Penglihatan Lebih ( Part 47 ) Show Time

Cerita Campur - Show Time

Sekelompok pasukan macan dari mbah bram dan mbah yin menyerang sekelompok setan yang ada di sini, sekalinya nongol banyak banget kaya anak SMA mau tawuran deh, cuman nih gaib, cuman ada angin doang sama bau gosong, macan-macan punya mbah bram dan mbah yin membakar semua setan yang ada, tidak ada satupun dari mereka yang gugur akibat serangan setan-setan ini, memang setan lemah sih.




Nyai gun menyerang kesegala arah dengan cepatnya baik dengan lilitannya, ekornya dan tongkatnya yang panjang, aura hitamnya nyai gun membakar beberapa setan di dekatnya, macan-macan yang ada loncat sana dan sini, manuver berkali-kali mulai dari gigit, nyakar bahkan menabrak yang ada di depannya hingga kebakar. Sungguh pemandangan baru buat gue.

“anjir wil, keren banget berasa punya pasukan” kata dimas
“gue juga baru tai ini mbah bram sama mbah yin punya pasukan segini banyak” kata gue
“cuman segini apa masih ada lagi wil?” kata dimas
“gatau deh, coba ya gue tanya” kata gue jongkok di depan mbah bram dan mbah yin
“mbah yin, mbah bram, ini semua pasukan kalian?” kata gue
“iya dek” kata mereka berdua
“sebanyak ini?” kata gue
“tidak dek, ini baru beberapa saja, masih ada pasukan lainnya” kata mbah bram
“sebenarnya ada berapa pasukan yang kalian miliki?” kata gue
“....” mbah bram dan mbah yin saling menatap satu dan lainnya
“mbah jawab ada berapa?” kata gue
“ada banyak dek” kata mbah bram
“iya banyaknya berapa mbah” kata gue
“ribuan dek, ini baru beberapa saja” kata mbah yin
“RIBUAN? BUSET” kata dimas
“oke nanti kita ngomong ya, mbah yin sama pasukan jangan dulu pulang” kata gue
“baik dek” kata mbah yin

Gue harus tau ada apa di antara mereka berdua sehingga bisa memiliki pasukan sebanyak itu dan mereka memanggil nama bukan sebutan “MBAH” ada apa di antara mereka berdua yang memiliki kekuatan hebat ini.

“AYANGGGGGGGGGGG” tiara teriak dan menunjuk ke atas, ada sesosok setan yang terbang menuju ke kita.

Dengan cepat mbah bram loncat dan menggigit setan itu dan terbakar begitu saja.

“makasih mbah” kata gue
“ini mudah dek, apakah saya di perbolehkan ikut bertarung?” kata mbah bram
“mbah mau ikutan perang?” kata gue
“iya dek” kata mbah bram
“yasudah mbah, silahkan asal jangan sampai terbunuh” kata gue
“tidak akan dek, ini mudah buat saya, yin tolong jaga dek wildan” kata mbah bram
“baik bram, hati-hati, saya akan menjaga dek wildan dan lainnya disini” kata mbah yin
“saya ijin pergi” kata mbah bram dan mbah yin mengangguk

“AAAARRRRGGGGGGG” mbah bram mengeluarkan suara yang cukup keras, seiring dengan suara besarnya macan-macan yang melihat ke arah mbah bram yang sedang berlari memberikan jalan untuk mbah bram. Dia menyerang beberapa setan secara bersamaan bukan 1-2 setan tapi bisa 5-7 setan bisa dia serang secara bersamaan dan lincahnya. Memang mbah gue paling keren dah. Tanpa aura birunya aja dia sudah begitu.

“anjir wil macan lu, kok gue ngeri ya” kata dimas
“makanya kenapa lu kalah bego” kata gue
“tau deh yang menang lawan gue” kata dimas
“iyalah sejak kapan ular menang lawan macan, kecuali anconda ya” kata gue
“iya sayangnya ular gue bukan anaconda” kata dimas
“sayang aku masih takut” kata tiara.
“tenang aja kamu liat sendiri macan-macan disini ngelindungin kita” kata gue
“iya tapi tetep aja masih rame” kata tiara
“tenang aja” kata gue ngelus punggungnya
“nasib nanda gimana wil?” kata dimas
“itu urusan lu sih” kata gue
“ANAK SETAAAAAANNNNNN” kata dimas nyekek gue
“ANJING SAKIT SETAN, abis ini kita ke kamar situ” kata gue
“yakin gapapa?” kata dimas
“nih ada ini” kata gue nunjuk mbah yin yang sedang melihat sekitar

Ada beberapa setan yang lolos dan mau menyerang gue tapi mbah yin dengan ahlinya menyerang setan itu dengan taring barunya, ya taring panjang dan besar di mulutnya, giginya udah kaya drakula cuman panjang banget kali ini. Bulu hitamnya mbah yin seakan buat gue percaya kalau dia bisa menjaga kami semua dan bisa buat nanda kembali lagi, setan konyol di kamar itu lagi.

“mbah bisa bawa kita ke kamar disitu?” kata gue
“bisa dek, melawan setan itu?” kata mbah yin
“iya mbah, saya mau nanda kembali” kata gue
“baik dek itu mudah” kata mbah yin
“tapi saya takut ada jebakannya” kata gue
“tenang dek saya nanti yang akan masuk duluan” kata mbah yin
“baik mbah, bisa sekarang kesana?” kata gue
“bisa dek, ikuti saya” kata mbah yin
“oke mbah” kata gue
“ayo ikut gue dim, kita susul nanda” kata gue
“oke wil gue di belakang tiara” kata dimas

Gue di belakang mbah yin dan tiara di belakang gue di ikuti oleh dimas, semua macan disini memberikan ruangan kembali untuk kita berjalan serasa raja, kita jalan dengan santainya menuju kamar itu, sesampainya di depan kamar sepertinya nanda sedang di ritual sesuatu oleh setan ini, yang tadinya masuk di dalam badan nanda ini sekarang dia di luar badannya nanda lebih tepatnya hadap-hadapan dengan muka nanda.

“woe setan bangsad” kata dimas
“....” dia menoleh kearah kami
“udahlah nyerah aja mbak, lu udah kalah” kata gue
“HAHAHAHHAHA INI BELUM SELESAI, SAYA KIRA KALIAN TIDAK PUNYA PASUKAN SEBANYAK ITU, TERNYATA PADA KUAT JUGA TAPI SAYA TIDAK KHAWATIR KARENA SAYA LEBIH KUAT” kata dia
“yaelah masih aja sombong” kata gue
“lepasin anak itu” kata mbah yin maju lagi tapi gue gak maju takut kenapa-kenapa
“TIDAK AKAN MACAN BODOH” kata dia
“anak itu tidak akan pulang bersama kamu, saya akan mengambilnya kembali” kata mbah yin
“ANAK INI PUNYA SAYA” kata dia
“tidak akan pernah” kata mbah yin

Setelah beberapa percakapan tiba-tiba mbah bram muncul di samping gue, ada beberapa luka kecil di badannya, tapi sepertinya sudah biasa buat dia.

“mbah, itu badannya luka gapapa?” kata gua
“tidak apa-apa dek, ini tidak seberapa” kata mbah bram pasang tampang seneng
“perangnya udah beres mbah?” kata gue
“lihat kebelakang dek” kata mbah bram

Gue liat kebelakang memang sekelompok macan ini sudah berbaris rapih, gila kali setan sebanyak itu musnah dengan beberapa macan doang, gila juga.

“buset abis semua dim” kata gue
“makanya itu, tadi jumlahnya banyak banget kenapa sisanya tinggal dia doang ya” kata dimas
“ga yakin gue dia cuman sendirian” kata gue
“saya minta izin menemani mbah yin dek” kata mbah bram
“baik mbah hati-hati” kata gue

Mbah bram dan mbah yin berdiri sebelahan, mereka berdua melangkah kedalam kamar, setelah beberapa langkah menuju nanda tiba-tiba mereka berdua seperti terikat oleh sesuatu yang kuat, gue perhatikan seperti ada bayangan, oke kali ini bayangannya gede banget item gede, mbah bram dan mbah yin seperti sedang di pegang oleh bayangan itu

“MBAH YIN,MBAH BRAM” kata gue
“HAHAHHAHAHA MATI KALIAN MACAN BODOH” kata dia

Sekelompok macan di belakang kita seperti ingin maju tapi terhenti oleh suara mbah bram.

“BERHENTI, ini urusan saya dan yin, kalian disitu saja” kata mbah bram
“hei setan bodoh, hanya ini penjagaan mu? Setan ini tidak akan bisa menyakiti kita” kata mbah yin
“HAHAHHA COBA SAJA LEPAS DARI DIA HAHAHHAA” kata nih setan konyol juga
“biarkan saya membantu dek” kata nyai gun
“yakin nyai?” kata gue
“iya dek, dia hitam begitupun dengan saya” kata nyai gun
“gimana dim??” kata gue
“its all yours” kata dimas
“oke nyai, tapi hati hati ya” kata gue
“baik dek” kata nyai gun masuk kedalam kamar.

Dengan santai nyai gun masuk kedalam kamar itu dan berdiri tepat didepan setan itu.

“MAU APA KAMU? KAMU ITU HITAM KENAPA BERPIHAK KEPADA MEREKA” Kata setan ini
“mereka menjaga saya seperti keluarga” kata nyai gun
“TAPI KAMU LEBIH DARI PADA MEREKA, DAN KAMU ITU HITAM” kata dia
“saya memang hitam, tapi saya menghargai mereka seperti keluarga, mereka menjaga saya” kata nyai gun
“DASAR KAMU SAMA BODOHNYA SAMA MACAN INI” kata nyai gun
“lepaskan anak ini” kata nyai gun, lagi-lagi aura api hitamnya membara di badannya
“TIDAK AKAN PERNAH” kata dia

Setelah kata kata itu Mbah bram dan Mbah yin mengeluarkan auranya juga, mbah bram warna biru dan mbah yin warnah putih kali ini untuk melepaskan pegangan bayangan hitam itu. Mbah bram, mbah yin dan nyai gun berdiri bersebelahan kali ini untuk bersiap melawan setan belagu ini, Saat mbah bram, nyai gun dan mbah yin ingin menyerang tiba-tiba ada suara dari belakang setan ini.

“TUNGGU SEBENTAR, JANGAN DI SERANG DULU”kata..... 


EmoticonEmoticon