berteman, dan mbah bram adalah warisan ke saya? Dan kalian dari pasukan pertahanan terkuat di kerajaan?” kata gue
“iya dek dan saya akan di wariskan juga ke adek jika waktunya sudah siap” kata mbah yin
“mbah yin warisan saya juga?” kata gue kaget
“iya dek, yin juga adalah warisan untuk dek wildan suatu saat nanti pada saat dek wildan sudah siap” kata mbah bram
“Keren lu wil, dapet macan terkuat” kata dimas
“bukan gitu dim gue makin pusing, gue harus minta kejelasan nanti ke uwa gue dim” kata gue garuk-garuk kepala
“apakah pasukan dapat di pulangkan sekarang dek?” kata mbah yin
“iya mbah boleh” kata gue pusing

mereka semua menghilang dalam keadaan membungkuk hotmat di depan gue, gue masih bingung dalam situasi ini, jadi mbah bram dan mbah yin ini teman dari 2 kerajaan jadi 1 dan sama sama menjadi prajurit pertahanan terkuat fi kerajaannya, berarti mbah bram dan mbah yin ini sama sama kuat dan mereka adalah warisan gue.

"kalian warisan buat wildan?" kata dimas
"iya dek dimas, kami adalah warisan untuk dek wildan" kata mbah bram
"kapan mbah yin bakal sama saya mbah?" kata gue
"pada saat waktu yang tepat dek" kata mbah yin
"kapan waktunya itu mbahhhhhh?" kata gue kesell juga
"saya belum menemukan jawabannya juga dek, nanti bisa di tanyakan ke uwa ade" kata mbah yin
"jadi kalian dari keturunan mama ya?" kata gue 
"iya dek" kata mereka berdua
"yaudah untuk sementara sudah cukup pertanyaan saya sampai disini, tapi nanti oas saya butuh mbah yin tolong dateng ya mbah" kata gue
"baik dek" kata mbah yin membungkuk
"kita temenan mbah tenang, oh ya mbah boleh pulang kok" kata gue senyum
"baik dek" kata mbah yin dan menghilang
"mbah bram sama saya ya" kata gue
"baik dek" kata mbah bram
"yaudah kita bawa nanda ke rumah gue dulu dah biar di bersihin dulu" kata gue
"yoi wil... yuk cus" kata dimas
"gotong dong ini... masa gue" kata tiara
"pacar lu itu begoooo" kata gue nendang pantat dimas
"oh iya lupa maaf maaf sini yang" kata dimas
"terus aja lupa ya yang lupa terus" kata nanda
"iya ihhh marah marah mulu ayo" kata dimas gotong nanda

kita semua jalan ke parkiran motor dengan segala medan licin terutama tanjakan wajar aja susah sambil gotong nanda. sesampainya di motor nanda masih pusing.

"nan lu kuat naik motor ga?" kata gue
"pertanyaan lu lucu wil jelas gue ga kuat" kata nanda
"gimana dong wil gue takut dia jatuh" kata dimas
"yaudah siniin sabuk lu" kata gue kedimas
"buat apaan wil?" kata dimas
"udah siniin ah" kata gue narik sabuk dimas.

gue membuat sambungan antara sabuk gue dan dimas untuk di ikatkan ke badan nanda jadi pada saat di motor nanda ga jatuh pas lagi di motor.

“wih lu pinter wil, kepikiran dari mana lu?” kata dimas
“ini di pake sama nyokap gue dulu ke ade gue sama ke gue kalo ngantuk di motor kaya gini dim” kata gue
“pinter juga lu, dah siap nih?” kata dimas
“dah yo jalan” kata gue naik ke motor
“tiara kamu pegangan terus ya sama dimas” kata tiara
”iya ra aku juga gamau jatuh kali ah elo, gue pusing buat gue gedeg aja” kata nanda.

Kita semua naik motor dan menuju jalan pulang, jelas-jelas kita jalan pelan pelan soalnya bawa orang yang baru kesurupan dan pusing itu, di jalan beberapa kali nanda mau jatuh dan gue punya ide, buat masukin mbah bram ke nanda.

“mbah bram” kata gue dalem hati
“iya dek wildan” kata mbah bram
“bisa masuk ke dalam nanda? Agar dia tidak lemas” kata gue
“bisa dek” kata mbah bram
“tolong ya mbah” kata gue
“baik dek” kata mbah bram

Mbah bram dengan cepat masuk kedalam tubuh nanda, dan sepertinya pusing dia hilang, dan dia tersenyum dan gue balas senyumannya gue tau maksud senyumannya itu “terimakasih” gue senyum “no prob buddy”. Sesampainya di rumah gue langsung panggil mama.

“maaaaaa” kata ge
“apaan?” kata nyokap gue
“ini nanda kesurupan tadi” kata gue ngangkat nanda ke sofa
“iya udah tau sini, keluarin mbah bramnya” kata mama
“mbah keluar mbah” kata gue dan mbah bram keluar
“udah tau sekarang siapa mbah bram dan mbah yin?” kata mama
“udah mah kaget juga sih, nih pasukan pertahanan ternyata” kata gue
“cuman yang kuat loh yang bisa sama dia, kalau dia di warisin ke kamu berarti kamu kuat” kata mama sambil ngelus kepala nanda
“yaudah kita ke atas dulu ya mah bilang kalo nanda udah sembuh” kata gue
“iya ntar di teriakin kok kalo udah sembuh” kata nyokap gue
“itu nanda di buat pingsan lagi sama mama?” kata gue
“iya biar gampang, biar dia ga kesakitan juga” kata nyokap
“wah parah, udah pingsan lama ini pingsan lagi tega bener” kata gue
“yang tega sih yang ngajak ke rumah setan itu” kata nyokap gue
“wildan dong?” kata gue nunjuk diri gue sendiri
“iya siapa lagi coba” kata nyokap
“yaudahlah keatas dulu” kata gue




Kita pun ke atas, dan membersihkan badan, setelah membersihkan badan gue tiduran sambil liat mbah bram yang lagi liatin ke gue dan dalem hati cuman bisa bilang, “Gue beruntung punya lu” dan dia tersenyum sama gue dan membungkuk hormat, setelah itu ane ketiduran dengan tiara di samping gue.


EmoticonEmoticon