Cerita Campur - Where Is Nanda?
“NANDAAAA” kita semua berteriak memanggil nama dia yang entah kemana
“wil kemana ya kira-kira” kata dimas
“gatau gue coba aja dulu dah panggil” kata gue
“pantesan aja aku dari tadi juga ga sadar kalo dia ga ada yang” kata tiara
“bukan kamu aja yang aku juga ga sadar, makanya pas nanda ga ada aku bingunglah” kata gue
Kita semua berada di ruangan tengah rumah ini, karena besar kita gatau harus mulai dari mana, setelah berteriak berkali – kali ga ada jawaban sedikitpun, rasa cemas, bingung dan ketakutan jadi satu dan baru kali ini gue rasakan takut, rumah sebesar ini NIHIL hantu dan saat waktu yang tidak tepat nanda HILANG. Setelah berteriak dan kesana kesini gue balik lagi ke depan kamar awal dimana kita menemui hantu ini, dan ternyata disana ada jejak kaki yang gue asumsikan itu adalah kakinya nanda.
“dim, sini deh” kata gue manggil dimas
“apaan wil?” kata dimas
“lu liat apa yang gue liat ga?” kata gue
“hemmmmmm lantai?” kata dimas
“bukan itu dimasssssss, aduh jadi cowo bego banget liat” kata tiara mukul bahunya
“ini loh dim” kata gue jongkok dan nunjuk bekas jejak kaki
“lah ini ada jejak kaki” kata dimas
“makanya mungkin ga kalo ini kakinya nanda?” kata gue
“gatau juga gue, kurang yakin sih” kata dimas
“soalnya dari tadi kita ga ke arah sana, coba ikutin yu” kata gue nunjuk kesalah satu jejak kaki
Setelah mengikuti jejak kaki yang ada pada lantai, ternyata jejak kaki ini berhenti dimana salah satu pintu kamar yang tidak bisa terbuka sama sekali itu, dan gue bingung kan ga bisa di buka tapi jejak kaki disini.
“dobrak wil?” kata dimas
“jangan dulu bentar, panggil nyai gun” kata gue
Gue pun memanggil mbah bram juga karena kita gatau apa yang bakal terjadi, dan nyai gun sudah berada di sebelah dimas.
“mbah bram” kata gue
“iya dek wildan” kata mbah bram matanya menghadap ke pintu itu
“mbah bisa rasain ga apa yang ada di balik pintu ini?” kata gue
“saya tadi mau laporan ke dek wildan tentang ruangan ini” kata mbah bram
“di dalem ada apa mbah?” kata gue
“saya belum kedalem dek, tapi yang pasti disini auranya besar dek wildan” kata mbah bram
“iya dek wildan disini adalah yang paling kuat antara sekitar, dan paling pekat” kata nyai gun
“wah bahaya wil” kata dimas
“tar dulu dim, mbah bisa cek kedalem ga ada apa?” kata gue
“saya tidak bisa kedalem dek, tadi saya sempat tertahan oleh aura ini” kata mbah bram
“nyai gun juga?” kata gue
“iya dek wildan, saya juga yang hitam tidak bisa masuk ke dalam” kata nyai gun
“wah ini baru harus di curigai dim” kata gue
“iya nih, yaudah kita coba buka dulu aja apa??” kata dimas
“yaudah yu” kata gue
Gue sama dimas coba buka pintu ini berkali-kali gue dorong masih ga bisa buka, kegeser sedikitpun tidak, gagang pintu sudah gue coba berkali-kali tapi tidak ada goyangan.
“coba dobrak deh yu dim” kata gue
“oke deh yu, tendang nih?” kata dimas
“yoi, tendang bareng ya” kata gue
“yooooo” kata dimas
Kita mencoba menendang pintu berkali-kali mulai dari jarak deket sampai lari sekalipun buat dapet power cukup masih ga bisa buat buka ini pintu, goyah pun engga, tenaga udah keburu cape buat buka ini pintu napas abis.
“wanjing cape gue” kata gue
“baik, NYUSAHIN AJA NIH SETAN” kata dimas
“gue merinding lagi dim” kata gue
“iya gue sama” kata dimas kecapean juga
“yanggg kok hawanya makin ga enak ya?” kata tiara
“iya namanya juga ada setan kuat yang, wajar aja hahhhhh” kata gue
Sepertinya 2 jin teman kita melihat kita kecapean dan kesusahan buat buka pintu ini.
“....” mbah bram liat kearah gue kebingungan
“apaan mbah liatinnya gitu” kata gue
“.....” mbah bram liat nyai gun begitu juga bingung
“bisa kita bantu dek?” kata mbah bram dan nyai gun
“MENURUT LOOOOOOOO” kata gue sama dimas udah kesel kecapean
“saya harus masuk ke badan dek wildan?” kata mbah bram
“iya mbah sini masuk cepet” kata gue nepuk pundak gue
“baik dek wildan” kata mbah bram masuk ke badan gue dan badan gue jadi seger
“lo ngapain diem aja nyai gunnnnn, sini masuk juga malah bengong” kata dimas
“baik dek wildan” kata nyai gun masuk ke dalem badan dimas
“bener bener ya “TEMEN” kita ini dim telat” kata gue
“au tuh, kelamaan kali otaknya” kata dimas
“dah ah kita coba dobrak lagi ya tendang, lari dulu tapi” kata gue
“oke deh” kata dimas
Gue sama dimas ngambil ancang-ancang agak jauh dan berlari langsung nendang pintu yang KERAS ini dari tadi gamau ngebuka, setelah kita tendang akhirnya “BRUAKKKKKKK” pintu kebuka, debu langsung menutupi pemandangan sesaat.
“akhirnya kebuka juga” kata dimas
“dari tadi kek ah” kata gue nutup idung ada debu soalnya.
Setelah debu menghilang, kita di suguhi dimana nanda ada disitu berdiri di tengah ruangan kamar besar ini, nanda hanya diam dan melotot matanya ke arah kami.
“YANGGGG MATA LO SEREM” kata dimas
“bego dimas bego, NANDA SADAR NAN, INI GUE WILDAN” kata gue teriak
“NANDAAAAA” kata tiara
Saat kita mau masuk ke ruangan itu tiba-tiba gue sama dimas terdiam karena teman kita memberikan peringatan.
Quote:“dek, jangan masuk, disini bekas tempat pembantaian dan terlalu kuat, bisa melukai dek wildan” kata mbah bram
“pembantaian apa mbah?” kata gue dalam hati
“disinilah dimana keluarga itu di bunuh dek, di kasur situ saya bisa melihat dua orang di tusuk dan di potong, dan di lantai tempat dek nanda berdiri adalah dimana ada beberapa orang yang di bakar” kata mbah bram
“mbah jangan nakutin napa” kata gue
“saya serius dek, nanda telah di masuki oleh sosok yang sebelumnya” kata mbah bram
“setan yang di kamar tadi mbah?” kata gue
“iya dek, berhati-hati” kata mbah bram
Setelah mendengar ucapan itu gue ngasih kode ke dimas buat tidak melangkah ke dalam ruangan, dimana sepertinya ini adalah pancingan untuk kita.
“sabar dim, pancingan ini” kata gue
“pancingan guimana? Nanda disana” kata dimas nunjuk nanda
“itu bukan nanda dim itu si (SENSOR), yang tadi kita ajak ngobrol, disini tempat pembunuhan itu” kata gue
“ahhhh boong lu tae” kata dimas
“serius gue” kata gue liat dimas dengan mata serius
“ihhh ayangmah nakutin kan” kata tiara deket ke gue
“beneran yang, gue rasa ini bukan debu biasa tapi abu” kata gue
“iya sih baunya kaya abu bekas bakaran, tai nyengat banget” kata dimas
“terus gimana yang?” kata tiara
“tunggu biar gue yang ngomong” kata gue
Gue jalan satu langkah dan memanggil mahluk yang bersemayam di badan nanda kali ini, memang suka kurang ngajar dah ya.
“mbah (sensor) , bisa dengar saya?” kata gue melambaikan tangan
“setan lu gituin mana ada ngerinya bego” kata dimas
“diem dulu napa babi” kata gue
Mata nanda yang melotot melihat kearah gue
“mau apa lagi kalian kesini.....” nadanya datar banget buset
“mau ngambil temen saya, yang lagi kamu masukin” kata gue
“DIA PUNYA SAYA” kata dia
“bukan punya lu kali, punya papa sama mamanya” kata gue
“SAYA SUKA AURA ANAK INI, SAYA MAU DIA JADI BADAN SAYA” kata dia
“weissss dia terlalu seksi buat lu” kata gue
“PERGI KALIAN” kata dia
“kalo gamau gimana?” kata gue
“AKAN SAYA BUNUH KALIAN SEMUA HAHAHAHA” kata dia
“dim nanda ketawanya serem anjing” kata gue
“ihhhh ayang ih bisa-bisanya santai gini itu nanda ih” kata tiara
“iya iya yang ih serius amat” kata gue
“udah sih wil ambil nanda aja cepetan” kata dimas maju ke arah gue
“waitttt, stop, udah biar gue, biar ga ada korban lagi ya” kata gue
“mbak tapi saya mau temen saya kembali tuh” kata gue
“DIA MILIK SAYA, DIA AKAN JADI BADAN SAYA, SEBAIKNYA KALIAN PERGI” kata dia
“DIA PACAR GUE MONYET BALIKIN GA!!!!” kata dimas emosi
“lu bisa emosi juga dim? Gile” kata gue
“HAHAHAHA DIA SUDAH PUNYA SAYA SEKARANG< KALAU KALIAN MAU AMBIL KEMARI, MASUK KEDALAM KAMAR INI KALAU KALIAN PUNYA NYALI” kata dia
“nyali sih punya mbak cuman sopan aja kamar orang, balikin aja deh ya” kata gue tetep tenang
“Dek wildan, hati-hati saya merasakan auranya berbeda, dan ada ancaman mendekat” kata mbah bram
“Ancaman apa mbah?” kata gue dalem hati
“saya masih belum tau dek, tapi saya khawatir” kata mbah bram
“tenang aja mbah kita kerjasama ya” kata gue
“baik dek” kata mbah bram
“Mbak tolong balikin dong, kalo udah di balikin kita pulang deh” kata gue
“KALIAN ITU TIDAK SOPAN MASUK RUMAH INI TANPA IZIN, DASAR KALIAN MANUSIA SOMBONG DAN TIDAK SOPAN” kata dia
“yaudah mbak maafin kita ya, tolong balikin” kata gue
“TIDAK MAU SAYA MAU ANAK INI, DIA BAGUS BUAT SAYA HIHIHIHIHIH” kata dia
“mbak tolong balikin ya, kalau kesabaran saya habis, saya bakal bakar mbak” kata gue mengancam
“SILAHKAN SAJA JIKA KALIAN BISA PARA MANUSIA BODOH HAHAHAHA” kata dia
“oke kesabaran gue abis, balikin sekarang, gue mau bakar lu” Kata gue
“LAWAN DULU PASUKAN SAYA HAHAHHAHAHAHA” kata dia
“pasukan apaan?” kata gue
“yanggggg, liatttt” kata tiara ternyata dia nangis
Gue sama dimas balik badan dan ternyata....
“WANJENGGGGG.....” kata gue sama dimas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon