Dia.. Dia.. Dia... Sempurna... ( Part 71 )

Awal bulan September 2012, tiba - tiba telpon meja kerjaku berdering, dilayar terlihat nomor extensi pemanggil 217, "wah dari bosku, tumben pagi - pagi sudah manggil" kataku dalam hati. "pagi pak" sapaku dengan nada ceria. "pagi, kamu bisa ke ruangan saya sebentar" perintahnya."siap pak" jawabku semangat. 

Sedikit gambaran tentang tempatku kerja, ruangannya tidak terlalu besar, untuk kamu para staff posisi nya di kubikal seukuran 1,5 x 1,5mtr, yah lumayanlah gak terlalu sempit dan dikelompokan tiap departemen, kami dari bagian marketing ditempatkan dibagian paling depan, biar sewaktu waktu kalau ada klien bisa cepat ditemui. sedangkan untuk ruangan level manager sudah disediakan ruangan terpisah.

Aku berjalan menuju ruangan beliau, terlihat beberapa rekan kerja masih sibuk sarapan "jam kerja kok sarapan, kalo mau sarapan dirumah" ledekku kepada salah satu temenku, mereka tersenyum, kebetulan dikantorku pekerjanya mayoritas pria.
"pagi pak" sapaku ketika masuk ke ruangan bos, "pagi, duduk san, ceria bener hari ini" katanya, "gak papa pak, bukannya tiap hari itu harus ceria" jawabku, "tapi gak seperti biasanya, atau kamu jangan jangan sudah dapet pacar" ledeknya, "ah bapak bisa aja, belum kepikiran pak" jawabku, "ooo, padahal kamu banyak yang suka san, inget san nunggu apa lagi, umur bakal nambah lho" katanya, "umur bukan nambah pak, tapi berkurang" jawabku senyum, beliau juga tersenyum.


"kok jadi bahas tentang saya sih pak, tadi bapak manggil ada apa ya" tanyaku, "ohya maaf, gini san, tadi pagi saya terima email dari salah satu klien kita, mereka minta kita ketempat mereka buat presentasi tentang beberapa produk kita, kamu bisa?" tanyanya, "siap pak, bisa" jawabku, "ini yang saya suka dari kamu, semangatmu itu san" katanya, "ah bapak bisa aja, ngomong ngomong kapan san kemana pak?" tanyaku, "besok first flight ke Palembang" katanya, "ke Palembang pak" jawabku, mendengar kata Palembang, pikiranku langsung ingat sesorang, seseorang yang sangat berarti bagiku. "Iya palembang, harus first flight ya san, perjalanan dari palembang ke tempat mereka bisa 3 jam" katanya, "baik pak, berapa lama" tanyaku, "terserah kamu, kamu atur saja, sekiranya sudah selesai langsung pulang" katanya, "baik pak" kataku, "tapi pulangnnya bawa Kakap ya" katanya, Kakap adalah perumpamaan kami untuk klien besar.

Aku kembali ke kubikalku, pikiranku kembali teringat sama dia, padahal belakangan ini aku sudah mulai melupakannya, "apakah mungkin kita bisa ketemu, kecil kemungkinannya" batinku, aku menatap sebuah bingkai foto kecil disamping layar monitorku, disana terlihat seorang laki-laki agak dekil, rambut gondrong, kulit coklat tersenyum ke arah kamera, tatapan matanya tajam melihatkan semangatnya yang besar. Apa kabarmu disana den, apakah kamu sudah bisa kejar mimpimu.


"woi bengong mulu, kerja" kata temenku rara membuatku kaget "sialan lo" kataku,
"Ngeliatan apa sih lo san" katanya, "nih" kataku sambil ngasih foto yang barusan kupandangi, "udah lo lupain aja, dia juga mungkin sudah lupa sama lo" kata rara, "udah ra, tapi gak bisa" jawabku, aku memang sudah cerita semuanya tentang deni ke rara, "lo bego ya, yang suka sama lo banyak san, melek dong, sampai kapan lo mau mandangi foto doang" katanya, aku cuma geleng "bego lo, coba lo cari di google atau FB atau twitter, coma lo ketik namanya kali aja keluar" saran rara, aku sudah coba semuanya tanpa rara suruh, tapi hasilnya ribuan deni yang keluar, pernah semalaman aku liat satu satu tapi hasilnya nol besar.
"san, lo besok ke palembang" tanya rara, "iya" jawabku singkat, "siapa aja" tanyanya, "paling bertiga sama indra dan hendra" jawabku, "ooo, ati ati lo, gw denger disana rawan" katanya, "iya ra, makasih sudah ngingetin" jawabku.

Sesuai arahan, hari ini aku sibuk urusin persiapan buat berangkat besok, dari cari hotel sampai urus transportasi selama disana, Dari klien kami sebenernya sudah menyediakan mobil buat penjemputan ke bandara, tapi agak kurang enak rasanya kalau mereka yang sediakan, kan kami yang butuh sama mereka.

"Mah, pah, besok santi mau ke Palembang, urusan kantor" kataku kepada papa dan mama pas makan malam dirumah, "Palembang? ati - ati lo nak, rawan" kata papa, "iya nak, lagian kamu ngapain sih masih repot repot kerja, kenapa gak nerusin usaha papa aja, papa lagi bener bener repot tuh" sambung mama, "gak mau ah, dari dulu bantuin papa terus, kapan santi bisa mandiri ma" jawabku, memang papa sudah sangat sering merayuku buat nerusin usahanya, tapi sudah sangat sering juga aku tolak, bisinis papa berkembang pesat, dulu kita hanya sewa kios di glodok, sekarang kita sudah punya kantor sendiri, dulu kita hanya supply barang barang jadi ke klien, tapi sekrang kita sudah punya workshop sendiri, jadi papa sudah bisa ngerjain beberapa pekerjaan pabrikasi.
"yaudah, kamu habis ini langsung istirahat, gak usah nonton film, nanti besok kesiangan, inget besok first flight" kata mama, aku nurut sebelum kekamar mereka cium pipiku, aku sangat beruntung bisa ada di keluarga ini, walau bukan anak kandung tapi mereka memperlakukanku sangat istimewa, mereka gak mau kehilangaku seperti mereka kehilangan anak pertama mereka.

Aku terbangun pukul 2 malam, memang biasanya aku terbangun jam 2, ambil wudhu tahajud, setiap kali aku berdo'a salah satunya mendo'akan deni, mungkin kebiasan yang sudah bertahun tahun jadi gak pernah bisa dirubah, mulutku secara otomatis mendo'akan dia.
Biasanya selepas tahajud aku kembali tidur, tapi untuk harini tidak, tanggung, jam 4 aku sudah harus ke bandara, daripada ketinggalan pesawat. Jam 4 aku langsung dianter papa ke bandara. Tiba di bandara pukul 4.30 karena jalan memang sangat kosong, papa langsung pulang setelah aku masuk bandara. Satu persatu temenku datang, setelah subuh kita langsung masuk pesawat, perjalanan ke palembang butuh waktu 45 menit, sesampainya disana kita sudah ditunggu supir dari mobil yang kita carter namanya agung.


"eh cari sarapan dulu yuk" ajakku, "yuk, perjalannya jauh 3 jam" kata hendra, "mas, sarapan yang enak dimana ya, yang khas palembang" tanyaku, "ooh, ada mbak, makanan khas palembang" katanya, lalu dia bawa kita ke lokasi yang dimaksud, kita langsung duduk "ini apa namanya mas" tanyaku "ini mie celor mbak, dijamin enak" katanya, karena baru pertama kita cobain pesen, ternyata rasanya memang enak, bentuknya kayak mie, tapi mienya besar besar, pake kuah santan kental, terus ada taburan udang dan telornya. "gimana mbak enak" kata agung, "enak mas, enak banget" jawabku.

Selepas sarapan kita langsung lanjut ke lokasi, sepanjang perjalanan aku hanya merhatiin jalan, sesekali mas agung jelasin ke kita tentang lokasi yang baru kita lewati, perjalanan cukup melelahkan, badanku pegel semua, sebenernya jaraknya gak terlalu jauh, tapi akses jalannya yang bikin pegel, banyak jalan rusak dan akses jalan satu satunya lewat sini, jadi semua kendaraan jadi satu, truk, bis, mobil dan motor.

Sekitar 3 jam lebih sedikit kita telah sampai dilokasi tujuan, setelah lapor ke security kita baru perbolehkan masuk, sudah beberapa kali aku masuk ke kilang minyak, tapi baru ini yang sangat detail, sampai semua diperiksa "maaf bu, lokasi kita objek vital nasional, jadi agak teliti" kata salah satu security, yah karena itu memang sudah stadar mereka aku gak masalah. Setelah pemeriksaa kita langsung diarahkan ke ruang meeting, kantor mereka sangat besar, jauh dibanding kantorku, fasilitasnya juga lengkap, dari gym sampai lapangan olahraga. "gila enak bener yang kerja disini" kata indra "gw mau lah kerja kayak gini" kata hendra, "iya ya, lengkap banget" kataku, didalam ruang meeting terdapat meja meeting panjang, muat untuk 30-40 orang, tiap kursi sudah disediakan microphone buat bicara. Kita menunggu sekitar 15 menit, lalu seorang bapak bapak masuk.

"maaf sudah menunggu lama" katanya, sambil berjabat tangan "gak kok pak" jawabku "saya santi pak" lanjutku sambil memberikan kartu namaku ke beliau "saya rizal, head procurement disini" katanya, lalu dia berkenalan dengan temen temenku. "Seharusnya saya masih ada 2 orang lagi, tapi mereka kebetulan sedang di lapangan, jadi mohon sabar ya, sekalian kita kumpulkan rekan rekan yang lain selaku usernya nanti" kata pak rizal, "iya pak gak papa" jawabku, "kalau begitu saya tinggal sebentar ya, disitu ada minuman kalau mau ambil saja" katanya sambil nunjuk kulkas yang ada diruangan "iya pak" jawab indra, gak lama setelah pak rizal pergi indra langsung ke kulkas "haus gw" katanya ketika ngeliat mataku sudah melotot "malu maluin" kataku, "buset, nih kulkas sudah kayak minimarket, penuh banget, lengkap" kata indra "kalian mau yang mana" tanyanya padaku dan hendra "nanti aja" jawabku. Sekitar 15 menit kita nunggu, akhirnya satu persatu pekerjanya masuk ke ruangan, sambil menunggu beberapa pekerja lain datang aku bagikan beberapa bingkisan dari kantor buat mereka, ada beberapa yang coba godain aku, maklum tempat kerja seperti ini mayoritas lelaki, mungkin perempuan bisa dihitung jari.

"silakan mbak santi dimulai" kata pak rizal, aku langsung mulai presentasinya, sekitar 30menit aku jelasin tentang produk kami tiba tiba ada yang masuk dari pintu, aku langsung gak bisa ngomong, dia cuma berdiri tampak kaget, seorang pria yang selama ini kucari berdiri sekitar 6 meter dari tempatku berdiri, tampak sangat banyak perubahan dirinya, dia yang dulu gondrong, agak kurus dan kulit coklat kehitaman sekarang berubah bersih, rambut tercukur api, yang tidak berubah hanya tatapan matanya, tatapan matanya yang aku jamin selalu bikin perempuan meleleh, dia tampak lebih gagah menggenakan seragam coverallnya, sampai aku disadarkan oleh indra "lo kenapa san" tanyanya, "eh gak papa" kataku "lo bisa gantiin gw" sambungku, karena aku sudah gak bisa fokus sama kerjaanku, indra langsung gantiin aku, aku lihat dia duduk disamping pak rizal, matanya tak pernah lepas menatapku, dia tersenyum, senyum yang sudah sangat lama ku nanti, mukaku panas, mungkin sudah terlihat merah diatas kulit wajahku yang putih. 

Tiba tiba hp ku bunyi, ada sms masuk dari nomor asing "apa kabar san", aku langsung lihat dia, dia senyum sambil menggoyangkan hpnya, aku baru sadar dia pasti bisa tau nomor hp ku dari daftar hadir yang kita isi, disana tertera nomor hp kami. "baik, kamu?" balasku, "kamu bisa liat sendiri" balasnya, "kamu bener bener beda, aku pangling" balasku, "kamu juga san, lebih cantik. Udah nanti ngobrolnya gak enak" balasnya, aku kembali natap dia, dia tersenyum.

Sekitar 30 menitan acaranya selesai, "Mbak, ini deni, staff saya" kata pak Rizal, "kita sudah kenal pak" jawab deni, "lho kok bisa" tanya melihat deni, "dulu waktu saya di jakarta pak" jawabnya, "wah bagus kalo gitu, kamu temenin mereka makan siang ya, kebetulan saya ada kerjaan" kata pak rizal, lalu dia pergi. Padahal sudah sedekat ini, tapi entah kenapa mulutku gak bisa ngomong, "san lo kok daritadi bengong terus" tanya hendra, aku kaget bengong, "yuk kita makan siang dulu" kata deni, dia senyum padaku, kita ikut saja, sesampai di restoran deni pesen beberapa makanan "san aku pesen ikan sungai semua ya, kamu masih alergi ikan laut kan" katanya tiba tiba, aku kaget "eh iya" jawabku, hendra dan indra bingung dengan tingkahku. Sambil makan kita ngobrol ngobrol masalah kerjaan, sebenernya sih banyak hendra dan indra, kalau aku kebanyakan diem, aku masih gak nyangka bisa ketemu dia disini, ya tuhan do'aku terkabul pikirku, lalu setelah ini gimana pikirku.

Selepas makan siang kita kembali ke kantor, selepas sholat aku kembali ke ruangan meeting, hendra dan indra belum kembali, tiba tiba deni masuk ke dalam "San, apa kabar" katanya, aku menatap matanya dia tersenyum, "ba baik den, Kamu?" kataku, "baik, kamu berapa lama disini" tanya nya, "sehari, mungkin sore sudah kembali ke palembang nginep disana, terus besok balik ke jakarta"jawabku, "bentar banget" jawabnya, "kerjaannya sudah selesai" jawabku, "yakin gak ada yang mau diselesain lagi" katanya, aku bingung mau jawab apa, "yaudah kamu nginep dimana malem ini, aku kesana ya, banyak yang pengen aku bicarain" katanya, aku kasih tau dia tempat kami menginap, gak lama kita langsung berangkat ke Palembang, deni nanti nyusul katanya kalau sudah gak terlalu sibuk. Sepanjang perjalanan aku masih gak percaya dengan kejadian ini "hen, gw gak lagi mimpi kan" tiba tiba mulutku ngomong gitu "ngomong apaan sih lo, lo jadi aneh setelah ketemu mas Deni" jawabnya "tau nih santi, aneh lo, yah kita sih tau dia memang keren, kerjaannya juga bagus, tapi gak segitu juga kali, dikantor kita juga banyak" lanjut indra, "diem kalian, kalian gak tau" kataku, aku ambil hpku, aku telpon rara, "ra, gw seneng banget" teriakku, Apaan sih lo, teriak teriak" katanya ketus, "Lo tau tadi gw ketemu siapa" tanyaku, "siapa? brad pitt" tanyanya, "bukaaan, gw ketemu deni" kataku, "ah serius lo, salah orang lo" katanya, "beneran, tadi kita preentasi di tempat dia kerja" kataku semangat, "ooo, terus terus" tanya rara, "tar malem dia mau ketemu gw, gimana ya ra, gw gugup banget" kataku, "yaelah, biasa aja kali" kata rara, "gak ra, dia gak biasa" jawabku, aku cerita banyak ke rara tentang deni yang sekarang, dia dengerin semua yang aku ceritain.

Malemnya hpku bunyi, "aku sudah di lobi ya" kata deni, "iya, tunggu bentar" jawabku, gak lama aku turun dia tersenyum padaku, entah kenapa aku seperti anak kecil hari ini. "kamu sudah makan" tanyanya aku geleng, "yaudah kita makan dulu yuk, ada restoran bagus dipinggiran sungai, jadi kita bisa sekalian jalan" katanya, aku cuma bisa ngikut "kamu naik motor gak papa kan?" tanyanya, "gak papa" jawabku. Dia bonceng aku tanpa bicara, hingga kita sampai di satu restoran yang sangat bagus, lokasi persis di pinggir sungai musi, pemandangan ampera dimalam hari sangat indah. Lalu dia pesen beberapa makanan.

"kamu kemana san" tanyanya, "Maksudnya?" kataku bingung, "maksudnya kamu pindah kemana, dulu aku sempat ke rumahmu dan ke toko, tapi kata mereka kalian sudah pindah" jawabnya, "oh, kita pindah ke daerah Pondok Indah" jawabku "ooo, kamu tambah cantik san, sejak kapan pake jilbab" tanya deni, "makasih, udah lama, gak lama kamu pulang" jawabku, "gimana kabar papa sama mama" tanyanya, "mereka baik, tadi aku telpon mereka, mereka titip salam" kataku, "coba kamu bisa lebih lama" tiba tiba dia ngomong, "ehm, emang kenapa" tanyaku, "aku kangen san" katanya, aku nunduk mukaku panas, dia gak tau kalo aku juga kanget, pake banget. "jadi kamu mau aku lebih lama disini?" aku ngoomng ke deni, "yah kalo kamu gak keberatan" katannya, entah setan apa yang merasuki ku, aku ambil hp ku kucari nomor atasanku "Malam pak, maaf aku gak bisa balik ke kantor untuk beberapa hari, ada keperluan keluarga mendesak" kataku bohong, syukur boss setuju, aku ngeliat deni dia senyum, lalu dia ambil hpnya "maaf bos ganggu, besuk saya gak masuk ya, potong cuti aja, oke" katanya, "kok kamu juga gak masuk" tanyaku, "kalo aku kerja kamu disini sama siapa?" jawabnya, aku bener bener bego  .

Selepas makan deni serita semuanya tentang kehidupan dia, tentang kerjaan dia, tentang kisah cinta dia, jujur aku salut sama dia, dia bener bener kuat. Selesai banyak cerita gak berasa sudah hampir jam 10 malam, dia berdiri dan melangkah menuju stage ditengah, disana sudah ada pemain keyboard, setelah bicara sebentar sama pemainnya dia bicara, "lagu ini spesial buat perempuan cantik yang disana" matanya menatap mataku.



Hubungan kita berlanjut sampai beberapa bulan kedepan dia melamarku, dan akhirnya kami menikah di bulan Januari 2013, persiapan yang sangat Mepet, namun syukur gak ada halangan apapun.
Aku bener bener hanyut, perasaan yang selama ini aku jaga alhamdulillah membuahkan hasil, pria yang sangat aku sayang berdiri disampingku sebagai suamiku, Acara diadakan di Jakarta, kebanyakan tamu yang hadir dari pihakku, sedangkan dari pihak deni hanya beberapa sahabat dekatnya, papa dan mama oca dan beberapa temen kerjanya, Oliv juga hadir ke pernikahan kamibeserta keluarganya, itu saat pertama kali aku ketemu dia, saat itu dia sedang hamil anak pertama, aku melihat deni, dia tersenyum kepada oliv dan suaminya.
Aku masih ingat saat dia melamarku "San, kamu bersedia jadi istriku, dengan segala kekurangan dan kelebihanku" katanya, saat itu airmataku menetes, dan menggangguk, bagiku pria yang berdiri didepanku adalah makhluk sempurna, aku tidak perduli masa lalunya, aku tidak perduli dengan latar belakangnya, aku hanya ingin menuju masa depan bersamanya. 
AKU SAYANG KAMU.






========================================================



Buseeet, bini ngetiknya panjang banget, sampe hampir habis karakternya. Hahahaha.
Makasih ya buat semuanya, terima kasih do'anya.
Mungkin kalau ada yang bertanya - tanya atau sempat berspekulasi tentang judulnya, kenapa ada 3 dia dan 1 sempurna. Intinya, Ada 3 orang wanita sempurna yang pernah dan sampai sekarang tetep ada di hati ane. Ketiganya wanita hebat, wanita yang bener bener ngerubah jalan takdir ane, tanpa mereka mungkin ane saat ini bukan apa apa.
Spesial buat istri, terima kasih sudah menerima ane apapun kenyataannya, apapun latar belakang ane. Terima kasih sudah kasih ane harta tak ternilai, seorang putri yang kami sepakat beri nama "Talita". 
Kebetulan anak oliv cowok, bini sudah nanyain apa perlu dijodohin? Hehehe, biar hubungan keluarga lebih deket. 
Indah sekarang sudah kerja, di salah satu BUMN. Tari masih kuliah.
Emak alhamdulillah sehat, sekarang kita sekeluarga tinggal di Jakarta, kebetulan ane di pindahin ke head office. 
Andi 2014 nikah sama siska, anaknya 1 cewek juga.
Zul, mungkin baru bebas 2020, kalau berkelakuan baik bisa lebih cepet.
Sari, kabar terakhir sudah ikut suaminya ke qatar, suaminya kerja di oil & gas company juga.
Fitri, masih di Bali, kabar terakhir mau nikas sama bule.
Nanda, sekarang di surabaya ikut suaminya dinas disana.

Oca, perempuan terhebat, terkuat dan terbaik yang pernah ane kenal.
Dia.. Dia.. Dia... Sempurna... ( Part 70 )

Dia.. Dia.. Dia... Sempurna... ( Part 70 )

Kembali ke acara pernikahan.
"Sah" terdengar satu kata dari penghulu nikah sesaat setelah Deni mengucapkan akad nikah.
Satu kata yang sangat berarti bagi Deni, Oliv dan gw. Satu kalimat yang menandakan bahwa oliv sah menjadi pendampingnya, Satu kata yang berarti dia hanyalah kenangan bagi gw.

Kembali gw mengingat kejadian 2 minggu lalu sebelum gw hadir di Pernikahannya, saat gw masih belum bisa melupakan kejadian di bulan Februari yang merubah semua keinginan gw, saat dimana oliv lebih memilih Deni dibanding gw.


"Pak ada paket buat Bapak" kata OB kantor gw sambil memberikan satu amplop coklat ke gw
"Terima kasih mas" jawab gw lalu menerima paket tersebut.
Gw buka paket tersebut, ada 2 buah undangan didalamnya, undangan pernikahan Hard cover berwarna biru muda, didepannya terdapat embos nama kedua calon pengantin dengan tinta berwarna emas -Oliv & Deni-, jujur saat itu perasaan gw campur aduk, ada sedikit rasa seneng dan ada juga rasa cemburu. "Ini pilihan dia" batin gw didalem hati setiap kali wajah oliv muncul di kepala gw. 
Dan satu undangan lagi ditujukan untuk Andi.

Siang harinya gw menerima panggilan telphone, gw liat dilayar hp gw -Oliv-, 
"yah halo" angkat gw
"halo den" suaranya terdengar diujung telepon
"ya liv, knapa" jawab gw sebiasa mungkin, padahal didalem hati gw sangat rindu denger suara dia
"kamu sudah terima paket kiriman ku" katanya
"udah liv, satu buatku satu buat andi" kata gw
"kamu dateng ya?" kata oliv
"yah nanti diusahain ya" jawab gw
"pliss den, dateng ya" paksa oliv
"nanti aku atur jadwalnya" kata gw
"kamu ajak emak sama adik2 juga ya" kata oliv
"kalau mereka gak sibuk liv" kata gw
"plis den, aku gak mau berakhir gini den" katanya
"berakhir gimana liv, kan ini keputusan kamu" kata gw
"Yah tapi gak harus gini, walau hubungan kita gak sesuai dengan yang kita harapkan paling tidak kita masih bisa jadi keluarga den" katanya
"iya liv, keluargamu sudah jadi kelurgaku, sudah sejak awal aku kenal kamu" kata gw


Dia diam sejenak, lalu dia kembali bujuk gw untuk datang, lalu dia jelasin perihal rencana pemnjemputan gw sama keluarga nanti di jogja.

Gw langsung telpon emak setelah itu, gw cerita perihal undangan oliv
"gimana mak, kita datang gak" kata gw
"yah terserah kamu, klo saran emak sih datang nak, sekalian silaturahmi.
"Yaudah mak, nanti deni cari tiketnya dulu" kata gw, setelah selesai gw langsung kabari andi perihal undangan oliv
"Lo dateng gak den?" kata andi (gw sudah cerita tentang kejadian oliv lebih milih Deni)
"kayaknya dateng ndi" kata gw
"yakin lo mau dateng, emang lo sudah ikhlas" kata andi
"yakin ndi, insha allah ikhlas ndi, mau gimana lagi ini keputusan dia" kata gw
"Oke, klo lo berangkat gw berangkat, tapi gw ajak siska ya" kata andi
"yah terserah lo" kata gw
setelah lanjut kepercakapan ringan sama andi gw tutup teleponnya. 

Februari 2012
Gw lagi di Jakarta, kebetulan ada tugas dari kantor, setelah kasih tau oliv kalo gw lagi dijakarta dia sangat semangat buat ketemu gw. Kita janjian ketemu pas makan malem, "mau makan dimana" tanya gw gak lama setelah dia dateng ke tempat gw nginep
"yang deket deket sini aja yuk, lagi males bawa mobil, macet" katanya, gw setuju aja.
"kamu sudah bicara sama emak?" kta oliv
"sudah" jawab gw singkat
"terus gimana" lanjut oliv
"emak sih gak pernah ada masalah" kata gw
"terus kapan emak mau kerumah" lanjut oliv
"yah secepatnya liv, klo gak bulan 3 ya bulan 4, adik2 belum bisa ditinggal" kata gw
"ooo, sip kalo gitu" katanya



lagi asik makan hp oliv berbunyi, oliv liat siapa yang telephone lalu di reject, lalu bunyi lagi, terus direject lagi, 
"siapa?" kata gw
"gak penting" kata oliv
"Deni" tanya gw
Dia ngangguk, "emang dia masih suka nelpon" tanya gw
"sering banget" kata oliv
"kamu angkat" kata gw
"nggak, males" kata oliv
"aku boleh tanya liv" kata gw
"boleh dong" kata oliv
"berapa lama kamu pacaran sama dia" tanya gw
"bisa gak jangan bahas dia" kata oliv
"aku perlu tau liv" tanya gw, dia diem sejenak
"5 Tahun" jawabnya singkat
"sejak kapan" kata gw
"SMA kelas 3" jawab oliv
"terus alesan kalian bubar kenapa" tanya gw
"Yah karena dia gak mau nerima aku kerja disini" kata oliv


"kamu yakin cuma itu, kalian sudah pacaran 5 tahun masa cuma gara gara ini aja sampe putus" tanya gw agak curiga, dia diem aja sambil geleng kepala
"kamu jujur kan liv" kata gw sambil natap matanya, dia natap mata gw, entah kenapa perasaan gw bilang kalo dia belum jujur sama gw.
"iya yank, udah ah jangan bahas dia lagi" kata oliv, dia langsung coba ganti topik, gw cuma diem saat itu.
Entah berapa lama kita sama sama diem, sampai akhirnya oliv ngomong "ok aku akan jujur, tapi kamu gak akan marah kan?" kata oliv, 
"kalo kamu masih belum mau cerita juga gak papa" kata gw
"yaudah aku akan jujur, sebenernya kita memang sempat ribut saat dia tau aku akan kerja di jakarta, tapi gak sampe putus" kata oliv
"lalu" lanjut gw, 
"yah gitu, aku bener bene kesel sama dia, alesan dia gak mau aku kerja dijakarta karena takut aku kenapa - napa, aku kan sudah dewasa, dia selalu perlakuin aku kayak anak kecil, aku gak suka" kata oliv "aku marah, relationship di fb aku buat single, aku gak angkat -angkat telpon dia" lanjutnya
"terus, putus?" kata gw, dia geleng
"sampe saat itu" katanya, gw natap matanya, dia gak mau natap gw
"sampe kamu ketemu lagi sama aku" tebak gw, dia manggut. 
"sampe saat aku ketemu kamu lagi malem itu, aku baru bener bener bisa putusin dia" kata oliv
"kamu jahat banget liv" kata gw


"maafin aku yank" kata oliv
"kamu harusnya minta maaf sama dia, bukan sama aku" jawab gw
"5 tahun kalian pacaran, terus kamu ninggalin dia cuma karena aku" kata gw agak keras
"tapi itu karena aku bener bener sayang sama kamu den" kata oliv
Gw diem aja, gw putusin untuk balik, sepanjang perjalanan kita hanya diem, sampai dikamar gw merenung, apa yang harus gw lakuin gw bener bener merasa bersalah sama dia, gw ambil hp gw, gw sudah ada nomor deni, gw putar nomornya, gak lama diangkat.
"halo" katanya diujung
"halo den, ini gw deni" kata gw, dia diem beberapa saat
"eh ada apa? tanya nya
"lo dimana?" tanya gw
"gw dijakarta" jawab dia
"kata oliv lo masih di jogja" tanya gw
"sudah sebulan ini gw disini" jawabnya
"bagus kalo lo dijakarta, lo ada waktu? gw pengen ngomong penting" kata gw
"bisa kapan?" tanya dia, gw liat jam tangan masih pukul 10 malem
"sekarang bisa, lo bisa ketempat gw, gw nginep di hotel santika" jawab gw, dia menyanggupi.

Sekitar 30 menit gw nunggu dia, dan akhirnya hp gw berdering, gw angkat
"gw sudah di lobi" katanya
"oke, gw turun" kata gw, gw langsung turun dia duduk dilobi, setelah sampai gw jabat tangan dia. stelah basa basi sebentar
"bisa ngomongnya diluar sana" kata gw sambil nunjuk pelataran parkir, dia manggut, kita jalan kearah tersebut.
"ada apa" katanya serius
"gw cuma mau tanya perasaan lo ke oliv" kata gw
"denger ya, sampai kapanpun perasaan gw ke oliv tetep akan sama" katanya rada kenceng


"weeiis, sabar bro, gw cuma nanya baik2" kata gw
"ini semua salah lo, kenapa lo harus muncul sekarang, saat semuanya sudah matang" lanjutnya
"suara lo bisa kecil gak, gw mau ngomong baik baik, klo lo gak bisa diajak ngomong bener mendingan lo balik sono" kata gw, dia agak malu setelah gw ngomong gitu
"sumpah gw gak tau kalo kalian masih berhubungan saat itu, saat gw ketemu dia, dia bilang sudah putus sama lo" kata gw
"Lo gak usah banyak alasan, gw tau lo memang suka dia dari awal lo kenal, lo mau ngerebut dia kan" katanya nyolot
"santai kampret, gak usah bentak bentak" kata gw keras, dia kayak gak terima, alhasil satu pukulan telak gw mendarat dirahangnya, otomatis dia langsung goyang dan terkapar.
"lo yang maksa gw ya" kata gw, "perlu lo tau ya, gw memang sudah lama sayang sama dia, tapi gw gak ada maksud ngerebut dia dari lo" kata gw, dia diem saat itu, entah karena telinga mampu nangkep apa yang gw sampein atau otaknya masih goyang karena pukulan gw.

"gw bener - bener sayang dia" katanya tiba - tiba agak terbata-bata, suaranya terdengar seperti nangis, tapi gw gak bisa pastiin saat itu, kondisi gelap dan dia nunduk.
"plis den, jangan rebut dia, gw bener bener sayang dia" lanjutnya
"gw tau lo cinta pertamanya, dia cerita semua tentang lo, tapi gw gak rela klo dia ninggalin gw" katanya
"dan gw juga tau kalo sebenernya dia juga sayang gw, saat hubungan kita sudah mulai baik, tiba tiba lo muncul" kata dia
"gw gak terima den, gw gak terima lo rebut dia" katanya
"denger den, gw gak ada maksud buat rebut dia, gw bener2 gak tau kalo lo masih berhubungan" kata gw
"Jujur gw juga gak akan lepasin dia ke lo gitu aja den" kata gw
"gw juga sayang sama dia" kata gw
"terus lo maunya gimana, mau duel sama gw, gw siap den, gw rela mati buat dia" katanya


"lo jangan bego den, masih banyak perempuan lain" kata gw
"gak den, buat dia gw rela apa aja, karena dia pantes buat diprejuangin" katanya berdiri.
"udah gak perlu gitu den, gw sudah tau perasaan lo ke dia, tapi gw gak bisa lepasin gitu aja den" kata gw
"Artinya bener kita harus duel disini" katanya dengan langkah yang masih limbung
"gak perlu den, oke gw akan kasih lo kesempatan ngomong ke oliv, dia yang akan nentuin, tapi inget apapun keputusannya lo harus terima" kata gw, dia mikir sebentar
"dia gak bakal milih gw sialan, gw tau dia pasti milih lo" katanya
"gw tau oliv den, dia pasti bisa mutusin yang mana terbaik buat dia" kata gw, dia diem saat itu, seperti sibuk berpikir
"ini kesempatan lo terakhir den, gw gak bisa bantu lebih" kata gw, walau didalam hati gw sebenernya sakit.
Dia diem sebentar, lalu dia setuju dengan saran gw
"oke kalo lo setuju, besok gw minta oliv kesini jam 7 malem" kata gw
"oke" katanya lalu dia pergi.

Besoknya gw janjian sama oliv buat ketemu jam 7, dia gak tau kalo gw ngajak deni.
Jam 7 kurang dia sudah di lobi hotel, gw ajak dia keluar cari tempat makan enak yang memang gw sudah tentuin.
Setelah sampe dia langsung pesen makan
"aku laper banget" katanya
"liv, ada yang mau ketemu kamu" kata gw
"plis, lo jangan marah, dan lo harus temui" lanjut gw, oliv tampak bingung ketika deni sudah berdiri disamping dia
"lo ngapain kesini" kata oliv
"denger liv, aku yang minta dia kesini, aku sudah denger semua cerita dia, jujur aku gak bisa lanjutin hubungan kita kalo kamu gak selesain dulu masalah kamu sama dia" kata gw
"oke den, lo duduk disini" tunjuk gw ke kursi kosong disamping gw, dia duduk, dia natap oliv, oliv gak mau natap dia
"oke, silakan kalian bicara, aku tunggu disana" katanya sambil nunjuk satu pojokan, sepertinya oliv gak setuju sama ide gw, dia ngeliatin gw, gw cuma senyum.

Entah apa yang mereka bicarakan, gw cuma bisa liat dari kejauhan, kebanyakan deni yang bicara, gw liat beberapa kali oliv senyum, ada rasa kekhawatiran dalam hati gw, gw takut kalo oliv lebih milih deni dibanding gw, tapi itu sudah keputusan gw, apapun yang diputuskan oliv gw harus terima. Dari pembicaraan gw ke deni malam sebelumnya gw tau dia bener bener sayang oliv, lalu entah kenapa beberapa bulan ini gw merasa ada yang beda dengan oliv, oliv gak seperti oliv yang dulu gw pertama kenal. atau mungkin beberapa bulan ini oliv juga belum bisa lupain deni jadi sikap dia ada yang berubah.
Masih dari pojokan gw liat Deni megang tangan oliv, gw juga liat oliv merespon gerakan itu, mereka sudah tertawa bareng, deni ngeliat kearah gw, pertanda mereka sudah selesai. gw berjalan ke arah mereka.


"jadi kamu sudah mutusin liv" tanya gw sambil natap matanya, dia menunduk, entah apa sebabnya dia menangis, gw sudah tau jawabannya, dia nangis tersedu-sedu sampai gak sanggup ngomong.
Gw ngeliat deni, dia tersenyum
"makasih ya den, lo sudah kasih gw kesempatan" katanya, gw cuma bales senyum singkat
Entah kenapa, walaupun jujur gw ikhlas tapi nafas gw bener bener sesak, kaki gw bergetar.


"maafin aku yank" katanya
"gak perlu liv, selama beberapa bulan ini aku juga merasa kamu beda liv, setelah denger cerita deni semalem aku sadar kalo kamu gak sesayang dulu ke aku" kata gw, dia nunduk.
"yaudah, kalian lanjutin disini, aku mau balik ke hotel" kata gw singkat, tanpa denger apapun dari mereka gw langsung pergi. Sesampai di hotel gw liat hp ada beberapa kali misscall, dan ada beberapa sms, gw sempet liat satu sms
"Yank, angkat" isi sms oliv
Gw gak mau baca, ada rasa benci ke oliv, tapi ini kan salah gw, kenapa gw kasih waktu ke deni.

Sampai seminggu kemudian gw kembali buka inbox hp gw, ada beberapa pesen dari temen kerja, dan ada mungkin 40sms dari oliv, gw coba buka satu persatu isinya cuma
"angkat plis" atau "maafin aku" atau "plis maafin aku" sampai pada sms terkahir yang beda, kata katanya panjang.


"Mungkin ini pesen terakhirku ke kamu, gak bosen aku mau minta maaf ke kamu, aku bener bener egois maafin aku, kamu datang saat aku sedang labil, kamu datang dengan membawa kembali kenangan kenangan kita, kamu membuatku buta, buta akan kasih sayang yang selama ini aku terima dari dia, maafin aku den. Jujur aku sayang sama kamu, dan kamu juga tau sebesar apa sayangku ke kamu, sayangku ke kamu lebih besar dari sayangku ke dia, tapi aku gak bisa sia siain seseorang yang jauh lebih sayang sama aku, 5 tahun kami pacaran mungkin hanya tahun terakhir yang aku jalani sama dia tanpa ngebayangin dia adalah kamu, dan dia tau itu, dan dia nerima itu. Maaf aku gak bisa milih kamu, selamanya aku akan sayang kamu"


Gw baca pesennya beberapa kali, akhirnya gw tekan tombol panggil
gak lama diangkat
"akhirnya kamu mau ngomong sama aku" kata oliv
"maafin aku ya yank" katanya
"gak perlu liv, aku yang salah" kata gw
"gak yank, aku yang salah, dari awal aku yang salah, aku gak bisa pegang janji aku ke kamu 2 kali malah, mungkin kalau aku gak buka hati aku ke orang lain kejadiannya gak kayak gini" katanya
"sudah liv, semua tuhan yang tentuin, manusia hanya bisa berencana" kata gw
"aku bener bener bersyukur bisa kenal sama kamu, sama kamu aku bisa tau artinya sayang, sama kamu aku bisa tau artinya pengorbanan" kata oliv
"aku juga liv" kata gw
"aku akan tetep sayang kamu yank" kata oliv "Kamu?" tanyanya


"aku tetep pegang janjiku sama kamu dibandara saat kamu mau pindah, aku akan selalu sayang kamu, apapun yang terjadi" kata gw, dia diem, terdengar isak dari ujung telepon.
"udah kamu gak usah nangis, kamu pantes dapat yang lebih baik dari aku" kata gw
"makasih ya yank, makasih sudah ngisi hidupku" katanya masih terbata - bata
"aku juga makasih ya" kata gw

Kembali ke Juni 2012
Ketika kita antri untuk mengucapkan selamat, gw berbaris dibelakang emak dan adik adik gw dibelakang gw diikuti oleh andi dan siska.
Emak bersalaman sama orang tua oliv, ketika gw menjabat tangan papa oliv dia meluk gw dengan erat
"kamu hebat nak, papa bangga sama kamu" bisiknya ditelinga gw (papa oliv gak mau dipanggil om lagi, walau gw gagal jadi menantunya, tapi dia sudah nganggep gw anak sendiri)


"terima kasih pa" kata gw
"Den, kamu cepet nyusul ya" kata mama oliv
"do'ain ma" kata gw, dia tersenyum
Pas gw bersalaman sama deni dia meluk gw
"Makasih den, atas semua pengormanan lo" katanya
"lo pantes dapet oliv" kata gw "dan sorry" lanjut gw sambil nunjuk ke arah rahang dia tersenyum 
Ketika gw ke tempat oliv, dia langsung meluk gw, air matanya sudah gak bisa ditahan, dibener bener tersedu sedu, gak bisa ngomong.
"Sudah jangan nangis, tar make upnya luntur, jelek fotonya" kata, dia coba senyum, sambil mukul tangan gw

Setelah resepsi, sesuai janji, gw ajak adik gw jalan jalan.
Entah kenapa setelah ini hati gw bukan sedih tapi sangat lega, seperti ada beban berat di pundah gw yang lepas, sambil jalan gw pandangi cincin pemberian oliv, sesuai janji gw, gw gak akan lepas.

Dia.. Dia.. Dia... Sempurna... ( Part 69 )

Esok harinya oliv kembali ngajakin gw keliling kota jogja, sekalian cari oleh oleh buat keluarga.
"yank, nanti kalo kita nikah disini aja ya" kata oliv
"gak janji" jawab gw
"lho emang kenapa?" tanya oliv "kamu gak mau ya nikah sama aku" 
"bukan gitu liv, aku mesti tanya emak dulu" jawab gw
"emak pasti setuju, apa perlu aku ngomong ke emak langsung" katanya lagi
"iyaa tau, tapi kalo disini persiapannya gimana" tanya gw
"gampang, kemarin kemarin juga pas kakak2ku nikah semuanya disini, padahal istri-istri mereka juga jauh jauh tinggalnya, kamu taunya beres aja, oke sayang" jawab oliv "stop, gak usah komentar" katanya cepet pas mulut gw baru mau ngomong.
Gw cuma bisa diem aja, entah kenapa gw kembali keinget oca, mungkin makamnya juga belum kering masa gw sudah kepikiran untuk nikah.

"emang kamu yakin mau nikah sama aku liv" tanya gw
"kok kamu ngomong gitu? 10 tahun yank, 10 tahun aku nungguin saat - saat ini, kalo dulu mungkin kamu banyak yang dipikirin, mikirin dirimu, adik2mu, emak. Lalu masih banyak juga yang harus kamu kejer. Tapi sekarang apa yang kamu kejer sudah kamu dapet yank, terus kamu mau nunggu sampe kapan" katanya
"aku gak tau liv, aku masih kepikiran sama oca" jawab gw jujur
"mau sampe kapan yank" katanya, gw cuma ngegeleng
"aku ngerti kondisi kamu yank, aku ngerti kalo kamu masih gak bisa lupain oca, tapi mau sampai kapan yank" katanya sambil jari jarinya megang jari jari tangan gw, gw cuma senyum 
"kasih aku waktu sedikit lagi ya liv" kata gw sambil natap matanya, dia senyum ke gw
"iyah" katanya singkat "tapi jangan sampai bertahun tahun ya, nanti aku jadi perawan tua" lanjutnya.
"kalo gak mau jadi perawan tua, sini tak perawani dulu" kata gw becanda, tangannya langsung jitak palak gw
"sialan, nikahin belom sudah mau merawanin" katanya, gw cuma nyengir.

Sepanjang jalan oliv nyerocos ngebahas perihal pernikahan, dia mau pake baju apa, gw harus gimana, dan banyak lain-lain, gw cuma jadi pendengar setia.
Malemnya keluarga oliv ngajakin makan malem bareng di salah satu restoran di jogja, bukan dengan seluruh keluarganya, cuma oliv, papanya sama mamanya. Sambil ngobrol - ngobrol santai, diselingi iringan home band yang memang disediain di restoran tersebut.



"Pah, deni suaranya bagus lo pa" kata oliv ke papanya, gw sudah nangkep maksudnya oliv.
"wah serius den, yaudah nyanyi dulu sana, dikeluarga kami semua laki laki wajib bisa nyanyi" kata papanya sambil nyengir.
"ah nggak om, biasa aja, jelek om" jawab gw
"sudah gak usah alasan, sudah sana nyanyi, perintah" katanya sambil tertawa, gw gak bisa nolak, gw langsung naik ke atas panggung, setelah pilih pilih lagu dari daftar buku lagu mereka, gw pilih satu yang pas, yang gak terlalu tinggi nadanya.


"wah boleh juga kamu den" kata papa oliv, dia gak mau kalah diapun langsung menuju panggung, jujur gw gak dengerin papanya nyanyi apaan, konsentrasi gw terpecah, karena pandangan mata oliv ke gw, dia tersenyum ke gw "makasih ya yank lagunya" kata oliv, gw cuma terenyum.
Selesai papanya nyanyi, yang entah sudah lagu keberapa dia balik ke tempat kita.


"papa kalo sudah nyanyi lupa sama keluarga" kata mama oliv, papanya ketawa
"ah mama, dulu juga mama sampai nikah sama papa gara - gara papa nyanyiin lagu" katanya tertawa, mama oliv cuma senyum
"jadi gimana kalian? kapan mau diseriusin" kata papa oliv
"ih papa kok nanyanya gitu" kata oliv malu
"udah anak perempuan diem, ini pembicaraan laki laki" kata papa oliv, oliv nunduk malu malu
"Kebetulan om sudah tanya duluan, sebenernya rencana saya setelah makan ini saya baru mau bicara om" kata gw senyum, papa oca merhatiin gw dengan serius 


"Mungkin ini agak kurang sopan om, karena suasananya seperti ini, seharusnya saya bawa orang tua saya kesini dan orang tua saya yang bicara sama om, tapi karena kebetulan saya ada disini dan juga saya juga berpikir tidak bagus juga kalo di undur lebih lama. Kalau om dan tante tidak keberata saya ingin melamar Oliv untuk jadi istri saya" kata gw mantap, gw lirik oliv senyum tersipu.
"wah bagus itu, saya sudah tau kamu akan ngomong itu, kalau saya dan istri sih gak pernah ada masalah, toh kalian juga sudah kenal lama, kita juga sudah kenal, saya tau siapa kamu, yah walau saya juga suka denger kalo kamu suka berkelahi itu gak masalah, itulah laki laki" katanya ketawa
"jadi papa setuju" kata oliv langsung motong,
"kalo papa sih seyuju kalo kamu setuju, kamu setuju gak" tanyanya ke oliv, dia manggut cepet banget sambil senyum
"ati - ati copot tu kepala" kata papa oliv tertawa
"Kamu denger kan den, kami sudah setuju, tinggal kapan kamu mau bawa orang tuamu kesini, biar kita orang tua yang bicara selanjutnya" katanya
"secepatnya om, saya akan bicara ke emak dulu, nanti saya akan kabari kalo sudah pasti" kata gw
"bagus kalo gitu" jawabnya
Setelah percakapan itu, kita langsung pulang ke rumah oliv, karena besoknya gw sudah harus balik ke Palembang, gw langsung istirahat sambil packing packing barang.

Keesokan paginya, gw sudah siap kembali ke Palembang, oliv masuk ke kamar gw, dia juga sudah siap. 
"makasih ya yank semalem kamu sudah ngomong ke papa" kata oliv
"iya" jawab gw singkat
"aku seneng banget hari ini" kata oliv senyum, terus rebahan di ranjang.
"Kamu tau yank, aku sudah nunggu kamu ngomong gitu sudah lama banget" kata oliv, gw tersenyum.
Gw lagi sibuk masukin barang - barang tiba tiba mama oliv masuk, "Liv, ada tamu tuh" kata mamanya
Oliv langsung duduk "siapa mah" kata oliv
"Deni" jawab mama nya, blesss hati gw langsung drop, nafas gw terada sesak, bukan karena asma gw kumat.


"ngapain dia kesini ma, aku gak mau ketemu, bilang aja aku sudah pulang ke jakarta" kata oliv
"gak boleh gitu, temui dulu aja, ajak deni sekalian, kenalin ke dia" kata mamanya, mamanya gak tau kalo gw sudah kenal sama deni.
"Males ah mah, males banget" kata oliv
"ih gak boleh gitu liv" kata mamanya agak keras, dengan sangat sungkan oliv berdiri, dia kasih tangannya ke gw "hayuk ikut" ajak oliv, gw awalnya males tapi karena oliv maksa gw nurut juga, kita langsung jalan menuju ruang tamu. Tiba diruang tamu gw liat deni lagi duduk, liat kita dateng dia langsung berdiri gw deketi dia, gw ajak salaman, dia nyambut tangan gw, oliv langsung duduk di sofa, mukanya cemberut.


"ngapain lo kesini" kata oliv jutek
"gw cuma mau ngomong sama lo liv" kata deni, matanya ngelirik gw, sepertinya dia gak nyaman dengan ada gw disini.
"yah ngomong aja, gw juga sudah disini kok" kata oliv tanpa natap muka deni
"Liv, gw mau minta maaf sama lo" kata deni "gw mau kita kayak dulu lagi" lanjutnya
"gw udah tunangan sama deni" kata oliv "semalem dia sudah ngomong ke papa, papa sudah setuju, jadi jangan harap" kata oliv, gw liat deni agak shock denger kata kata oliv, dia ngeliat gw, gw cuma ngangguk yang artinya gw membenarkan apa yang oliv sampein. 


"lo gak mau kasih gw kesempatan lagi liv" katanya 
"Enggak" dengan wajah cemberut, lalu oliv berdiri dan masuk kembali kekamar.
"sorry den, gw gak tau" kata gw, dia cuma diem aja, gak lama darisitu dia langsung berdiri dan pergi. Gw kasian liat dia, sepertinya dia bener bener terpukul.


Gw kembali ke kamar, gw liar oliv duduk di ranjang mukanya masih cemberut, gw gak mau ganggu gw kembali sibuk sama barang barang gw.
"tadi kok kamu gak ngomong ke dia" kata oliv tiba tiba
"ngomong apaan?" tanya gw bingung
"ngomong apa aja kek, aku mau kamu belain aku" katanya
"aku gak enak liv, kan ini urusan kalian" kata gw
"seenggaknya bilang jangan ganggu oliv lagi ke dia" jawab oliv, gw diem sejenak


"yaudah, mana nomor hp nya, biar aku ngomong atau aku langsung temui dia" kata gw, oliv diem sebentar seperti mikir, lalu dia ngeluarin hpnya
"nih" katanya, panggilan sudah tersambung
gw tunggu beberapa saat akhirnya diangkat
"gw tau lo bakal nelpon gw liv" kata deni begitu panggilan masuk
"sorry ini gw, gw cuma mau ngomong sama lo, tolong lo gak usah ganggu oliv lagi, kita sudah mau nikah" kata gw, dia diem beberapa saat
"gw gak akan lepasi oliv" kata dia tiba tiba
"yah terserah lo, itu hak lo, tapi tadi kan lo denger sendiri apa kata oliv" jawab gw


"gw tau oliv lebih banyak dari lo, gw tau oliv masih sayang sama gw" katanya
"yah terserah lo, tapi lo perlu tau, kalo sampai terjadi apa apa sama dia, gw tau lo dimana" ancam gw, lalu gw langsung putus teleponnya
"tuh udah kan" kata gw, oliv pun senyum
"Dia ngomong apa aja" kata oliv
"dia bilang gak akan lepasin kamu gitu aja" jawab gw, oliv diem aja
"yaudah packing sana, udah siang, tar telat" kata gw, oliv senyum, terus langsung packing barang - barang dia.
Gw dan oliv balik bareng, dia balik ke jakarta dan gw terus dan setelah transit langsung ke palembang.


Sepanjang perjalanan gw lagi mikirin tentang sikapnya deni tadi. Sebesar itukah cinta deni, sampe dia gak bakal ngelepasin oliv.
Gw menghela nafas, semua tergantung oliv pikir gw.
Dia.. Dia.. Dia... Sempurna... ( Part 68 )

Dia.. Dia.. Dia... Sempurna... ( Part 68 )

"Syah" satu kata yang sangat berarti bagi gw, gw tersenyum. Gw kembali mengingat kejadian di Bulan November 2011, dimana pertemuan kembali gw sama Oliv di Jakarta.

BACK Ke November 2011.
Setelah pertemuan gw dengan Oliv di Jakarta, hubungan gw dengannya terbilang sangat Intens, hal iin menyebabkan gw sedikit bisa melupakan kepergian Oca didalem hati gw berpikir Do'a Oca terkabul, gw gak perlu nyariin oliv, tuhan yang mepertemukan kita diwaktu dan tempat yang gak pernah kita kira, rencanan tuhan memang sempurna.

Setiap hari kita selalu komunikasi baik itu via telpon, sms ataupun open cam. Gak berasa sudah mau masuk akhir tahun.
"Yank kita akhir tahun liburan bareng yuk" pinta oliv
"Kemana liv" jawab gw
"Kalo ke jogja aja gimana" pintanya
"yah itu sama aja nganter kamu pulang kampung" jawab gw
"ihh, gak papa kali, sekalian kan" katanya
"yaudah, nanti aku atur jadwalnya" kata gw
"yeyeyeyee, asik" kata oliv manja kayak anak kecil.
"jangan seneng dulu, kalo jadwalnya gak ada gimana" kata gw
"yah gak mau tau, pokoknya harus" katanya maksa
"kamu gak berubah ya, klo sudah maksa" kata gw
Dia tertawa, percakapan kita berlanjut dari rencana nanti pas liburan nanti, dia nyerocos semaunya dia, gw cuma bisa mengiyakan.

Kebetulan saat itu tanggal 31 Desember di Hari sabtu, jadi gw hanya perlu nambah cuti dua hari di tanggal 2-3 Januari saja. Tanggal 30 Gw berangkat ke Jakarta Pakai penerbangan terakhir. Sampai di Bandara Oliv sudah nunggu gw di pintu kedatangan, dia tersenyum sangat cantik, dengan rambut terurai, kacamata kecil yang selalu dia pakai, paduan jeans dan cardigan biru muda yang dia pakai membuat dia terlihat bertambah canti.
"Hai yank, aku kangen" katanya langsung meluk gw, karena tingginya gak kayak gw jadi dia meluk pinggan gw.
"udah ah malu" jawab gw
"bodo' " jawabnya manja

kita jalan ke Parkiran sambil dia gak pernah ngelepas rangkulan tanggannya dipinggan gw.


"yank, kamu cuma bawa barang segini" katanya sambil ngeliat ransel gw yang gak terlalu besar
"iya, ngapain banyak-banyak repot" kata gw "eh kita kemana nih" tanya gw
"kita nginep di hotel deket sini aja ya, soalnya besok kan kita penerbangan pagi, klo balik ke rumah takutnya telat" kata oliv, gw manggut aja. Karena memang tiket kita untuk ke jogja pake penerbangan pertama.

Perjalanan ke hotel gak terlalu jauh, karena lokasinya memang sangat dekat dengan bandara
"aku biasanya nginep disini yank" kata oliv
"sama siapa hayo" tanya gw
"yeee, sendiri la yank, aku suka bangun kesiangan jadi klo mau ke jogja ya harus kayak gini" katanya
"dasar kebo" canda gw
Sesampainya di lobi hotel kita langsung ke resepsionis, 
"Mbak, saya sudah book atas nama oliv" kata oliv
"Mohon ditunggu sebentar ya bu" jawab resepsionis perempuan "ada bu, atas nama oliv untuk satu malam" katanya
"tapi mohon maaf bu, untuk twin bed nya sudah full jadi yang tersisa tinggal satu king bed, bagaimana" tanya resepsionis, waduh kacau nih pikir gw, gak mungkin kita seranjang.
"yaudah mbak gak papa" senyum oliv, gw colek dia, oliv senyum
"Maaf mbak, ada kamar lain yang kosong" sela gw
"maaf Pak untuk saat ini seluruh kamar sudah penuh" jawabnya, mampus gw.
"yaudah mbak gak papa satu kamar aja" lanjut oliv, dia kembali senyum ke gw, setelah menerima kunci kita langsung menuju kamar.

"Kamu ngapain yank pake acara mau pesen kamar satu lagi" kata oliv
"yah liv, kita belum nikah, takut gw" jawab gw
"takut apaan, bukannya juga sudah pernah seranjang kita" jawab oliv senyum
"dulu itu bertiga liv, dan gw lagi sakit" kata gw
"terus sekarang kenapa, lagian ya yank, kamu jangan ke Geeran ya, kamu tidur di sofa aku diranjang" kata oliv sambil njulurkan lidah, gw cuma bisa diem.

"nih bantal, tu sofa kamu tidur disana" kata oliv, gw cuma bisa nurut
"mukanya gak usah gitu juga kali, kalo gak mau yaudah sini" kata oliv senyum sambil nyuruh gw naik ke ranjang
"ogah" jawab gw sambil berbaring miring membelakangi dia
"yeee, gitu doang ngambek, yaudah klo gak mau" katanya
Karena memang gw sudah sangat capek, gw langsung terlelap dan gak berasa alarm HP gw bunyi pertanda sudah masuk subuh.
Gw bangun, gw natap wajah oliv yang lagi tidur, dia tidur sangat nyenyak. Gw coba bangunin dia
"liv, bangun liv, subuhan" kata gw, dia masih gak bergeming,gw goyang - goyang badannya akhirnya dia sedikit buka matanya
"subuhan yuk" ajak gw, dia gak jawab dia cuma menyilangkan kedua telunjuknya yang artinya dia sedang ada tamu bulanan.

Paginya setelah sarapan kita langsung ke bandara, gak lama nunggu kita pangsung terbang ke jogja, sepanjang perjalanan oliv asik cerita sama gw
"kamu kok gak ada diemnya ya liv" kata gw
"hehehee" dia nyengir "aku pengen bayar waktu kita yang terbuang pas aku pindah yank, jadi aku pengen puas - puasin cerita semuanya" kata oliv senyum
"oooo" jawab gw singkat
"kenapa, kamu bosen" kata oliv cemberut
"bukan gitu liv, kesian sama yang ini" bisik gw sambil nunjuk penumpang disebelah gw (kebetulan gw duduk ditengah dan oliv dijendela) matanya antara mau mejem atau melek dengan mulup mangap. Oliv tersenyum sambil nutup mulutnya.

Sesampainya di Bandara kita dijemput oleh Ajudan Papanya oliv
"maaf mbak, Bapak gak bisa jemput karena sedang ada kerjaan" katanya
"iya pak gak papa" katanya, kita langsung masu ke mobil
"kamu yakin aku gak papa nginep dirumahmu" kata gw
"gak papa kali yank, lagian semua orang rumah kenal sama kamu" katanya
"kan gak pernah nginep juga kali liv" kata gw
"gak papa, tenang aja" katanya
Sesampai dirumah oliv, kita langsung disambut mama nya. Oliv meluk mamanya, gw salim ke mama nya.
"wah kamu berubah ya den, lebih gagah" kata mama nya
"ah gak seberapa kok tante, tante malah tambah cantik" canda gw
"cantikan mana sama aku" sela oliv
"cantikan tante lah" jawab gw, 
"iya cantikan mama, klo aku kan cantik banget" katanya, gw cuma senyum
"yaudah ah masuk" ajak mama oliv
"liv, kamu anter gih deni ke kamar Rangga" kata mama oliv
"emangnya rangga nya gak ada tan" kata gw
"dia setelah nikah tinggal sama keluarganya di Magelang, palingan kesini sebulan sekali jadi kamarnya kosong, kamu bisa pake" kata mama oliv
"oo gitu, terima kasih banyak nih tan, jadi ngerepotin" kata gw
"jangan sungkan sungkan den, kamu sudah kayak keluarga sendiri" kata mama oliv

Setelah masukin ransel gw ke kamar, oliv manggil gw, "yuk jalan" katanya
"sekarang" kata gw
"yah kapan lagi, kan kamu gak lama disini" jawab oliv, gw langsung siap siap
"kita naik motor aja ya, repot bawa mobil" kata oliv
"emang ada" kata gw
"ada, tadi aku sudah pinjem motornya mas sugeng" katanya (mas sugen itu tukang kebunya oliv, dia dan istrinya kerja dirumah oliv)
"oo yuk" kata gw, setelah dia duduk dibelakang "kemana" tanya gw
"Gunung kidul" jawab oliv
"emang ada apaan disana" tanya gw, karena gw sama sekali gak pernah kesini.
"banyak sayang, banyak pantai yang bagus, terus banyak gua - gua yang keren" jawab oliv

Jarak Jogja - gunung kidul lumayan jauh hampir 40km lebih, sekitar 40menit kita sampai, sepanjang hari sampai kita main dipantai, pantai - pantainya memang indah, sorenya kita menelusuri gua yang ada disana.
Malem sekitar jam 8 kita balik ke rumah, dirumah sudah ada papa oliv, gw ngobrol sama papa oliv, dia banyak menanyakan tentang kerjaan gw, tentang keseharian gw sampai akhirnya oliv nimbrung.
"Pah, mau sampai kapan ngobrolnya" kata oliv manyun "Oliv ngajak deni kesini buat liburan, bukan buat nyariin temen papa ngobrol" lanjut oliv
"kamu ya, kan papa sudah lama gak ketemu deni, banyak yang pengen di omongin" jawab papa oliv
"bodo' ah, yuk yank kita jalan, kita ke alun alun yuk, liat kembang api" ajak oliv, gw liat ke papa oliv, dan dia senyum sambil manggut itu kode kalau papanya ngizinin
"kami pergi dulu om" kata gw
"yaudah hati - hati,jalannya macet" jawab papa oliv

Kita langsung jalan ke alun alun, dia ngajakin gw keliling, maen sepeda tandem, mobil gowes dan macem macem.
"nih kata oliv" sambil ngasih sapu tangan ke gw "tutup mata pake ini, terus jalan kesana lewati beringin itu" kata oliv, ini nginetin gw pas gw dulu ngeliat oliv lagi sama pacarnya, hal yang membuat suasana hati gw lagi drop, pikiran gw sudah macem macem, jangan jangan perlakuan oliv dulu juga gini pas sama pacarnya, jujur gw cemburu. Apakah mereka juga pernah ke kidul, main ke pantai bareng masuk gua bareng, pikiran - pikiran yang mau gw coba singkirin tapi gak pernah bisa saat itu. 
"aku gak percaya yang giniian liv" tolak gw, bukan karena gw gak mau, tapi karena gw gak suka ngelakuin hal yang sama yang pernah mereka lakuin, hal yang membuat hati gw jadi panas.



"yah kamu gitu" katanya, gw cuma bales senyum "kita makan aja yuk" ajak gw, bukan karena gw lapar tetapi sekedar biar dia gak maksa gw
"kamu lapar" katanya
"banget" jawab gw sambil megang perut
"yaudah, kesana yuk" ajaknya sambil nunjuk setu tempat makan, pikiran gw kembali terusik jangan jangan ini tempat dia biasa makan malem.
Sialan, malem ini gw bener bener terbakar, pikiran gw sudah ngaco, dari hal kecil sampe hal yang lebih diluar nalar gw, mereka ngapain aja selama pacaran? apakah mereka pernah ciuman? apakah mereka pernah seranjang bareng? Pokoknya bener bener kacau gw malem itu.

Cinta Si Tangan Dingin

Dia Dia Dia Sempurna

Penglihatan Lebih

Gara Gara Kartu Kredit

Namaku Setan