Cerita Campur - Putih Dan Hitam
“dek, kasih tau dek dimas, maaf jika saya harus menghabisi nyai gun” kata mbah bram yang siap menerkam
“Tenang mbah jangan terlalu berlebihan mbah” kata gue
“baik dek, apa yang harus saya lakukan?” kata mbah bram berusaha tenang
“serang perlahan mbah, saya sudah mulai ke habisan energi disini mbah” kata gue
“baik dek, hati-hati” kata mbah bram
“baik mbah” kata gue
Mbah bram menerkam nyai gun dan secara langsung nyai gun terpental kebelakang cukup jauh sedangkan mbah bram berdiri tegak.
“Dim jujur gue cape” kata gue
“bukan lo aja nyet, gue juga” kata dimas
Gue sama dimas mengatur napas dengan darah sudah dimana-mana, gue cuman memperhatikan mbah bram dan nyai gun bertarung. Beberapa kali mbah bram di pukul oleh tongkatnya nyai gun tetapi tidak mempan sama sekali kepada badannya mbah bram yang telah ada apinya itu, padahal jika di lihat nyai gun pun tidak kalah kuat apinya seperti mbah bram. Seriap kali tongkat nyai gun di pukul kepada mbah bram saat itu juga mbah bram menerkam nyai gun, tapi gue belum beres sampai sini, nafas gue sudah normal dan ada dimas tidak jauh dari gue.
“dim ada salam dari mbah bram” kata gue
“apaan?” kata dimas
“ular lu mau di bunuh katanya” kata gue nyengir
“hah, coba aja kalo bisa” kata dimas senyum
“tenaga lu udah pulih? Gue udah siap” kata gue
“maju lu baik” kata dimas
Gue dan dimaspun berantem lagi, dimas melancarkan serangan pertamanya menggunakan kaki, tetapi bisa gue hadang, gue pegang kakinya gue siku kakinya dan dia kesakitan, karena bagian paha yang gue siku. Dia kesakitan dan berlutut di depan gue, gue ga tega buat ngehajar dia, gue mangalihkan pandangan gue ke arah temen gua yang sedang bertarung disana. Nyai Gun dan Mbah Bram bertarung sengit, beberapa hembusan angin terlihat di antara dahan pohon dan terasa hingga badan gue, Mbah Bram begitu kuat dia dapat menahan serangan nyai gun yang membara dan melancarkan serangan bertubi-tubi, Leher nyai gun di gigit oleh mbah bram tapi saat itu juga nyai gun menarik mbah bram dan di lemparnya, mbah bram selalu berdiri tegak dengan mudahnya.
“dim, liat temen lu udah terluka parah” kata gue nunjuk nyai gun
“hah nyai gun itu kuat asal lu tau dia ga mudah menyerah, kita liat siapa yang kuat disini” kata dimas
“gue ga pernah menolak ajakan lu kan?? Gue jabanin sampai salah satu dari kita MATI” kata gue
“SILAHKAN” kata dimas senyum
Dimas loncat ke badan gue, badan gue tergeletak dan leher gue di cekek sama dia, gua berusaha kabur dari tangan dia tapi cukup sulit, tidak lama dateng mbah bram dan mendorong dimas hingga terpental kesamping sedangkan gue hampir kehabisan nafas.
“dek wildan tidak apa-apa?” kata mbah bram
“ga apa-apa mbah makasih, kalau mbah bram ga dateng mungkin saya sudah mati” kata gue
“saya disini untuk dek dimas” kata mbah bram
“AWAS MBAH” kata gue nunjuk nyai gun yang meluncur cepat ke arah mbah bram
Nyai gun menggunakan tongkatnya untuk memukul mbah bram namun dengan cepat mbah bram menggigit tongkat nyai gun dan di tariknya lalu di lempar ke arah lain beserta nyai gun terpental, dimas tergeletak di tanah dan nyai gun terlempar tidak jauh dari dimas, mbah bram diri tepat di depan gue, dalam keadaan terkapar gue berusaha bangun dengan energi tersisa yang gue punya, gue punya ide untuk membagi energi gue hasil meditasi untuk mbah bram agar acara ini cepat selesai
“Mbah, kalau mbah mau menyerang silahkan mbah saya akan bantu dengan energi saya yang tersisa” kata gue
“tidak apa-apa dek wildan, untuk keselamatan dek wildan sendiri saja” kata mbah bram
“biar cepet beres mbah ini terlalu lama, semakin cepat semakin baik mbah” kata gue
“dek wildan yakin tidak apa-apa?” kata mbah bram
“its okay mbah” kata gue
“artinya apa dek?” kata mbah bram
“aduh mbah bukan waktunya nanya deh, udah mbah siap aja” kata gue ngelap darah yang ada di bibir gue
“baik dek wildan” kata gue
Mbah bram mengubah posisinya untuk siap menyerang, dan gue memejamkan mata untuk memberikan setengah energi tersisa gue buat mbah bram, terasa di dada gue dingin mengalir dan gue merasakan mbah bram menerima energi tersebut. Setelah beberapa saat gue merasakan lemas di kaki gue karena energi gua sudah mulai habis, gue buka mata gue dan melihat dimas berusaha berdiri dengan darah di mukanya, Nyai gun berdiri tegak siap untuk menyerang, api hitamnya berubah menjadi lebih pekat berarti dimas melakukan hal yang sama kepada nyai gun sedangkan Mbah Bram juga sama api birunya bertambah tebal dan kuat.
“Dim mau tau apa yang gue rasain?” kata gue
“apaan nyet bukan saatnya ngomong” kata dimas
“lu tau kenapa kita jadi partner?” kata gue
“berenti ngomong nyet serang aja gue” kata dimas
“karena yang namanya partner tau kelemahan dan kelebihan partnernya, mending udahin aja mas, dari pada nambah parah” kata gue
“gue begini demi bokap gue, bokap gue yang minta makanya gue turutin” kata dimas.
“itulah bedanya elu sama gue.” Kata gue
Gue sama dimas diam sejenak dan 2 jin kamu siap untuk menyerang satu dan lain, dia masih ga sadar apa yang gua bilang tadi emang otaknya pendek ini orang kesel kadang, tenaga udah abis sedikit yang tersisa, gua masih punya satu strategi tersisa dan itu bakalan gue pakai kalau dimas memulainya duluan.
“SERANG NYAI” kata dimas nyuruh nyai gun menyerang
“Mbah serang” kata gue tenang
“baik dek wildan” kata mbah bram muluncur
Mbah bram dan nyai gun berperang di tengah kelelahan kita berdua, di lihat sekilah mbah bram masih lebih kuat di banding nyai gun disana. Nyai gun seperti sudah mulai kehabisan tenaga untuk melawan mbah bram yang masih kuat untuk bertarung, luka nyai gun lebih parah di bandingkan mbah bram yang masih bisa berdiri tegak tanpa terjatuh sedikitpun.
“Mbah bawa ke samping, saya mau berurusan dengan dimas” kata gue
“baik dek” kata mbah bram
Mbah bram menarik nyai gun kesamping dan melemparnya menjauhkan dari gue dan dimas. Dimas nafsu pengen ngehajar gue tapi kali ini gue udah ga kuat buat membalas badan gue udah lemas, tenaga gue habis terkuras, di dorongnya badan gue ke tanah oleh dimas dan di timpanya gue sama dia kerah baju gue di pegang tapi sepertinya dia sudah tidak bisa untuk memukul karena kehabisan tenaga.
“kenapa dim ga mukul gue lagi?” kata gue lemes
“kenapa lu nyerah begini nyet” kata dimas
“gue ga nyerah, liat temen gue yang di sana masih ngeladenin temen lu berarti gue masih belum nyerah” kata gua
“terus lu kenapa kaya gini anjing” kata dimas
“tenaga gua udah abis, lu mau tau kenapa kita jadi partner?” kata gue
“apaan sih anjing bilang gitu terus” kata dimas
“kita itu seperti yin dan yang, hitam dan putih, kita saling mengisi satu sama lain, gua ga punya emosi tapi lu punya, lu ga punya kesabaran tapi gue punya, itulah kenapa bokap lu jadiin kita partner, lu masih ga peka berarti lu bego” kata gue
Dimas terdiam mendengar perkataan gua, dia berdiri dan mengangkat kerah baju gua, di tonjoknya gua dengan keras terpental cukup jauh, gue cuman bisa jongkok saat itu gue liat mbah bram sudah melumpuhnya nyai gun sehingga nyai gun tidak berdaya, mbah bram bukannya menghabisi tapi nyamperin gue sedangkan dimas nyamperin nyai gun yang sedang terkapar.
“dek wildan tidak apa-apa?” kata mbah bram
“gapapa mbah ini ga seberapa” kata gue
“tapi dek wildan terlihat terluka parah” kata mbah bram memberikan badannya sebagai topangan gue
“ga apa-apa mbah, ini ga seberapa dibanding mbah percaya sama saya” kata gue
“makasih dek, tapi saya juga yakin kalau dek wildan percaya sama saya” kata mbah bram
“makasih mbah, saya selalu percaya sama mbah kok, tadi kenapa ga di abisin mbah?” kata gue
“dia sudah tidak bisa ngapain-ngapain dek, pas saya lihat dek wildan sedang terluka, jadi saya lebih memilih menolong dek wildan dahulu” kata mbah bram senyum
“hahah makasih mbah sudah menolong saya” kata gue mencoba diri di bantu mbah bram
“saya akan selalu menolong dek wildan sampai kapanpun” kata mbah bram
“baik mbah” kata gue
Setelah gua berhasil diri dengan susahnya dan mbah bram yang masih menjaga gua di samping tiba-tiba dimas mengambil komando dan mbah bram berada di posisi depan gua, dia berdiri tegak seperti mengetahui ancaman selanjutnya karena gua juga percaya ini belum selesai.
“GUA MAU PAKAI PERTOLONGAN” kata dimas teriak
“....” gue cuman bisa diam dan mbah bram siap pada posisi
“GUA PANGGIL MBAH.....”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon