Penglihatan Lebih ( Part 88 ) Serangan Jin 2

Cerita Campur - Serangan Jin 2

Dengan datangnya mbah yin yang tepat waktu saat gue sedang tertekan akhirnya dateng juga dengan cepat dan sigap. Mbah yin mengatakan bahwa ada yang lebih kuat lagi dari si naganya dhika ini. Mbah yin, mbah bram, dan nyai lim sigap di depan gue untuk melindungi dari banyaknya jin yang di punyain sama dhika dimana wujudnya aneh-aneh dah. Tidak lama dateng juga 2 temennya dhika yang lain, bersama jinnya yang cukup banyak juga walau tidak sebanyak dhika punya. 

“yahhhh dateng lagi deh 2 lainnya, bisa ga sih adil” kata gue
“hahhahaha adil? Niat gue emang buat bunuh lu kenapa harus adil juga” kata dhika
“yasudahlah terserah lu kunyuk” kata gue
“hahhahaa sebentar lagi gue bakal buat lu sekarat” kata dhika
“coba aja deh kalo bisa, gue pengen tau juga sih” kata gue
“gimana kalau biarkan para jin perang kita ribut? Hahahhaa” kata dhika
“3 lawan 1? Ga keroyokan tuh?” kata gue
“kenapa lu takut? Hahaha” kata dhika
“yaaaa engga sih, yaudahlah gimana lu aja” kata gue
“udah siap mati nih orang ternyata hahahah” kata dhika nunjuk gue sambil ketawa bersama 2 temannya
“mbah dan nyai kalian bisa lawan semuanya kan?” kata gue
“mudah mudahan bisa dek, apakah dek wildan butuh bantuan?” kata mbah yin
“ga perlu mbah biar saya yang urus mereka bertiga, mbah dan nyai focus aja sama jinnya mereka ya” kata gue
“baik dek” kata mbah yin, bram dan nyai lim
“kalau perlu pakai aura, pakai saja” kata gue
“dek wildan yakin? Kita akan menggunakan tenaga dek wildan cukup banyak nantinya” kata mbah bram
“tenang aja mbah, toh mbah yin juga bisa buat tenaga sendiri lalu di alirkan ke semuanya kan?” kata gue tersenyum
“bisa dek” kata mbah yin
“yaudah lakuin aja mbah” kata gue
“baik dek” kata mbah yin 




Mbah yin mengerluarkan api putih dari badannya, mbah bram mengeluarkan api biru dari badannya dan nyai lim api merah dari badannya. Gue yakin sama mereka bertiga bisa menahan serangan yang ada dari teamnya dhika, sedangkan gue harus ngurus 3 orang lainnya.

“wahhhhhhhh keren juga pegangan lu ya ternyata, ada auranya dari badan mereka, kuat juga ternyata” kata dhika
“maju aja kalau mau tau berapa kuat mereka” kata gue
“hahahhaha SERANG” kata dhika

Mereka ber tiga maju menyerang gue secara fisik dan jin melawan jin, “teman-teman” gue ternyata bisa menahan semuanya termasuk 2 pasukan mbah bram dapat menahan jin punya temennya dhika walau lebih mudah terluka, hembusan angin sana sini dimana dinginnya udara di puncak ini, begitupun dengan gue yang menerima pukulan sana dan sini lebih banyak di punggung cuman ga terlalu masalah asal jangan bagian depan, disinilah gunanya aikido mempergunakan tenaga dan kemarahan mereka yang ingin menyerang gue, gue banting dan lempar berulang ulang kali.

Tidak lama gue lihat sosok ular dan macan yang sudah tidak asing, 2 ular aura api hitam menyala dan macan yang mengeluarkan aura hijau, mereka milik dimas dan martin.

“WOIIII LAWAN LU DISINI” kata dimas menghajar muka dhika dengan keras
“KALAU MAU BERANTEM YANG ADIL ANJING” kata martin menarik satunya dan menghajar dengan keras juga

Tidak lama ternyata pasukan teamnya dhika kualahan karena bala bantuan dari “penghuni rumah kosong” cukup banyak walau gampang untuk di jatuhkan oleh teamnya dhika.

“eh mbak terimakasih sudah mau membantu” kata gue
“dengan senang hati” kata dia tersenyum
“maaf pasukan lu banyak yang mati” kata gue
“tidak masalah masih banyak dan bisa bangkit lagi nantinya” kata dia
“baiklah tolong di bantu” kata gue tersenyum
“baik” kata dia

Terjadi perang sana dan sini, semakin besar aura hitam disini dengan munculnya pasukan penghuni rumah karena ras setan. 
“martin mendingan lu cari nanda, dia di belakang sana” kata gue menunjuk arah sebrang
“nah elu gimana kalau gue pergi” kata martin
“BUKKKKKK” dihajarnya musuh yang di pegang martin sama dimas
“INI BIAR GUE SAMA WILDAN MUDAH UDAH SANA CARI NANDA” kata dimas
“anak gila” kata gue
“yakin?” kata martin
“BURUAN ANJING!!!” kata dimas nendang musuh yang tadi dia jatuhkan
“ati ati kalau ada apa-apa bilang” kata martin sambil berlari besama mbah kim
“gimana caranya bilang ke elu kalau kita pisah bego” kata gue ngomong pelan sambil focus menghajar
“ANJING LU SEMUA YA PADA KUAT TERNYATA” kata dhika berdiri dengan muka berdarah.

“temen-temen” kita pada kelelahan semua dan begitupun dari teamnya dhika sudah terluka dimana mana, gue lihat 1 pasukannya mbah bram sudah tidak ada di tempat alias binasa. Mbah yin masih berdiri tegak dan tenang paling depan sedangkan mbah bram dan nyai lim sedikit kecapean karena harus bergerak cepat, gue lihat mbah yin memberikan aura kepada semua teman-teman kita termasuk 2 ularnya dimas.

“SEKARANG GILIRAN GUE, GUE PANGGIL PEGANGAN BOKAP GUE” kata dhika
“panggil lah gue mau kenalan” kata gue
“HAHAHHAHAA” kata dhika tertawa

Tidak lama dhika seperti membaca mantra atau apalah entah, dan tidak lama juga muncul jin yang dia maksud, tinggi dan besar, hitam pekat dengan mata merah terang dan cakar yang besar, satu lagi wujud laki laki dengan tongkat hitam dan slendang hitam, tinggi besar juga.

“ini dek wildan yang saya maksud” kata mbah yin
“ini mbah? 2 ini?” kata gue
“iya dek, dan berbahaya buat kaum setan” kata mbah yin
“kita tidak bisa mengalahkannya kalau hanya ber 5 dek” kata nyai lim
“dim denger kabar buruknya kan” kata gue
“BODO AMAT GUE MAU BUNUH TUH ANJING” kata dimas
“gimana caranya begooooo” kata gue mukul kepala belakangnya
“GIMANA KEK ANJING GUE UDAH PANAS PENGEN GUE BUNUH RASANYA” kata dimas
“congor lu gampang banget anjing” kata gue

Gue berfikir kalau ini tidak kuat gimana ngelawannya, sedangkan gue sudah dapat kabar buruknya dari mbah yin kalau ber 5 saja tidak sebanding.

“dek wildan, silahkan pikirkan langkahnya kami akan menghambat mereka” kata mbah yin dengan pedenya
“mbah mereka berdua terlalu kuat” kata gue
“dan kami percaya sama dek wildan kalau dek wildan punya caranya” kata mbah yin
“oke, mbah yin ketika mereka terluka apakah mbah yin dapat mengobati mereka pada saat perang?” kata gue menunjuk 4 teman kita
“saya dapat melakukannya dek, namun tidak cepat” kata mbah yin
“gapapa mbah, setidaknya dapat meregenerasi tenaga mereka” kata gue
“baik dek” kata mbah yin
“dim gue pinjam ular lu” kata gue
“mau di apain jing” kata dimas
“percaya aja sama gue, gue pengen tau” kata gue
“terserah deh” kata dimas
“nyai gun, mbah bin, tolong ikat mereka berdua agar mbah bram sama nyai lim dapat menyerang” kata gue
“baik dek” kata mereka
“bakal berhasil?” kata dimas
“kita ga pernah tau kalau belum pernah mencobanya” kata gue

2 jin dhika maju kedepan sedangkan yang lain terluka tidak dapat meneruskannya. 

“SERANGGGGG” kata dhika
“SEKARANG!!!” kata gue

Dengan cepat 2 jin dimas bergerak dan menahan si gorilla besar (sebutan unik buat si hitam pekat) dan si laki-laki itu dimana ekornya melilit di semua bagian badan dan menahan lehernya dengan tongkat mereka, sedangkan mbah bram dan nyai lim menghajar dengan sekuat tenaga mereka, mbah yin pun beraksi dengan sekali serangan dan mengenai keduanya dengan cakarnya yang besar dan giginya yang tajam.

Setelah serangan terjadi, dengan mudah semua jin kita di lemparkannya dan terpental ke arah gue, 5 jin kita kembali berdiri dan mencoba menyerang berkali-kali, memang 2 jin dhika ini terluka tapi terlalu cepat memulihkan lukanya dengan aura mereka punya. 

“dek ini tidak akan berhasil” kata nyai lim kecapean
“kita membutuhkan bantuan lagi dek” kata mbah yin
“tapi siapa mbah?” kata gue
“pasti ada dek, turun temurun” kata mbah yin

Gue mengingat kembali perkataan eyang gue kalau gue punya 2 dan saat gue menyebut nama hormat mereka maka mereka akan datang.

“oke dim, sebutan pemimpin terkuan di kerajaan jaman dulu di indonesia apa?” kata gue
“yaaa raja dan ratu” kata dimas
“itu buat di inggris sama amerika dulu bego” kata gue noyor kepalanya
“ya mana gue tau… apa sultan?” kata diimas
“aihhh bukan sultan” kata gue
“ya apa begoooo” kata dimas
“tar gue mikir dulu lu focus ke mereka dulu kasih komando biar gue mikir
“biar kami ulur kembali dek” kata mbah bram

Dengan cepat 4 lainnya menyerang dan mbah yin diam di deket kita memberikan aura dan menyembuhkan luka yang ada, pemandangan yang gue sama dimas lihat adalah berkali-kali jin kita di lempar di pukul dan di banting dengan mudahnya namun saling membantu agar tidak sampai terbunuh, kerja team yang baik. Sambil gue berfikir dengan keras dan akhirnya gue nyerah tidak menemukan jawabannya gue coba bertanya kepada mbah yin.

“mbah jawabannya apa mbah, kasih tau saya” kata gue
“saya juga gatau dek, mungkin uwa dek wildan tau” kata mbah yin
“bener juga” kata gue

Dengan cepat gue ambil HP gue dan menelfon uwa gue.

“halo” kata uwa gue
“iya wa halo” kata gue
“tar dulu kenapa disana rame banget ya” kata uwa gue
“gapapa wa biasa” kata gue
“yahhhh ribut lagi, ada apa wil?” kata uwa gue
“wa pemimpin terkuat jaman dulu di kerajaan Indonesia apa” kata gue
“tar dulu uwa lupa-lupa inget” kata uwa gue
“yaelah waaaaa kelamaan” kata gue
“yaudah nanti uwa telfon lagi, uwa cari dulu” kata uwa gue
“oke deh wa jangan lama” kata gue
“oke oke” kata uwa gue menutup telfonnya
“gimana wil, ada jawabannya?” kata dimas
“nanti di telfon lagi katanya” kata gue
“yaelah kelamaan dah, tuhhhh liat ular gue udah tepar ga bisa diri cuman jongkok doang” kata dimas menunjuk 2 ularnya yang sedikit terkapar di samping mbah yin

Sedangkan mbah bram dan nyai lim berjuang masing-masing dan masih saling membantu agar tidak terbunuh, dengan sekali serangan lagi mbah bram dan nyai lim terlempar lebih jauh lagi dan mereka sudah tidak dapat berdiri lagi kehabisan tenaga dan luka yang di terima.

“jirrr badan gue lemes abis tenaga” kata gue
“ga bisa tahan apaaaaa” kata dimas megangin badan gue
“bisa bisa” kata gue
“dek kita sudah tidak kuat lagi” kata mbah bram
“mbah bram sama nyai lim baik baik saja tapi?” kata gue
“baik dek, dek wildan hati-hati” kata nyai lim

Gue sama dimas melihat 2 jin dhika berdiri depan mbah yin, sedangkan mbah yin tidak bergerak, berdiri tegak dan seperti siap menahan serangan yang ada. Tidak lama ada sms di hp gue dari uwa gue.

“dapet jawabannya” kata gue
“MATI LU BERDUA, SERANG!!!!” kata dhika
“ga secepat itu, ANJING!!!” kata gue

Gue langsung menyebut 2 nama yang ada di layar HP gue dan pada saat serangan berlangsung, ada 2 tongkat putih terang dan emas terang menahan serangan tersebut, 2 wujud yang menggunakan mahkota lebih besar dari punya dhika sedikit tapi mampu menahan serangan mereka berdua. Mbah yin, mbah bram dan nyai lim serta 2 jin dimas menunduk ke arah 2 sosok ini.

“senang dapat bergabung, dek wildan” kata sosok cowo
“apakah kalian baik baik saja?” kata sosok cantik ini
“hemmm will, mereka siapa?” kata dimas
“mereka sosok yang di maksud eyang gue, dan mereka sudah ada sebelum gue lahir, kita baik baik saja” kata gue tersenyum
“baik, silakan beristirahat, biarkan kami yang menyelesaikannya” kata sosok cowo
“tenang saja dek wildan, 2 sosok ini dapat kami kalahkan” kata sosok cewe ini

Mereka berdua berdiri paling depan dan mengarahkan tongkat mereka kea rah 2 jinnya dhika.

“SIAPA LAGI MEREKA ANJING GA ABIS-ABIS TAI” kata dhika
“jangan pernah meremehkan musuh yang terlihat lemah, dan jangan terlihat kuat ketika lu tau kalau lu lemah, mudah di tebak” kata gue
“ANJING BENERAN LU BERDUA, BUNUHHHHH!!!!” kata dhika teriak menunjuk ke arah gue.

Dengan cepat 2 jin dhika menyerang ke arah kita dengan serangan yang mereka punya tangan si hitam mau menyerang ke arah gue langsung, namun kedua leher mereka di pegang oleh tangan 2 jin kuat gue ini dengan gampangnya.

“jangan pernah ganggu dek wildan lagi atau akan kuhancurkan kalian” kata sosok cowo ini
“dan kamu anak muda, jangan ganggu mereka lagi atau akan ku hancurkan kekuatan mu” kata sosok cewe ini
“PERSETAN DENGAN KALIAN PARA JIN” kata dhika
“baiklah jika itu jawabannya” kata si sosok cowo ini

Dengan tongkat putih terangnya dia mengarahkan ke arah jin yang mereka pegang dan di musnahkan si hitam dengan mudah dan bersatu dengan angin yang ada. 

“titip salam dari saya untuk yang kamu temuin nantinya” kata si cowok ke arah jin cowo yang punya dhika
“HAHAHHAHA” kata jinnya dhika

Dengan mudah juga jin cowo ini membunuhnya dan bersatu dengan udara kembali.

“JIN GUE, APA YANG KALIAN LAKUKAN ANJING” kata dhika marah
“kami akan menyelamatkanmu” kata sosok cewe ini
“KALIAN MAU NGAPAIN LAGI HAH” kata dhika
“membereskan semua yang tidak seharusnya” kata sosok cowo ini

Cewe dan cowo ini mengarahkan tongkatnya kea rah semua jin yang dhika punya dan semuanya binasa termasuk punyanya temen dhika. 

“saya akan menghilangkan kekuatan kalian semua” kata si cewe

Dengan gerakan jarinya sosok cewe ini menarik aura yang ada di mereka.

“AAAAGGGGHHHHH PANAS ANJING, SETAN JANGAN AMBIL ANJINGGGG” teriak dhika
“AAAAAHHHHHHHH PANASSSS” teriak kedua temannya

Butuh waktu yang singkat dan ternyata selesai. Dhika dan 2 temannya pingsan di tempat dan 2 jin ini menyembuhkan mbah bram, nyai lim dan 2 jin dimas dengan sekejap. 

“kalian ternyata penjaga yang baik” kata sosok cowo ini
“kami hanya berusaha sebisa kamu tuan” kata mbah yin
“dan sekarang ada 1 masalah lagi ya dek wildan” kata sosok cewe ini
“ohhh iya, dimana nanda ya?” kata gue
“tenang saja sudah di selamatkan oleh teman anda” kata sosok cewe ini
“dimana tapi?” kata gue
“disana” kata sosok cowo ini mengarahkan jarinya

Ternyata terlihat martin dan nanda jalan dengan kondisi muka martin yang ada sedikit darah di mukanya, ganteng banget dah.

“mereka siapa lagi wildannnnnn!!!” kata martin
“kenalin mereka sudah ada sejak gue belum lahir” kata gue
“jirrr auranya dingin banget adem” kata martin
“jin lo berantem sama 2 ini mati langsung jadi asep” kata dimas
“jelas ga ada apa-apanya auranya aja udah beda
“nanda gapapa?” tanya gue ke nanda
“gapapa wil makasih ya udah mau repot” kata nanda
“ga masalah sih” kata gue
“beneran kamu gapapa yank?” kata dimas
“masih bisa jalan kan? Artinya gapapa” kata nanda
“ohhh masih jutek berarti masih waras” kata dimas
“nahhh buat mbak, terimakasih sudah menolong dan boleh kembali ke tempat asalnya” kata gue
“saya senang bisa membantu dan bilang saja jika kamu bisa membantu lagi di wilayah sini” kata setan ini
“baik mbak, maaf sudah banyak yang binasa” kata gue
“tidak usah khawatir mereka bisa hidup kembali nantinya” kata dia
“baiklah terimakasih” kata gue

Dengan sekejab mereka semua menghilang dan pergi, sekarang saatnya gue berterimakasih kepada 2 jin ini yang sudah datang sebentar.

“oh ya saya terimakasih ya sama kalian sudah bisa hadir sebentar disini” kata gue
“dengan senang hati dek” kata si cowo
“kami akan kembali jika anda membutuhkannya, kami sudah ada sejak anda belum lahir dan menunggu anda hadir” kata si cewe
“jadi sebelum nih anak lahir kalian udah nungguin?” kata dimas
“iya” kata si cewe
“berarti kalian tau kalau kalian harus sama dia?” kata dimas nunjuk gue
“iya, kami sudah tau dan kami di turunkan oleh eyangnya wildan pada keturunan ke 3” kata si cowo
“saya akan minta bantuan kalian lagi saat saya siap ya, tenaga saya sudah habis tidak bisa di tahan lagi” kata gue duduk
“baik dek, panggil saja lagi kami, kami selalu ada di samping anda” kata si cewe
“yin, jaga anak ini baik-baik jangan sampai ada yang melukainya, saya percayakan sama kamu sebagai utusan terkuat” kata si cowo
“baik tuan” kata mbah yin
“dan kamu bram, kamulah yang lebih sering sama dia, selalu awasi dia” kata si cowo 
“baik tuan” kata mbah bram
“dan kamu macan putih siapa namamu?” kata si cowo
“nama saya lim tuan” kata nyai lim
“baik, kamu selalu awasi sekitarnya karena dia akan selalu dalam keadaan bahaya, tidak ada yang aman buat dia” kata si cowo
“baik tuan” kata nyai lim
“kami pamit dulu dek” kata sic ewe
“okeeeee, ati ati kalian” kata gue melambaikan tangan

Dalam sekejab mereka berdua hilang dengan angin dan akhirnya selesai, dhika dan temannya? Diemin aja mereka pingsan doang, gue dan yang lain kembali ke penginapan dalam kondisi gue lemes, yang bawa mobil dimas dan gue di masukin mbah bram kembali agar ada tenaga sedikit, selalu dia yang siap meng cover tenaga gue tanpa berfikir.

Sesampainya di villa gue di baringkan di sebelah tiara dan gue tiba-tiba tertidur, hanya ada suara yang bisa gue denger, yappppp, sepertinya gue ga sadarkan diri.


EmoticonEmoticon