Cerita Campur - Izin Ke Penjaga Gunung (part 1)
Saat itu masih sore dan akan menjelang malam hari, sambil menghabiskan waktu disini karena tidak bisa kemana-mana lagi kita berbincang ria (alah bahasa gue) maksud gue ngobrol bareng (nah ini baru bener), kita ber 6 bersama 5 teman jin kita duduk bersama.
“nyai, mau tanya deh” kata gue ke nyai lim
“ada apa dek?” kata nyai lim
“nyai setahu saya kan di setiap tempat pasti ada penjaga terkuat bener kan, nah disini ada ga?” kata gue
“ada dek, dan kita sudah masuk ke wilayahnya” kata nyai lim
“serius nyai?” kata gue
“iya dek” kata nyai lim
“terus gimana nih nyai? Bakal ada masalah ga?” kata gue
“sebenarnya akan bermasalah juga dek, apa lagi dek wildan membawa teman gaib yang banyak, tetapi kita bisa meminta izin ke salah satu penjaga gunung ini dek” kata nyai lim
“di belah mana nyai?” kata gue
“nanti saat menjelang malam biasanya beraktifitas dan kita bisa meminta izin ke dia dek” kata nyai lim
“oke nyai nanti kasih tau saya ya” kata gue
“baik dek” kata nyai lim
“oh ya tin, ada yang belum lu ceritain nih” kata gue
“apaan tuh?” kata martin
“tuh macan abu-abu lu” kata gue
“macan gue kenapa?” kata martin
“iya namanya siapa kek, kan kita belum kenal dan kita belum pernah denger lu nyebut namanya” kata gue
“oh, namanya Mbah Kim” kata martin
“Mbah kim? wih gaya juga tuh nama” kata dimas
“bukan gaya namanya emang dari sana setan” kata martin
“kalem bos atut gue” kata dimas
“siapa suruh ular sendiri” kata gue
“ya rejekinya begini nyet” kata dimas
“hahaha” ketawa gue sama martin
“eh besok kita mau turun kapan?” kata nanda
“pagi aja sebangunnya biar fresh” kata martin
“nah cakep tuh” kata dimas
“gue malah punya ide” kata gue
“apaan? Jangan aneh aneh deh ah” kata tiara
“engga aneh-aneh, nih kita semua pada pake spatu enak semua, gimana kalo pas downhill kita lari?” kata gue
“wah keren tuh, bener gue ayo” kata martin
“lu gila ya wil? Apa otak lu kebentur?” kata nanda
“lu kenapa sih sewot amat” kata gue
“downhill? Lari? Nyari mati?” kata dimas
“kenapa ga berani? Cupu” kata gue
“jangan aneh-aneh deh yang” kata tiara
“ga aneh, ya cari yang belum pernah di cobain aja sih” kata gue
“gue mau, ayo” kata icha
“serius lu cha?” kata nanda
“serius, gue ikut, belum pernah juga gue melakukan hal bodoh” kata icha
“oke deh gue ikut” kata tiara
“mau gimana lagi nih kalo si kampret yang nyebut, ada aja yang aneh” kata dimas
“aku ikut deh kalo tiara sama icha ikut” kata nanda
“lu gimana dim?” kata martin
“....” kata dimas diem aja
“pokkkk pokkkkk pok pok” kata gue
“iya iya gue ikut ah kampret dari pada gue di tinggal sendiran” kata dimas
“nah gitu dong, paling resikonya jatuh, luka, ada P3K ini tenang, sesekali melakukan hal bodoh tuh enak” kata gue
“gimana lo nyet” kata dimas
Setelah setuju semuanya untuk lari downhill dan emang gue belum pernah melakukan hal bodoh ini, paling luka doang baret, ga masalah, kalupun patah tulang gue ga takut, gue suka adrenaline. Setelah matahari tenggelam dan gue memperkirakan itu adalah maghrib jadi kita semua mengecilkan suara kita yang sebelumnya berisik, karena alesannya adalah untuk menghormati penunggu di gunung ini karena kita pasti ga sendirian. Tidak lama kita bersantai tiba-tiba ada suara cewe menangis.
“HUHUHUUUUUUUU” suara tangisan entah dari mana
“ahhhh suara dari mana itu? Ah ga asik kan” kata nanda dempet dimas
“gatau tuh suara dari mana wil?” kata dimas
“ya mana gue tau, lu kira gue penghuni sini” kata gue
“HUHUUUUUUUUUU” suara tangisan kembali muncul
“mbah, nyai gimana tau suara dari mana itu?” kata gue
Mbah bram, mbah yin dan nyai lim berdiri tegak, mbah yin dan mbah bram menoleh sana sini sedangkan nyai lim hanya diam.
“ini setan yang jail dek” kata nyai lim
“gimana nyai tau?” kata gue
“tau dek, baik dari suara ataupun aura ini berbeda dari manusia” kata nyai lim
“sebelah mana nyai?” kata gue
“dari arah hutan dek, tidak jauh dari sini” kata nyai lim
“mbah bram dan nyai lim bisa cari setan itu ga? Terus bawa kesini” kata gue
“bisa dek” kata mbah bram dan nyai lim
“mbah yin disini jagain kita ya” kata gue
“baik dek itu pasti” kata mbah yin
“mbah bram sama nyai lim boleh pergi, kita tunggu ya” kata gue
“baik dek” kata gue
Mbah bram dan nyai lim pergi berlari ke arah hutan di bawah sana, biarin aja deh itung-itung siapa tau bisa jadi gebetan.
“seriusan itu di bawa kesini wil?” kata martin
“emang gue keliatan becanda nyet?” kata gue
“engga sih cuman ya takut kenapa-kenapa aja” kata martin
“kalem kalaupun kenapa-kenapa kita kerja sama ya” kata gue
“siapppp” kata martin
“gue emohhhhh” kata dimas
“emang gue minta bantuan lu?” kata gue
“SETANNNNN” kata dimas ngelempar sendal ke gue
“gue rasa sih tuh yang nangis korban disini” kata icha
“kok kamu tau yank?” kata martin
“ feeling aja sih” kata icha
“ati-ati tin, feeling cewe ga bisa di boongin, banyak benernya” kata gue
“emang makanya gue nanya kok tau” kata martin
“ini gue gamau kesurupan lagi ya” kata nanda
“ga bakal yang tenang aja kan ada aku” kata dimas
“ ah sama kamumah ga percaya aku, kelamaan” kata nanda
“terus percayanya sama siapa?” kata dimas
“tuh sama cowo yang disana” nunjuk gue si nanda
“mampus dim, pacar sendiri aja ga percaya sama lu” kata gue
“bodo amat, awas ya minta tolong ke aku yank” kata dimas
“bodo amat kan lagian aku ga minta kamu buat bantu aku weee” kata nanda
Setelah beberapa lama duduk disana datanglah nyai Lim dan mbah Bram bersama 1 cewe yang nangis tadi, terlihat mukanya nunduk ke arah tanah dan masih ada suara nangis di balik mulutnya. Entah bagaimana mereka berdua bisa membawa setan cewe ini. Sampai di depan kita, setan cewe ini duduk di depan kita dan merapatkan kakinya sambil kepalanya menunduk, mbah bram dan nyai lin duduk di sampingnya.
“mbak, mbak, kenapa nangis mbak?” kata gue
“huhuuuuuuu” suara nangisnya datar abis
“mbak, teteh, tante, ibu, atau nenek coba jawab, kenapa sih?” kata dimas
“huhuhuuuuuuuu” makin panjang nangisnya
“lu manggilnya gitu sih dim, tuh liat nangisnya makin jadi kan” kata martin
“ya kan gue bingung manggilnya apa” kata dimas
“mbak namanya siapa?” kata gue mendekati dia dan bau daging yang menyengat dari badannya
“nama saya nadya mas” kata setan ini datar banget
“nadya ya, oke kenapa nangis?” kata gue pegang lengannya sumpah dingin banget kaya es batu
“saya...” kata setan nadya
“iya kamu kenapa?” kata gue
“saya....” dia jawab begitu lagi datanglah dimas biasa nih orang
“tan eh setan lu kenapa dah?” kata dimas memegang lengan kirinya setan ini
“wanjir dim dingin banget, nih setan kedinginan kali ya” kata dimas
“namanya juga setan bego dah lu” kata gue
“mbak kenapa? Kita pengen tau dong” kata gue
“saya di bunuh disini mas huhuhuuuuu” kata setan ini
Bulu sebadan-badan gue berdiri kecuali bulu ketek sama bulu..... ngertilah ya lu semua.
“kamu di bunuh kenapa?” kata icha nyamperin ini cewe
“iya saya di bunuh di bawah sanaaa” kata setan ini
“iya di bunuhnya kapan?” kata nadya dateng ke kita.
“beberapa minggu yang lalu saya di bunuh” kata setan ini
“wah masih baru dong?” kata gue
“iya mas saya disini masih baru huhuuuuuu” kata setan ini dan nangisnya keluar
“iya lu di bunuhnya kenapa?” kata martin
“saya di bunuhnya karena saya ketawan selingkuh mas, sama pacar saya di bunuh di bawah sana, tolong saya mas huhuhuuuuuu” kata setan ini
“sama yang ganteng aja lu nge jawab nyet” kata dimas
“tuh setan aja tau mana yang ganteng atau engga dim apa lagi cewe-cewe ini coba” kata gue nunjuk tiara dan nanda.
“makanya itu tai bener” kata dimas
“jadi kamu ketawan selingkuh, di bawa main kesini terus di bunuh?” kata tiara
“iya mbak, huhuhuuuuu dia tega sama aku” kata setan ini
“ya gimana ga tega lu selingkuh,. Makanya jangan selingkuh” kata dimas
“itu semua salah saya sih mas huhuuuuu” setan ini nangis lagi
“ceritain dong” kata gue
“saya sama pacar saya ini mau menikah nanti tetapi saya dekat juga dengan seorang cowo, saya ketawan jalan sama dia. Lalu saya di ajak main kesini lalu di bunuh” kata dia
“terus jasad kamu di mana?” kata gue
“di bawa sama dia dan bilang ke keluarga akibat kecelakaan saat naik huhuuuuuu” kata setan ini
“yaampun tega bener tuh orang ikutan emosi gue” kata icha
“ya gitulah idup” kata martin
“kamu ga akan gitu kan?” kata icha
“ya ga bakal gih kalo mau cari cowo lagi juga emang di larang apa” kata martin
“oke siap nanti aku cari lagi” kata icha
“gih gih bodo amat” kata martin
Setelah beberapa perbincangan, tiba tiba setan ini teriak teriak seperti mengetahui sesuatu.
“aaaaahhhhhh aku gamau ketemu diaaa” kata setan itu lalu lari menuruni bukit ini dengan cepat
“hahhh ada apaan mbah?” kata gue
Setelah dia berlari teman kami membuat formasi segaris ke arah kanan kami seperti merasakan sesuatu ancaman dari bawah sana.
“ada apa mbah dan nyai?” kata gue
“ada yang datang dek” kata mbah bram
“iya siapa?” kata gue
“penunggu sini dek” kata nyai Lim
“belah mana nyai?” kata gue
“tidak jauh dari kita dek, saya melihatnya auranya hitam dan besar” kata nyai lim
“mbah bram bisa liat?” kata gue
“ga bisa dek saya hanya merasakannya saja” kata mbah bram
“mbah yin?” kata gue
“saya merasakan tepat di depan kita dek” kata mbah yin padahal dia paling kuat tetap aja punya kekuarangan ya, ga salah gue punya nyai Lim
Tidak lama kami semua mendengar suara yang berat dan terdengar di telinga kita semua entah kalo orang lain bakal denger juga atau engga deh. Kita semua diri di belakang teman-teman kita sedangkan yang cewe di belakang kita semua pegangin baju, ngapain coba.
“KALIAN SEMUA MEMBUAT KEGADUHAN” kata suara berat ini entah siapa
“SIAPA LO WOYYYY” kata dimas
“sopan woi nih gunung bego” kata gue
“bodo amat” kata dimas
“KALIAN SOMBONG TERNYATA HAHAHAHA SAYA TAU KALIAN KUAT TETAPI KALIAN MEMBUAT KEGADUHAN” kata setan ini
“maaf dengan siapa ini dan saya harus panggil anda siapa?” kata gue
“SAYA TIDAK SUKA JIKA NAMA SAYA DI PANGGIL HAHAHHA” kata dia
“terus kita bisa panggil kamu siapa, kalo kamu ga ngasih sebutan gimana kita bisa komunikasi dengan sopan” kata martin.
“PANGGIL SAJA SAYA SUGENG HAHAHA” kata dia
“oke sugeng, maaf jika kami membuat kegaduhan” kata gue
“KENAPA KALIAN KESINI?” kata sugeng
“Kita cuman pengen main sugeng, cuman pengen liburan aja kok ga lebih, apa lagi menantang-menantang sugeng dan pengikut mu” kata gue
“KALIAN MENGGANGGU SAYA DENGAN KELAKUAN KALIAN YANG MEMPERGUNAKAN JIN KALIAN ITU” kata dia
“mereka ga macem-macem kok, mereka hanya menjaga kita saja seperti kamu menjaga tempat ini” kata martin
“SAYA TAHU ITU DAN SAYA KASIH PERINGATAN KE KALIAN JANGAN SAMPAI MERUSAK DISINI TERUTAMA MENGGUNAKAN JIN KALIAN” kata sugeng
“dek dimas bolehkan saya berbicara sama dia?” kata nyai lim
“coba aja nyai” kata gue
“maaf, saya nyai lim dan berasal dari bawah gunung ini dan sekarang mengikut kepada orang ini, bolehkah saya ketemu dengan kamu?” kata nyai lim
“BAIKLAH, HANYA KAMU KARENA KAMU BERASAL DARI BAWAH, KEMARILAH HAHAHA” kata dia
“saya pergi dulu dek wildan, tolong jaga dek wildan ya” kata nyai lim
“itu sudah tugas saya, berhati-hatilah” kata mbah bram
Pergilah Nyai lim ke dalam hutan sana entah kemana, gua cukup khawatir takut nyai lim di apain-apain sama penunggu itu, gue yakin dia kuat kok dan cukup susah untuk mengalahkannya, buktinya dia bisa jadi penunggu gunung. Kurang kuat apa coba.
Cerita Campur
Penglihatan Lebih ( Indera Keenam )
Penglihatan Lebih ( Part 57 ) Izin Ke Penjaga Gunung (part 1)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
EmoticonEmoticon