Penglihatan Lebih ( Part 87 ) Serangan Jin

Cerita Campur - Serangan Jin

Di dalam mobil kita bertiga mencari tau kemana si dhika ini pergi membawa si nanda, nyai lim sebagai detector memberi tau jalan dan arah kemana mbah bram berada, mbah bram sudah ada di lokasi hanya diam diam, gue liat dimas dan martin masih kecapean dengan teman jinnya yang terluka dan masih menyembuhkan diri, emang jenis yang dia pake apaan ya.





“emang dia pake apaan sih? Lu berdua sampai bisa kaya gini” kata gue
“jenisnya wil?” kata dimas
“iya jenisnya” kata gue
“banyak wil, ternyata perasaan kita ga enak itu tentang ini” kata martin

Bener juga perasaan gue agak sedikit berkurang was wasnya tapi rasa khawatir yang ada sekarang, damn.

“oke oke, jenis apa yang dia pake?” kata gue
“ada macan, ular beberapa dan besar-besar, dan ada satu sosok bayangan hitam pekat bau lagi, itu paling kuat gue rasa gedenya pake banget” kata dimas
“oke terus ada lagi ga?” kata gue
“dan dia ga sendiri wil, sama temennya tiga” kata martin
“temennya punya juga?” kata gue
“punya tapi ga sekuat yang dhika punya makanya gue bilang banyak” kata martin
“oke oke, nanti gue urus dhika lu berdua cari aja nanda oke?” kata gue
“serius? Dia kuat kampret” kata dimas
“sekuat-kuatnya orang ada kelemahan kan? Kita cari titik lemahnya” kata gue
“si kampret ga takut mati emang” kata dimas
“lu udah kenal gue lama dim, lu percaya gue kan” kata gue
“yoooo gue percaya abis sama lo” kata dimas
“nanti lo sama martin cari aja nanda dimana gue urus bosnya” kata gue
“sipppp....” kata martin
“gue cuman pesen....” kata dimas
“iya ati-ati, basi lo” kata gue
“bukannnn, teh manis satu sama batagor satu ya” kata dimas
“kampret” kata gue

Setelah entah berapa tahun gue di jalan, kaga maksud gue berapa menit di jalan akhirnya sampai juga di tempat yang di maksud, ternyata bukan di villa atau dimana, tapi di kebun teh, ingat yang kebun teh serangan rumah kosong? Disitu tempatnya, tapi kita ga disitu tapi kita deket situ. Rencana gue ternyata berubah, gue liat dhika bersama 1 temannya menunggu dekat mobil dan yang lainnya sepertinya bawa nanda entah mau di bawa kemana.

“dim, lu tau rumah yang waktu itu? Lu kesana terus minta pertolongan gue yakin dia masih inget sama kita, tapi lu jangan lupa buat ngenalin martin dulu” kata gue
“keren ide lo nyet gue suka gaya lo, oke gue sama martin ke rumah si setan itu dulu ya” kata martin
“ati-ati dia biar gue yang urus” kata gue
“sipppp lo juga ati ati nyet” gampar muka gue sedikit

Kita semua keluar dari mobil, gue ke arah dhika dan dimas juga martin lari ke arah belakang gue minta bantuan ke si penjaga rumah waktu itu, itu juga mudah-mudahan kalau masih ada sih.

“hhahaha kemana temen lo? Lari?” kata dhika
“lo liat sendiri kan mereka lari, bukan jalan” kata gue
“maksud gue kabur begoooo” kata dhika
“hemmm mungkin, kebelet kencing, mungkin ya” kata gue
“hahaha ga ada yang bisa lari dari gue” kata dhika

1 macan dan satu ular milik dhika menyusul mengikuti martin dan dimas, sebelum 2 jin itu melewati gue, gue bunuh 2 jin ini terlebih dahulu, mbah bram dan nyai lim tentunya yang ada di samping gue

“dan tidak semudah itu jin lo buat ngejar keluarga gue” kata gue
“SETAN..... lepasin jin gue sekarang” kata dhika
“sayangnya ga semudah itu pak, mbah dan nyai, bunuh aja mereka” kata gue
“baik dek” kata mbah br dan nyai

Dengan cepat 2 jin ini terbakar, karena tidak sebanding juga dengan mbah bram dan nyai lim.

“ANJING LU BUNUH 2 PELIHARAAN GUE DENGAN MUDAH?” kata dhika
“dan dengan mudah lu pikir bisa ngambil nanda dari kita?” kata gue
“udah gue bilang GUE BAKAL LAKUKIN APA AJA BUAT SAMA NANDA” kata dhika
“silahkan tapi sayangnya dia gamau, lu sama aja namanya penculikan, dah balikin nanda ga ada yang terluka” kata gue
“udah gue bilang bekali-kali KALAU NANDA PUNYA GUE” kata dhika
“ohhhhh GITUUUUUUU” kata gue dengan pasang muka jelek
“tai juga nih anak, udah lama gue pengen ngehajar lo” kata dhika
“gue disini, ga kemana-mana juga” kata gue
“baik, tuh lu pengen coba bunuh orang kan? Bunuh tuh bocah” kata dhika nyuruh temennya
“dengan senang hati” kata temennya
“with my pleasure” kata gue sambil masukin tangan ke saku celana

Datang 2 jin lagi ke arah gue sosoknya ular ga ada bagus-bagusnya, asli jelek banget pake lidahnya keluar-keluar, kalo lidah mbah bram yang keluar gue masih gemes, ini ular jelek begini, ogah gue makasih. Kedua jin itu nyerang gue dengan cepat tapi sayangnya, dengan tiba-tiba dateng juga 2 ke arah jin dia, siapa? Pasukannya mbah bram.

“makasih mbah bram” kata gue tersenyum
“dengan senang hati dan itu tugas saya dek” kata mbah bram
“udah gue bilang lu bukan sasaran gue, sasaran gue tuh dhika ngerti ga lu?” kata gue ke temennya
“ANJING LEPASIN ULAR GUE” kata dia
“ohhhh ini? Tenang aja dia akan mati dengan mudah kok” kata gue
“LU BENER BENER YA” kata dia
“silahkan” kata gue tersenyum

Dateng lagi 2 punya dia, macan dan jenis bayangan tidak besar jadi sepertinya mudah, emang sih macan cuman masih kecil banget keliatannya, anak macan atau anak kucing ya. Saat mereka menyerang, 2 jin ini langsung di tahan juga oleh nyai lim, dia menahan sendirian.

“makasih juga nyai lim” kata gue
“ini mudah dek, boleh saya bunuh?” kata nyai lim
“hemmmm silahkan nyai semuanya aja bunuh boleh” kata gue
“baik dek” kata nyai lim

Dengan sekali cakarannya 4 jin ini musnah entah kemana jadi abu, ga keliatan sih kalau sama mata normal cuman angin kenceng aja. Sekarang yang gue lihat sepertinya cuman satu punya dia yang tersisa.
“dah puas? Yang gede mau coba juga?” kata gue
“SETAN” kata dia
“tunggu dulu, dah lu sama yang lain aja ke tempat nanda, dia biar gue yang urus, udah cukup 4 jin lo abis” kata dhika kesel juga liatnya dia
“ya siapa suruh coba-coba” kata gue
“SETAN, AWAS LO KAMPRET” kata dia berlari
“yoooo ati ati kesandung” kata gue melambaikan tangan
“jadi lo ngerasa KUAT HAH?” kata dhika
“emmm engga gue pun masih pemula” kata gue
“hahaha GUE GA BEGO, PEMULA MEGANG MACAN SEKUAT INI, GA MUNGKIN KAMPET” kata dhika
“yaudah terserah lu deh kalau ga percaya ya, dah kasih tau aja nanda dimana” kata gue
“nanda udah punya gue, saatnya lo ngerasain salah satu jin gue” kata dhika
“boleh silahkan” kata gue

Tapi sebelum memulai serangan gue ngerasain rasa kuat kali ini, gue suruh prajurit mbah bram untuk berdiri di belakang gue.

“mbah siap ya, suruh prajurit mundur ke belakang saya mbah” kata gue
“baik dek, saya siap” kata mbah bram
“nyai siap?” kata gue
“kapanpun dek” kata nyai lim

Dengan cepat kedua pasukan mbah bram mundur ke belakang dan gue serta 2 temen gue maju kedepan. 

"GUE BUNUH LO SETAN" kata dhika
"show me" kata gue 

tiba tiba keluar sosok bayangan besar dan ular yang besar juga melebihi gue tingginya. 

"hemmm mbah bisa handle?" kata gue
"handle itu apa dek?" kata mbah bram
"bukan waktunya bertanya mbahhhhh, bisa ngatasin ga?" kata gue
"mudah mudahan bisa dek, ketika dek wildan siap saya akan pakai tenaga saya" kata mbah bram
"yaudah siap siap hajar aja" kata gue
"baik dek" kata mbah bram
"dek dua jin itu kuat dek" kata nyao lim
"dari tadi juga itu yang saya takutin nyaiiiii duhhh lemot banget" kata gue
"kita bisa dek" kata nyai
"mudah mudahan nyai saya gamau kehilangan kalian berdua" kata gue
"tidak akan semudah itu dek" kata mbah bram

dua jin dhika menuju gue dan coba menyerang gue tangannya yang besar dari si bayangan mau nyakar gue dengan cepat mbah bram menepis serangan dan menggigit tangannya, si bayangan menarik kembali tangannya aura hitamnya bocor dari tangannya dan si ular ingin melilit gue dari bawah tanah memang detector hantu ga bisa di bohongi dengan cepat juga nyai lim mendorong gue dan menepis lilitan yang hampir mendekati gue.

"makasih nyai" kata gue
"belum saatnya berterimakasih dek" kata nyai lim
"mbah bram gapapa?" kata gue
"tidak apa apa dek masih bisa saya atasi ternyata" kata mbah bram

gue kira temen temen gue yang udah udzur ini lemot gerakannya ternyata lincah juga ya mikirnya, punya IQ berapa coba kalo di tes.

"lincah juga ya peliharaan lu" lata dhika
"mereka keluarga gue ga ada peliharaan emang elu" kata gue
"hahaha mereka itu peliharaan goblok" kata dhika
"ati ati mereka punya hati dan mereka akan loyal ketika kita juga loyal" kata gue
"bacot lah anjing, SERANG LAGI" kata dhika

2 jin dia kali ini menyerang barengan dengan sigap mbah bram dan nyai lim beradu tenaga dan ketahanan disitu, angin berhembus sana sini berlawanan arah tidak karuan, sedikit sedikit tenaga gue tersedot oleh 2 teman gue ini.

satu kejadian dimana satu jin dhika lolos dari mbah bram dan nyai lim siapa lagi kalau bukan si bayangan yang bisa bergerak bebas, badan gue di pegang oleh si bayangan di remas.

"ANJING.... SAKIT BEGO" teriak gue agak sakit 

gue tempelkan tangan kanan gue ke tangan si bayangan ini dan si bayangan berteriak dengan kerasnya.

"AAARRRRGGHHH PANAS" teriak si bayangan

gue liat bahu guepun ada bekas merah akibat habis di sentug plehb.si bayangan, tangan si bayangan seperti lemas tidak berdaya.

"LO APAIN JIN GUE ANJING" kata dhika
"dia nyentuh gue duluan ya gue bakar anjing" kata gue
"emang lu tai ya" kata dhika
"semua ada resikonya begitupun dengan badan gue sekarang ada bekas merah" kata gue
"itu derita lo sekarang makan nih jin gue semuanya" kata dhika

pada saat itu juga keluar beberapa jin dhika ada macan, ada ular, ada naga (oke baru kali ini gue liat naga) ada ini itulah aneh aneh banyak juga males gue ngitungnya.

"sekarang apakah lu masih sanggup buat ngatasin semuanya hahahah" kata dhika
"maju anjing" kata gue
"SERANG NAGA KE DIA" kata dhika menunjuk gue

dengan cepat si bayangan menyerang mbah bram dan si ular menyerang nyai lim, sialnya sI naga bebas, dia terbang ke arah gue dan ingin menyantap gue, gue hanya berteriak dalam hati

"MBAH YINNN" kata gue

detik itu juga datang mbah yin entah dari mana datangnya, badannya yang besar menyingkirkan si naga dengan cepat dan terpental.

"dek wildan baik baik saja?" kata mbah yin 
"saya kira mbah ga akan dateng" kata gue
"seperti janji saya ketika dek wildan membutuhkan saya maka saya akan hadir" kata mbah yin
"makasih mbah" kata gue
"tenang saja dek ada saya sekarang dan kabar buruknya jumlah mereka terlalu banyak dan masih ada yang kuat di antara mereka" kata gue
"hah? wong edan" kata gue sambil terduduk


EmoticonEmoticon