Penglihatan Lebih ( Part 77 ) Mbah Yin, Sang pemimpin

Cerita Campur - Mbah Yin, Sang pemimpin

Setelah itu tidak lama dateng uwa gue dan mbah yin pada waktu yang bersamaan dan gue sedikit merasakan hal yang aneh sekarnag.

“wildan, boleh ngomong?” kata uwa
“apaan wa? Perasaan ga enak nih” kata gue
“hahaha ga usah khawatir, gak ini loh mbah yin” kata uwa
“kenapa wa sama mbah yin?” kata gue
“kamu siap nerima dia?” kata uwa
“haaaaaaaaa?” kata gue
“iya kalau malem ini kamu dapet mbah yin atau besok pagi apa kamu siap wil?” kata uwa 
“emmmm bentar wa, menurut uwa nih ya yang lebih hebat, wildan kuat ga megang mbah yin yang sakti begini” kata gue
“beda tipis kok kamu sama dia jadi uwa yakin kamu bisa” kata uwa
“kalau uwa bantu ningkatin buat sampai setara bisa ga wa?” kata gue
“kamu mau di bantu? Butuh seminggu doang kok kalau kamu sendiri” kata uwa
“iya wa mau di bantu aja biar cepet dikit lagi kan katanya” kata gue 
“oke kalo gitu, male mini kamu medit ya di atas sama mbah yin dan lain lain” kata uwa
“oke wa malem ini? Atau sekarang aja wa?” kata gue
“nanti ya sejam lagi, uwa nyiapin semuanya dulu di atas nanti” kata uwa gue
“oke wa siap” kata gue

Setelah itu uwa dan mbah yin keluar ruangan dan mbah yin menunduk ke gue sebelum keluar ruangan, mbah bram dan nyai lim diri di samping gue dan menatap gue.

“ini apaan dua duanya natap ke gue begini” kata gue
“tidak apa-apa dek, saya hanya ingin mengucapkan selamat ke dek wldan karena telah dapat memegang mbah yin pada waktu yang tepat” kata mbah bram
“lah emang kenapa harus hari ini dan male mini” kata gue
“karena suatu saat dek wildan butuh dia dan dia memang sudah di takdirkan untuk memegang mbah yin dan yang bisa menerima dia sampai sekarang adalah dek wildan dan uwanya dek wildan” kata mbah bram
“memang seberapa kuat mbah yin sampai sebegitu di takutkannya?” kata nyai lim
“nah mbah kasih tau kehebatan mbah yin ke nyai lim biar tau seberapa tangguh mbah yin” kata gue
“mbah yin tingkatannya di atas kita, dan dia yang paling tangguh di antara sejuta pasukan dia adalah pemimpin dari ratusan kesatria” kata mbah bram
“apakah mungkin kalau saya dapat mengalahkan mbah yin?” kata nyai lim
“nah itu gue penasaran, gimana mbah?” kata gue
“tidak mungkin bisa karena mbah yin adalah yang paling kuat dan dia akan menjadi pemimpin kita saya berani bertaruh atas arwah saya” kata mbah bram
“bagaimana jika suatu saat saya mencoba kekuatan saya untuk melawan mbah yin?” kata nyai lim
“itu bagaimana dek wildan karena yang akan menjalankan adalah dia” kata mbah bram
“bagaimana dek apakah boleh?” kata nyai lim
“nanti ya saya aja masih bingung ini bagaimana cara saya nanganin mbah yin nanti karena dia pakai tenaga saya, 2 aja udah cukup berat ini 3 lagi mana yang satu kuat banget” kata gue
“dek wildan ga usah khawatir dia mempunyai aura dan tenaga sendiri dimana dia hanya menggunakan tenaga dek wildan sedikit” kata mbah bram
“bukannya banyak ya?” kata gue
“dia akan memberikan tenaga dan aura ke dek wildan pada saat bersamaan, kecuali jika dia marah besar saya tidak tahu bagaimana jadinya” kata mbah bram
“oke cukup mengerikan, kalau gitu doain malem ini saya lancar ya” kata gue
“baik dek” kata mbah bram
“dan nyai lim sabar ya nanti kita coba” kata gue
“baik dek wildan” kata nyai lim 
“oke tos heheheh” kata gue

Mereka berdua tos sama gue dan mereka berdua sudah tau cara tos oke macan gue keren. Sambil menunggu panggilan dari uwa gue, akhirnya gue memutuskan untuk ikut bermain sama ade gue, ya main balepan gitulah. Setelah menunggu sekitar beberapa lama akhirnya gue dapat panggilan dari uwa gue dimana artinya semuanya sudah siap dan gue harus menjalankan proses pemindahan ini.

“yuk wil kita ke atas” kata uwa
“udah siap wa?” kata gue
“udah kok udah siap semua” kata uwa
“bakal sakit ga?” kata gue
“ga kok malah dingin dan kamu bisa ngatasin ini dengan mudah, tenaga dalem kamu gede kok” kata uwa
“masih kecil wa tenaga dalemnya baru juga latihan beberapa” kata gue
“uwa yang tau dan kamu yang gatau tenaga dalem kamu gede” kata uwa
“bisa jadi perisai gitu?” kata gue
“sangat bisa dan sangat kuat” kata uwa
“oke wa” kata gue

Setelah itu gue naik keatas sama uwa dan 2 teman gue saat ini, setelah di ruangan disana sudah ada mbah yin yang sudah duduk si satu sisi, dan dengan sigap mbah bram dan nyai lim duduk di samping dan belakang gue, saat gue duduk posisinya adalah kana nada mbah yin, kiri mbah bram, belakang ada nyai lim depan gue tentu uwa gue, menggunakan posisi saat meditasi dan gue mulai di suruh menutup mata gue tanpa pikiran apapun dan kosong. 

Saat mulai memasuki alam bawah sadar, gue sedikit mulai merasakan kalau agak sedikit panas di bagian belakang gue tapi dingin di bagian depan gue, oke leher belakang sampai punggung bawah gue panas, tapi bagian leher kepala sampai perut gue dingin semua. Kepala mulai agak pusing sedikit dan mulai sedikit mual tapi ada tangan di dada dan kepala gue yang gue tau itu tangan uwa gue, disitu artinya gue harus tahan dan ngelawan, dalem hati cuman mengucapkan beberapa doa dan mengepalkan tangan dengan tenang. Setelah beberapa lama seperti itu entah kenapa gue tertidur dengan cepat bukan pingsan ya, tapi tidur yang langsung bless ilang. 

Setelah itu tidak lama dateng lagi sosok orang tua di depan gue, masih inget kan 2 eyang gue? Nah mereka dateng lagi cape ngetiknya gue sebut E1 sama E2 ya.





“lah eyang ketemu lagi” kata gue
“sekarang kamu udah cukup kuat ya” kata E1 senyum ke gue
“gak juga yang masih banyak yang harus di pelajari” kata gue
“harus dong itu baru keturunannya eyang” kata E1
“nanti kamu harus lebih siap lagi ya” kata E2
“lah emang kenapa yang?” kata gue
“bakal ada yang kuat juga buat kamu nantinya latihan dulu aja yang banyak sampai kamu sampai di titik kuat” kata E2
“oh ya itu mbah yin punya eyang yang mana nih” kata gue
“dia punya saya pada masa lalu” kata E1
“mbah bram juga punya eyang kan?” kata gue
“iya dia juga punya saya” kata E1 senyum
“lah eyang yang ini kapan ngasihnya?” kata gue
“heheh nanti pada waktu yang sudah di siapkan kamu akan mendapatkannya kamu ga usah khawatir kamu kapan mendapatkannya” kata E2
“oke deh eyang, kalo boleh nanya eyang, aku ini sudah generasi keberapa setelah eyang?” kata gue
“kamu ini generasi ke 3 dan kamu salah satu yang special dari generasi ke generasi, makanya kenapa kamu bakal dapet banyak cobaan dan harga yang layak buat kamu nantinya” kata E1
“oke yang, cobaannya bisa udah ga?” kata gue
“itu bukan kita yang mengatur nak, yang mengatur itu yang di atas sana yang kuasa, jadi cukup jalanin dan sabar ya, kamu anak yang kuat” kata E2 ngelus gue
“kalo ga kuat yang?” kata gue
“kuat, eyang percaya kamu kuat dan eyang ga khawatir kalau kamu dapet banyak cobaan, hati kamu iniloh yang kuat bukan cuman kaki kamu” kata E1
“kalau misal suatu saat wildan butuh temen cerita dan ada masalah yang cukup berat menurut wildan, bisa ga wildan ketemu eyang lagi?” kata gue
“bisa kok kan kamu yang tinggal datengin eyang, kamu tau eyang berada dimana, dan inget nanti kamu suatu saat dapet seseorang yang bisa nemenin kamu kapanpun dan dia siap diri di depan demi kamu, dan orang itu tampa pamrih, walau orang itu memang sedikit keras dan tegas tapi dia cocok dengan karakter kamu yang strategis dan penyabar” kata E2
“jadi bisa ketemu lagi? Orangnya cewe atau cowo?” kata gue
“bisa kok ga usah khawatir, cewe atau cowo ya nanti kamu liat sendiri aja yang pasti orangnya siap berdiri kapanpun” kata E1
“jangan buat penasaran kenapa yang” kata gue
“dah kamu ga usah khawatir, sekarang mbah yin sudah punya kamu dan kamu sudah siap buat menerimanya” kata E1
“makasih eyang, yang eyang kapan?” kata gue melihat eyang 1 lagi
“ga usah khawatir wildan, kamu nanti pada saatnya pasti tau kok” kata E2 senyum
“boleh ga wildan minta sesuatu ke eyang eyang?” kata gue
“apa itu?” kata mereka
“wildan mau liat temen temen gaib eyang” kata gue
“terlalu banyak wildan” kata E1
“yang paling kuatnya aja” kata gue
“baiklah kamu siap?” kata E2
“siap eyang” kata gue melotot
“inilah teman teman gaib kami wildan” kata E1

Disitu gue melihat macan hitam tinggi besar melebihi eyang dan badan gue, untuk melihatnya aja gue harus menadahkan kepala gue ke atas dan macan ini melihat ke bawah dia berdiri di belakang eyang gue, di sebelahnya ada ular putih manis cantik yang besar dan kuat, sebelahnya lagi ada sosok laki laki tinggi besar dan memiliki paras yang amat sangat bagus dan penampilan yang memuaskan, memiliki sinar putih dan gue jamin dia yang paling kuat, itu dari eyang 1, dari eyang 2 gue melihat sosok macan putih besar, memang tidak lebih besar dari eyang 1 tapi tetep aja gue harus liat mukanya ke atas, ada sosok kera yang besar duduk bersila sambil menadahkan tangannya di kedua pahanya dan tersenyum dengan mata tajamnya, dan sosok perempuan yang cantik dan bersih, oke dadanya montok, skip, sosok perempuan ini memiliki rambut yang panjang, paras cantik dan memiliki aura hitam yang cukup pekat tapi gue tidak merasakan bahaya yang berarti sosok ini baik hati dan tidak jahat hanya aura saja yang hitam .

“eyang ini yang paling kuat?” kata gue
“mereka baru 3 dari pemimpin terkuat” kata E1
“jadi 3 ini pemimpin terkuat dan teratas?” kata gue
“iya benar dan lainnya masih banyak lagi dan suatu saat nanti kamu bakal tau dan kamu bisa lihat” kata E2
“sosoknya aja gede gede begini eyang, umur mereka udah berapa lama?” kata gue
“umur mereka jauh di atas kamu bahkan jauh dari eyang juga, ini turunan dari generasi dahulu kala, makanya kenapa mereka jauh lebih kuat dan besar, bisa di bilang mereka adalah rajanya” kata E1
“mau satu……” kata gue
“kamu sekarang belum siap, nanti saja ya pada saat yang bener bener tepat dan saat kamu sudah mendapatkan partner sejati hidup dan mati yang bisa ngebantu kamu” kata E2
“siapa dimas?” kata gue
“bukan, ada nanti satu orang dimana dia jadi partner hidup mati kamu, dia membutuhkan kamu dan begitu juga sebaliknya, lihat mereka semua menunduk ke kamu, berarti mereka tau akan kemampuan kamu nantinya” kata E1

Gue liat semua jin eyang ini menunduk di depan gue seperti menyembah.

“eeeehhhh bangun bangun ini apaan gue masih lemah” kata gue
“sekarang memang tapi nanti kamu bakal tau siapa kamu sebenarnya” kata E2
“dah sekarang kamu pulang temui mbah yin dia sudah menunggu kamu bangun” kata E1
“oke eyang, nanti kita ngobrol lagi ya” kata gue agak menjauh

Mereka berdua tersenyum sama gue dan dengan seketika mereka semua hilang dari hadapan gue dan tiba-tiba mat ague terbuka dan gue sadar masih dalam keadaan duduk menyila dan keringet yang banjir di sekujur tubuh dan nafas yang berat, dengan cepat uwa gue ngasih gue minum dan mbah tin, bram dan nyai lim langsung memberikan sedikit energi ke gue.

“hebat kamu bisa nerima segitu banyak dan meditasi kaya gitu, jantung kamu 1 menit cuman 6 kali detak, nafas kamu semenit cuman 3 kali, kamu masih kecil aja udah kaya gini apa lagi nanti” kata uwa gue ngelus punggung gue
“haaaaaa cape wa sumpah” kata gue
“wajar kok, lagian juga kamu meditasi 2 jam loh dan sejam lalu mbah yin udah jadi punya kamu, kamu udah bisa kontak batin sama dia dan dia bisa memberikan aura dan tenaga jika di perlukan dan kamu sekarang bisa memberikan tenaga dan aura ke orang yang kamu mau dan menyebarkannya” kata uwa
“jadi istilahnya wildan nyemprotin aura sama tenaga kemana mana nih gratis gitu?” kata gue
“iya kaya gitu” kata uwa
“abis dong nanti” kata gue
“ga bakal abis, makanya kenapa ada mbah yin dia bakal kasih energi balik kok jadi ga akan habis” kata uwa
“oke deh wa” kata gue
“yaudah uwa tinggal dulu ya” kata uwa pergi keluar ruangan
“iya wa” kata gue

Gue balikan badan gue dan mereka ber 3 duduk di hadapan gue dengan rapih dan tersenyum, gue hanya tersenyum balik kemereka dan gue peluk mereka satu persatu.

“aaaaaaaa dapet mbah yin hore” kata gue
“senang bisa bergabung dek wildan” kata mbah yin
“senang juga bisa liat mbah yin disini” kata gue senyum
“sekarang bisa di tes dek?” kata nyai lim
“ampun deh” kata gue garuk-garuk kepala

Nyai lim nyai lim, ga bisa sabar apa.


EmoticonEmoticon