Cerita Campur - Downhill
Sebelum memulai tantangan bodoh ini sebenernya, kita semua pemanasan atau pelemasan dulu biar ga ada keram atau keseleo, termasuk cewe-cewe juga semuanya pemanasan, terutama buat cowok fokus ke punggung soalnya bawa beban lumayan berat nih, tasnya berat.
“ahhhhh gue udah siap nih” kata gue
“gue juga udah kok” kata martin
“bentar dulu punggung gue masih kaku” kata dimas
“dasar tua” kata gue
“tai, pagi-pagi gini gue kapan olahraga coba” kata dimas
“makanya olahraga mas, biar sehat” kata martin
“waktunya ga ada nyet” kata dimas
“bukannya ga ada yang tapi kamunya aja yang males” kata nanda senyum
“nah denger tuh” kata martin
“tau ah bodo amat” kata dimas
“mbah yin, mbah bram, nyai lim, ikutan lari yah kebawah biar seru hehehhe” kata gue
“baik dek” kata mereka
“astaga kamu suruh temen kamu lari juga?” kata tiara
“biar seru, kamu lupa pas kita ke puncak? Kan mbah bram lari juga” kata gue
“kamunya aja kurang kerjaan itumah” kata tiara
“biarin yang penting asik, hehehe” kata gue
“abis dari sini kita kemana?” kata icha
“ke rumah gue aja” kata gue
“besok sekolah dan.... konyol lu ya” kata icha
“gue sih mau cabut, beres begini besoknya sekolah tuh cape tau ga mending istirahat” kata gue
“bener juga, oke gue cabut” kata dimas
“gue juga kalo gitu, kamu mau pulang yank? Kalo mau nanti aku anterin ke rumah dulu kan supir kamu ada di rumah aku” kata martin
“hahhhh bener ya kalian tuh, ga usah udh ikut aja deh nanti aku bilang papa” kata icha
“nah gitu dong” kata martin
“oke lari sekarang ya?” kata gue
“SIAPPPP” kata semuanya
Buat para cowo sudah menopang tas yang cukup berat ini, dan dengan kesiapan menanggung semua resiko nanti pas di jalan itu adalah hal yang biasa seperti jatuh dan lain-lain.
“siapppp?” kata gue
“siap bos” kata martin
“GO...” kata gue
Asiknya lari ke bawah memang para cewe dengan mudah duluan di depan, jelaslah badan mereka rinngan ga ada beban sama sekali, tinggal lari kaya kancil yang paling lucu adalah liat macan-macan gue lari bukan lari sih kaya jogging, kalo lari kayaknya udah dari tadi di bawah ya, sempet sih pas lagi lari ketemu medan licin gue cukup nyorodot , halah bahasa apa lagi nyorodot, yaudah sliding deh pada ngerti kan. Jatuh bukanlah hal yang aneh, luka? Jelas, tapi sumpah asik, baju celana kotor karena tanah dan lainnya kotor itu baik kalo kata nyokap ya hahahha.
Setelah berlari sekitar 1 jam ke bawah ternyata masih belum sampai dan sudah setengah jalan tapi kita memutuskan untuk istirahat dulu sebentar.
“dah pada istirahat dulu kan cape” kata gue
“luka kamu gapapa yank?” kata tiara
“gapapa yang, kecil inimah” kata gue
“coba sini liat” kata tiara ngangkat celana gue dan ternyata gue berdarah lumayan banyak
“kaya gini kamu bilang gapapa? Gila kamu ya” kata tiara
“yaelah bener deh gapapa” kata gue sambil meluruskan kedua kaki gue dan bersender ke pohon
“dek wildan gapapa?” kata mbah bram
“gapapa mbah luka dikit doang” kata gue
“boong mbah liat berdarahnya sampai kaya gini, mana kotak obat” kata tiara
“di tas lah, udah gapapa ih” kata gue
“berisik kamu udah diem aja” kata tiara mengambil kotak obat di tas
“gila lo wil, luka lu, ini sih sobek” kata martin
“hah sobek? Mana mana” kata dimas
“emang sobek ya? Heheheh” kata gue nyengir
“tuh ra cowo lu masih bisa nyengir dengkulnya bolong gitu lukanya” kata nanda
“emang dia gila kok” kata tiara masih nyari kotak obat
“tar bilas dulu pake air nih” kata icha
“udah ih ga usah masih bisa lari nanti aja di bawah” kata gue
“ya lari lagi nanti gapapa wil, sekarang obatin aja dulu, darah lu ngocor itu” kata icha
“sini kaki lo” kata martin
“mau di apain?” kata gue
“mau gue bilas” kata martin
Disiram lah dengkul kanan gue sama air minumnya dia dan...
“AAAAAAAA NGEHE SAKIT ANJING” kata gue
“ kan sakit kan, katanya ga sakit gimana sih” kata martin
“JANGAN DI SIRAM AIR MONYET” kata gue nendang dengkulnya martin
“ya kotor gitu bersihin dulu lah” kata martin
“gile itu sih lobang beneran luka, coba tangan lu “ kata dimas
“ga ada apa-apa” kata gue
“coba sini aku perksa” kata tiara kembali sambil bawa kotak medic
“ga ada apa-apa ih” kata gue
Dilipatlah jaket gue dan taraaaaaaa luka di telapak tangan gue dan sepanjang lengan gue karena baret.
“gapapa ya, bener kamu mah ih” kata tiara nyubit gue
“aaawwwww sakit ra buset” kata gue
“ya lagian dah sini di obatin buka jaketnya” kata tiara
Gue ikutin aja dah apa kata tiara abis gue udah di rempuk sama 5 orang begini, gue buka jaket gue dan gue naikin celana gue yang luka tadi. Pas di tangan dia kasih alkohol sama di bersihin dan di kasih bet*dine ga kerasa sama sekali tapi pas bagian kaki....
“AAAAAAAHHHHHHH SETANNNNNNN” kata gue teriak kenceng pas alkohol kena kaki gue
“ahhh elah gerak gerak, pegangin dong si wildan” kata tiara
Martn sama dimas pegang kaki gue, dan 2 cewe lainnya nge dudukin dua tangan gue alhasil gue ga bisa gerak.
“tahan lah yank ah kamumah biar beres kan kotor lagi” kata tiara
“SAKIT RA SAKITTTT” kata gue
“katanya gapapa, gak sakit gimana sih anjing” kata dimas
“INI LAIN CERITA ANJING” kata gue
“tahan ya aku siram lagi biar bersih” kata tiara
Dan cusssssss.
“ANJINGGGGG SETANNN MONYET SAKIT TAIIII” kata gue
“mentang-mentang di hutan ya di sebutin semua” kata dimas
“INI BENERAN SAKIT NYET” kata gue
“tuh kan beneran bolong, emang sih ga gede paling 5 cm diameternya, tapi tetep aja bolong” kata tiara
“ahhhh tai sakit banget nyet” kata gue mengerang
“sabar ya dikit lagi, tutupin mulutnya sih” kata tiara
Dengan cepat 2 cewe ini tutup mulut gue dan masih obat,
“ahhhhhhh” kata gue tertahan mulut gue
“dah dah beres aku perban dulu bentar” kata tiara
Setelah di perban gue cuman bisa tiduran abis sakit juga, luka bolong di kasih alkohol, emang sih celana gue bagian dengkul jadi bolong dan ada bekas darah. Gue duduk di deket pohon senderan, dan tanpa sadar gue meneteskan air mata.
“dihhh wildan nangis loh” kata dimas
“sakit bego perih anjing” kata gue
“iya siah keluar air mata hahahah” kata martin
“kampret lo tin hahaha” kata gue ketawa sambil ngusep air mata gue
“masih bisa diri ga?” kata tiara
“bisa kok bisa” kata gue
“coba diri” kata tiara
“nah bisa kan?” kata gue berdiri
“yaudah mau lanjut lari apa pelan-pelan?” kata tiara
“lari lah biar cepet keburu siang ini” kata gue
“yakin kuat wil?” kata martin
“kuat bos tenang” kata gue
“yaudah yok lagi” kata martin
“gas deh” kata gue
Kita kembali menuruni bukit ini dan sesampainya di warung tempat kita menyimpan motor, kita kasih lagi uang tip ke penjaga warung dan ngopi-ngopi sebentar disana beristirahat, setelah itu kita semua kembali ke rumah gue, sampainya di rumah kita parkiran motor kita di garasi rumah gue dan masuk ke rumah gue.
“mamaaaa wildan pulang” kata gue
“ada anak dari mana pa masuk rumah?” kata nyokap
“tau anak siapa, biarin aja deh” kata bokap
“anak gunung nih pak” kata gue
“anak gunung ya? Bukan anak teh botol?” kata bokap
“iya dulu sekarnag anak gunung” kata gue
“anak gunung kok jatuh hahahha” kata mama
“ya namanya juga jatoh mah, tapi seru mah” kata gue
“yaudah sana pada mandi ke atas, abis itu tidur kalian kan masih kenyang, mama pinjem mbah bram, mbah yin sama macan putih kamu” kata nyokap
“nyai lim” kata gue
“iya dek?” kata nyai lim
“kamu sama mama dulu ya, aku istirahat dulu, mama aku baik kok” kata gue
“baik dek saya mengerti” kata nyai lim
“ikutin aja apa yang mbah bram sama mbah yin lakuin ya” kata gue
“baik dek dengan senang hati” kata nyai lim
“yaudah ke atas dulu ya mah, awas nyai lim cantik nih mah jangan sampe kenapa-kenapa” kata gue
“tenang aja elah emang bakal di apain sih sama mama” kata nyokap
“siapa tau mau di culik” kata gue
“ogahhhhh dah sana hussss” kata nyokap
“dahhhhhh” kata gue
Kita semua naik ke kamar gue dan tiduran alias rebahan di kasur gue, kita semua bersih-bersih alias mandi, tapi ga mandi barengan ya, ogahhh apa lagi kalo dalemnya cowo semua. Memang naik gunung sungguh melelahkan tapi sangat menyenangkan dan kalau naik gunung memang langsung tau karakter orang, siapa teman siapa musuh, siapa yang loyal dan siapa yang tidak loyal, siapa yang peduli dan siapa yang tidak peduli, ambil positifnya aja, dan ternyata semua temen-temen gue setia dan loyal semua saling peduli dan ga ada yang saling meninggalkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon